My wife is a boy

Ingin berlibur



Ingin berlibur

0Sejak dirinya hamil Algis kerap kali merasa lapar meskipun baru dua jam yang lalu ia baru saja makan malam.Algis pergi ke dapur,membuka kulkas mencari-cari apa saja yang bisa ia makan.Mata bulatnya berbinar ketika ia melihat sekotak kue dalam kulkas.Dengan hati-hati Algis mengeluarkan kotak kue dari dalam kulkas.Pemuda manis itu duduk jongkok di depan kulkas,sambil membuka kotak kue di pangkuannya.Dengan jari telunjuknya ia mencicipi kue cokelat berbentuk bulat itu,Bibirnya yang mungil mengecap rasa lembut dan manis kue.     
0

"Den Algis.."     

Algis terperanjat kaget saat seseorang memanggil namanya.     

"Mbak Nur..bikin kaget aja" kata Algis sambil mengelus dada.     

"Den Algis ngapain jongkok di situ" tanya Nur heran.     

"Agis laper.."jawab Algis sambil mengisap telunjuknya yang berlumur cokelat kue.     

Pelayan bernama Nur yang masih keponakan BI Inah itu tersenyum gemas,wajah kekasih majikanya itu terlihat sangat imut,apalagi jika memakai piyama kebesaran seperti sekarang ini.Tidak heran kalo tuan mudanya sangat memanjakannya.     

"Den Algis mau saya buatkan makanan?" tanya Nur lagi.     

"Gak usah, ini ada kue, Algis makan ini aja"kata Algis sambil bangkit berdiri dan menunjukan kue yang ia dekap.     

"Itu nyonya yang beli,kata nyonya itu memang buat Den Algis"     

"Ohh... Mama tau Algis suka laper kalo malam-malam"     

"Iya Den,gak apa-apa namanya juga orang sedang hamil,Den Algis ini beruntung masih mau makan,ada loh yang hamil muda tapi gak doyan makan.Kan repot kalo kayak gitu ya kan Den..."     

"Emang ada ya mbak yang seperti itu?"     

"Ada lah banyak Den,yang mual muntah gak berhenti sampai hamil besar juga ada" kata si Nur sok tahu,padahal dia masih berstatus single alias belum menikah.     

"Serem banget mbak.."     

"Ya begitu susahnya orang mengandung Den" Nur kembali berbicara seakan dia pernah mengalaminya sendiri.     

Algis mengangguk mengerti.     

"Tapi kan kalo bayinya udah lahir bisa bikin bahagia semua keluarga"     

Algis tersenyum menanggapi kata-kata Nur,sekilas ia membayangkan wajah bahagia Panji dan Bu Rina saat mengantarnya periksa kehamilan.     

"Oh ya Mbak Nur mau ngapain,kok belum tidur ini sudah hampir jam sepuluh"     

"Saya mau buatkan kopi buat Den Panji,tadi pesen untuk dibuatkan kopi dan diantar ke ruang kerjanya Den"     

"Ohhh..." Algis mengangguk mengerti.     

"Eh mbak" Algis menghentikan Nur yang bersiap membuat kopi untuk Panji.     

"Iya Den..."     

"Ajarin Algis bikin kopi buat Mas Panji,kasih tau takarannya mbak"     

"Haduhhh jangan Den" tolak Nur cepat     

"Kalo Den Panji tau saya bisa dimarah"     

"Enggak mbak nanti Algis yang jelasin ke Mas Panji kalo ini mau Algis"kata Algis berusaha meyakinkan si Nur.     

"Tapi Den.."     

"Algis mohon mbak...yaaa.."Algis memohon dengan tatapan puppy eyes miliknya.     

"Duh..Gusti kenapa gemesin gini" gumam Nur tak jelas.     

"Boleh ya mbak..."     

"Baiklah,tapi Den Algis harus hati-hati ya..jangan Sampek kena air panas. Sayang kulit Den Algis yang halus itu"     

Algis tersenyum riang. Ia melangkah ke arah meja makan untuk meletakkan kotak kue miliknya. Ia kemudian berjalan mendekati Nur lalu berdiri di samping Nur.     

"Gula nya satu sendok teh saja,Den Panji gak suka kopi yang Manis"     

Algis mengikuti perintah Nur,ia memasukan satu sendok teh ke dalam cangkir.     

"Kopi bubuknya dua sendok Den" lanjut Nur mengintruksi Algis.     

Algis kembali melakukan apa yang dikatakan Nur,ia memasukan dua sendok kopi bubuk ke dalam cangkir,senyuman indah mengembang dari bibinya yang mungil.Ini untuk pertama kalinya ia membuatkan sesuatu untuk Panji selama mereka hidup bersama. Kenapa rasanya begitu menyenangkan.     

"Hati-hati Den" Nur terlihat khawatir saat Algis menuangkan air Panas dari teko listrik kedalam cangkir.     

"Tenang aja Mbak,Algis bukan anak kecil" Algis meletakkan teko listrik ke tempat semula,lalu ia mengaduk kopi yang ia seduh.     

"Biar saya aja yang antar ke atas Den"     

"Algis aja sekalian mau temenin Mas Panji bentar Mbak"     

"Iya Tapi biar saya yang bawa"     

"Algis aja mbak.."     

"Nanti tumpah, kalo kena tangan Den Algis bisa berabe Den.."     

"Mbak Nur,Algis bisa kalo cuma bawa kopi ke ruang kerja Mas Panji"     

Nur menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Biar bagaimanapun Nur tidak mau ambil resiko kalo Sampai kulit kekasih majikanya ini melepuh karena air panas,bisa di pastikan ia akan di kuliti oleh tuan mudanya.     

Tentang keadaan Algis yang sedang hamil para pelayan di rumah Panji tahu tentang itu. Panji berserta kedua orang tuanya,memutuskan utuk memberitahu para pelayan. Semua dilakukan karena tidak mungkin terus menyembunyikan fakta itu.Dan lebih dari itu jika para pelayan mengetahui keadaan Algis yang sedang hamil para pelayan dirumah akan lebih ektra menjaga Algis saat Panji atau kedua orang tuanya tidak ada di rumah.     

Lagi pula orang-orang yang bekerja pada keluarga Panji semuanya setia,bisa dipastikan kehamilan Algis tidak akan tersebar ke luar.Bisa berkerja pada keluarga yang kaya raya dan baik hati sudah membuat mereka bersyukur,keluarga Panji sangat memikirkan kesejahteraan para pelayannya jadi tak ada alasan bagi mereka untuk tidak setia.     

Algis membawa kopi buatannya serta dua piring kecil berisi potongan kue cokelat menggunakan nampan yang Nur siapkan.Ia berjalan perlahan menuju lantai dua kearah ruang kerja Panji.Dari ruang tengah Nur menatap cemas kearah Algis,memastikan kekasih majikanya itu melewati anak tangga dengan selamat.Jangan beranggapan ini berlebihan,kalo sampai kopi itu tumpah dan melukai kulit mulus kekasih majikannya itu besok pagi Nur bisa di pastikan berkemas dan pulang kampung.     

"Tok..tok..." Suara pintu ruang kerja Panji di ketuk dari luar.     

"Ya masuk.." teriak Panji dari meja kerjanya.Jari jarinya sibuk mengetik pada papan ketik komputernya.     

"Tok..tok.." kembali suara ketukan pintu terdengar.     

"Iya masuk Nur.."teriak Panji lagi,kali ini dengan suara agak lebih keras.     

Pintu tidak kunjung di buka dari luar,justru suara ketukan terdengar lagi dan lebih keras dari sebelumnya. Panji bangkit berdiri lalu berjalan kearah pintu dengan wajah kesal, tangan panjangnya meraih kenop pintu lalu membuka pintu dengan kasar.     

"Saya bilang masuk,kenapa harus...." Panji menggantungkan kalimaya ketika melihat siapa orang yang berdiri di depan pintu,memengang nampan dengan kedua tangannya yang berisi secangkir kopi dan dua piring kecil kue cokelat.     

"Mana Nur,kenapa bisa kamu yang bawa kopi kesini?" tanya Panji dengan nada melembut.     

"Mbak Nur udah Algis suruh istirahat Mas, sengaja Algis yang minta sama Mbak Nur,biar Algis aja yang bikin kopi Buat Mas Panji"     

Panji mengambil alih nampan dari tangan Algis dengan satu tangannya.     

"Kamu yang bikin kopi?"     

"Iya.." jawab Algis dengan senyum bahagia.     

Panji mengusak pucuk rambut Algis. dengan tangan lainya yang bebas.     

"Lain kali gak usah,biar Nur aja yang bikin,nanti kamu kena air panas Gis.." kata Panji sembari melangkah ke meja kerja lalu meletakkan nampan di tangannya ke atas meja yang kosong.     

"Algis ini bukan balita Mas,berhenti khawatirin Algis berlebihan gitu"     

Panji kembali duduk lalu memutar menghadap kearah Algis,mengulurkan kedua lengannya sebagai isarat meminta Algis untuk datang kepelukannya.     

Algis menyambut uluran tangan Panji,ia datang kepelukan Panji lalu duduk di pangkuan Panji. Hal yang selalu Algis lakukan jika datang ke ruang kerja Panji,duduk di pangkuan pria kesayanganya.Menyandarkan tubuhnya pada dada bidang pria yang sangat ia cintai.     

"Harum banget ."Panji menciumi berulang kali Rambut hitam Algis.     

"Mas Panji suka?"     

"Suka banget" Panji mendekap Algis erat melingkarkan kedua lengannya pada pinggang ramping kekasihnya.     

"Gis...." panggil Panji dengan nada lembut     

"Iya Mas..."     

"Kalo kita menikah,tanpa harus menunggu kamu lulus kuliah gimana?"     

Algis memutar tubuhnya,kini ia duduk menyamping,kedua lengannya melingkar pada leher Panji,kini wajah mereka saling berhadapan satu sama lain.     

"Apa kamu siap Gis..."tanya Panji lagi.     

"Tapi Algis ingin lulus kuliah dulu Mas,setidaknya ada satu hal yang bisa Algis banggakan ketika berada di samping Mas Panji"     

"Apa yang Mama katakan itu ada benarnya Gis,kalo menunggu kamu lulus kuliah akan lumayan lama,Bapak gak akan suka cucunya lahir tapi status kita gak sah secara hukum"     

"Apa Mas Panji udah pikiran itu"     

"Maksud mu??"     

"Apa Algis benar-benar pilihan terakhir Mas Panji,jika kita menikah artinya Mas Panji akan hidup selamanya sama Algis,Algis akan jadi satu-satunya dalam hidup Mas Panji.Selamanya sampai kita tua, sampai maut memisahkan kita"     

"Bukankah itu yang kita mau Gis.. kenapa kamu tanya seperti itu,apa kamu ragu sama aku"     

"Mas....." Algis menangkup wajah Panji dengan kedua tangannya."Kita hidup tidak sendirian di dunia ini,ada keluarga,ada orang-orang di sekitar kita,apa Mas Panji siap dengan semuanya ketika orang tahu kalo Mas Panji memilih Algis untuk jadi pendamping hidup Mas Panji"     

"Dengan aku pilih kamu,itu artinya aku siap dengan semua konsekuensinya Algis,gak perlu kamu khawatirkan itu,apa yang harus aku pikirkan lagi kalo didalam sini ada anak ku"Panji mengelus perut Algis.     

Algis masih menangkup wajah Panji dengan kedua tangannya,ia lalu mengecup bibir Panji,bibir mereka menempel untuk beberapa detik.     

"Algis cinta...banget sama Mas Panji" ucap Algis dengan tatapan penuh puja     

"Aku juga cinta kamu,lebih dari yang kamu tau" jawab Panji sambil mencubit pelan ujung hidung Algis. Mereka berdua tertawa bahagia lalu saling mengeratkan pelukan satu sama lain.     

Namun sayang sekali, di saat-saat sedang bergurau bahagia,mereka terganggu dengan bunyi deringan ponsel Panji yang tidak mau berhenti,meski Panji sudah mengabaikannya.     

"Angkat dulu Mas,siapa tau itu peting"kata Algis mengingatkan.Algis bangkit dari pangkuan Panji saat ia mengerti Panji akan beranjak berdiri dari duduknya.     

Panji mengambil ponselnya dari atas meja lalu berjalan keluar dari ruang kerjanya untuk menjawab panggilan telepon yang tak kunjung berhenti.     

Algis sempat terheran,kenapa Panji harus keluar menjauh darinya hanya untuk menjawab sebuah telepon. Tapi kemudian Algis tak mau memikirkannya. Itu mungkin memang urusan penting dan tidak semua hal Algis harus tau,Mas Panji nya itu juga butuh privasi kan.     

Pemuda manis itu duduk menggantikan Panji menghadap ke komputer Panji sambil menikmati kue cokelat yang tadi ia bawa dari dapur.Mata pemuda manis itu mengamati perkerjaan calon suaminya dari layar komputer. Ahhh calon suaminya,tiba -tiba pipi Algis bersemu merah jambu.     

Tanpa sengaja tangan Algis menyentuh salah satu tombol pada keyboard komputer Panji.layar komputer berubah,menampilkan sebuah gambar pemandangan pantai yang sangat indah.Algis menajamkan pandangannya kearah layar komputer. Sebuah resort.     

"Gis..." panggil Panji saat dilihatnya Algis terpaku diam depan layar komputernya.     

Algis menoleh kerah Panji.     

"Mas...Algis pengen ke tempat ini" Algis menunjuk ke layar komputer Panji.     

Panji tersenyum.     

"Minggu depan kita bisa kesana"     

"Boleh ajak Maura dan Bastian gak Mas,mereka pasti suka banget"     

"Tentu saja asal mereka mau"     

"Terimakasih Mas Panji" ucap Algis sambil tersenyum senang.     

Pemuda itu sangat bahagia membayangkan liburan bersama teman-temannya ke pantai yang sangat indah.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.