My wife is a boy

Periksa kehamilan



Periksa kehamilan

0Panji dan Algis duduk berdampingan di sofa ruang tamu.Mereka berdua sedang menunggu Bu rina keluar dari kamarnya.Untuk kesekian kali panji melirik arloji di pergelangan tangan kirinya.Raut wajah panji mulai kesal,dia itu paling tidak suka menunggu,apalagi menunggu sesuatu yang menurutnya tak ada kepentingan untuk dirinya.Hari ini jadwal Algis untuk memeriksakan kandungannya ke dokter Aldi.Harusnya panji sudah pergi ke rumah sakit dan menemui dokter Aldi,tapi karena Bu Rina ia harus menunda beberapa menit untuk berangkat kerumah sakit.     
0

Saat mengetahui Algis ada jatwal periksa,Bu Rina langsung mengatakan Pada Panji bahwa dia akan ikut kerumah sakit.Panji sudah melarang,Mamanya itu tidak perlu ikut mengantar,karena dia sendiri yang mengantar Algis pergi kerumah sakit.Namun Bu Rina bersikeras untuk ikut,dia juga ingin melihat perkembangan calon cucunya secara langsung.Panji tidak berhak melarang Bu rina untuk ikut mengantar ke rumah sakit.Begitu kata wanita paruh baya itu menjelaskan pada putra semata wayangnya.     

Malas berdebat,Akhirnya panji membiarkan Bu Rina ikut serta.Namun entah apa yang dilakukan Bu Rina di kamar,kenapa begitu lama hanya untuk berganti baju.Panji mulai malas dan bosan menunggu,apakah Mamanya itu sedang berdandan seperti akan pergi ke pesta kenapa lama sekali.Panji hampir saja berdiri dari duduknya untuk menghampiri Bu Rina di kamar,namun sebelum itu Bu Rina muncul dan berjalan kearah panji dan Algis.     

"Lama banget sih Ma....." protes panji     

"Mama nyariin cincin kawin Mama dulu Ji"     

"Terus sekarang gimana udah ketemu belum?"     

"Iya,udah Mama tadi lupa, Mama lepas dikamar mandi"     

"Ayok jalan,janji sama dokter Aldi jam sepuluh pagi dan ini udah hampir telat karena nunggu Mama"     

"Kamu kenapa sih,kok kayaknya gak suka banget kalo Mama ikut"     

"Ya karna emang gak perlu Ma..kan udah ada Panji yang anterin Algis"     

"Tapi bukan berarti Mama gak boleh ikut,janin yang di kandung Algis emang anak kamu Ji,tapi Mama juga punya hak.gak cuma kamu aja"     

"Tapi Ma..."     

"Mas..." Algis menyentuh lengan Panji lembut.     

"Gak apa-apa mama ikut,kita jalan sekarang nanti telat hmm..."     

Panji mendesah pelan. Ia lalu berjalan melangkah kearah mobil sedan warna hitam miliknya.Perlahan mobil Panji meninggalkan pelataran rumah keluarga Suryadi.Mobil panji melaju dengan kecepatan sedang menembus jalan raya,menuju rumah sakit.     

Suasana dalam mobil sepi,tidak ada perbincangan antara mereka bertiga.Algis duduk di samping kursi kemudi,sedangkan Bu Rina,wanita paruh baya itu duduk di kursi bagian belakang.Algis ingin membuka obrolan supaya susana tidak sunyi seperti ini.Namun ia tidak tau harus memulai obrolan dari mana.Panji kalo sedang tidak baik suasana hatinya dia malas untuk berbicara.Sedangkan Bu Rina masa bodo dengan sikap Panji yang seperti itu,wanita itu menyibukkan diri dengan smartphone di tangannya.     

"Algis..." panggil Bu Rina memecah kesunyian.     

"Iya Ma.."     

"kamu udah liat kan,hasil renovasi kamar calon cucu Mama?"     

"Iya...Algis udah lihat,bagus banget" kata Algis sembari mengulas senyum.     

"Kalo ada bagian yang gak kamu suka ,kasih tau Mama,nanti Mama bisa suruh untuk diubah lagi"     

"Itu aja udah bagus Ma,Algis suka kok"     

"Mama...harusnya tanya pendapat Panji juga Ma..." Panji tiba-tiba ikut menimpali obrolan Bu Rina dan Algis.     

"Gak usah.."     

"Kenapa gitu,Panji ini Papanya, kalo gak ada Panji Mama gak dapat cucu ya kan" kata Panji sambil tetap fokus pada kemudinya.     

"Kamu gak usah ikut mikirin itu,kamu kerja aja Ji,kerja yang giat cari uang yang banyak buat Algis dan cucu Mama.Biar mereka hidupnya sejahtera" jawab Bu Rina ketus.     

Wanita paruh baya itu sebal sama Panji,lantaran anak semata wayangnya itu selalu protes jika ia ingin ikut serta mengikuti dan mengurus kehamilan Algis.Memangnya apa yang salah dengan itu Bu Rina merasa dia ikut memiliki Algis, pemuda manis itu menantunya ya meskipun belum dinikahi Panji secara sah.     

"Gak usah Mama kasih tau,tiap hari Panji udah kerja keras"     

"Ya bagus lah" jawab Bu Rina Santai.     

"Oh ya Ji,Kalian berdua tidak ingin menikah?" tanya Bu Rina tiba-tiba. Membuat Algis jadi salah tingkah.     

"Mama gak tau hal ini sudah kalian bicarakan atau belum,saran Mama kalian harus pertimbangkan ini,kalo sudah siap dan yakin kalian harus menikah.Mama gak mau cucu Mama gak jelas statusnya secara hukum" sambung Bu Rina panjang lebar ketika tak segera mendengar respon dari Panji dan Algis.     

"Panji udah pikirin itu Ma tapi memang belum Panji omongin sama Algis,Algis kan masih kuliah"     

"Emangnya kenapa kalo masih kuliah,kalo nunggu Algis lulus kuliah emang orang tuanya rela anaknya serumah sama kamu tapi gak di nikahin,hamil lagi.Gimana sih Ji"gerutu Bu Rina di akhir kalimatnya.     

Panji terdiam. Dalam hati ia membenarkan apa yang dikatakan oleh Mamanya.     

xxxx     

Sesampainya di rumah sakit yang di tuju,mereka bertiga langsung menuju ruangan Dokter Aldi.Namun sebelum mereka masuk,Seorang perawat menghampiri mereka bertiga di depan pintu ruang pemeriksaan.     

"Maaf Pak,Bu..hanya boleh satu orang saja yang boleh menemani masuk kedalam"     

"Apa maksudnya??" tanya Panji dengan wajah datar.     

"Iya Pak hanya suami yang boleh ikut masuk" jelas si perawat.     

"Saya ibunya Algis,saya pasti boleh masuk" sela Bu Rina.     

"Maaf Bu tidak bisa" jawab si perawat.     

"Kenapa gak boleh,saya ibunya Algis" tanya Bu Rina dengan nada ketus.     

"Hanya boleh suaminya Ma,jadi Panji aja yang boleh masuk"kata Panji sambil merapihkan kerah kemeja yang tidak berantakan.     

"Enak aja,kamu juga belum nikahin Algis.Mama ikut kesini karena Mama juga pengen nemenin Algis di dalam"     

"Tapi Ma...."     

"Mas....."Algis mengusap lembut lengan Panji.     

"Algis sendiri aja,Mas temenin Mama di ruang tunggu ya..."Pinta Algis dengan tatapan memohon.     

Panji menatap kesal kearah Bu Rina. Begitupun dengan wanita yang melahirkan Panji itu,ia pun menatap kesal kearah Panji.Anak dan ibu itu akhirnya berjalan bersama kearah kursi ruang tunggu.     

Dokter Aldi tersenyum ramah saat ia melihat Algis masuk ke ruangannya. "Silahkan duduk Mas Algis..."ucap dokter Aldi. Seorang dokter spesialis kandungan yang Algis perkirakan usianya memasuki usia tiga puluhan.     

Algis tersenyum canggung,ada rasa malu dan tak nyaman menghinggapi hatinya.Biar bagaimanapun Algis masih belum biasa dengan kondisinya.Dia laki-laki tapi periksa kehamilan seperti seorang perempuan.     

"Mas Algis sehat??" tanya sang dokter masih dengan senyuman ramahnya.     

"Sehat dokter" jawab Algis pelan.     

"Saya periksa dulu tekanan darahnya ya.." kata dokter Aldi sambil memasangkan perekat tensimeter pada lengan Algis.     

"Suster tolong bantu Mas Algis buat chek berat badan,sekalian chek darah ya.." dokter Aldi kembali berbicara setelah selesai memeriksa, sambil mencatat sesuatu di atas buku warna merah jambu.     

"Baik dokter,mari Mas Algis.." Algis bangkit berdiri lalu berjalan mengikuti langkah si suster.     

Selesai menimbang berat badan dan melakukan pengambilan sampel darah Algis kembali duduk menghadap dokter Aldi.     

"Mas Algis sekarang bisa berbaring di sana" dokter Aldi menunjuk ke sebuah ranjang pemeriksaan dengan dilengkapi alat USG di sampingnya.     

"Suster..bisa panggil Pak Panji" kata dokter Aldi pada suster yang membantunya.     

Si suster tak segera menjawab,ada kebingungan di raut wajahnya.     

"Ada apa suster?" heran dokter Aldi.     

"Dokter di luar ada Mama saya,apa boleh Mama saya ikut masuk" tanya Algis, seakan dia tahu apa yang dipikirkan suster di depannya.     

"Ohhh...baiklah,untuk hari ini saya izin kan tapi lain kali cukup satu orang saja yang menemani.Kalo bisa pasangan Mas Algis"     

Algis hanya mengangguk kecil.     

"Izinkan mereka masuk sus.."     

"Baik dok" suster yang membantu dokter Aldi itu bergegas memutar tubuhnya lalu melangkah keluar ruangan untuk memanggil Panji dan Bu Rina.     

Selang beberapa menit kemudian,Panji dan Bu Rina berada dalam ruangan pemeriksaan.Mereka berdiri di sisi kanan Algis,untuk ikut melihat tes USG yang akan dilakukan oleh dokter Aldi.     

"Maaf,permisi ya Mas Algis" kata dokter Aldi saat akan mengangkat keatas kaus yang Algis kenakan.     

"Ehmmm.. dokter tunggu" suara Panji menghentikan gerakan tangan dokter Aldi.     

Semua mata memandang ke arah Panji.     

"Ada cara lain selain, membuka bajunya"tanya Panji dengan wajah datar sperti papan.     

Ini bukan USG Algis yang pertama, sebelumnya mereka pernah melakukan itu.Dan Panji sangat tidak nyaman ketika dokter Aldi membuka Baju Algis,memperlihatkan perutnya yang putih dan halus.     

"Kamu kenapa sih Ji..."kesal Bu Rina dengan sikap aneh putra semata wayangnya.     

Dokter Aldi terseyum maklum.     

"Ada cara lain pak Panji,dengan cara USG internal.Jika saya pakai cara itu,saya harus memasukan alat pemindai kedalam vagina atau bagian belakang pasien"     

"A-apa??" Panji mendelik tak percaya.     

"Tidak...tidak...lakukan seperti biasa dokter"kata Panji akhirnya.     

Cara apa itu pikir Panji. Bukannya lebih baik justru lebih mengerikan. Jika membuka sedikit kaus Algis saja ia tak rela bagaimana ia bisa membiarkan dokter membuka celana Algis.     

Lalu kemudian dokter Aldi menggerakkan alat pemindai atau probe kesekitar area perut Algis. Panji dan Bu Rina tersenyum haru dan bahagia saat melihat gambar janin dari layar monitor.     

Panji berkaca-kaca saat ia melihat gambar calon anaknya dari layar monitor, ukurannya masih sangat kecil,kata dokter Aldi sekitar sebesar kacang tanah.Namun walau begitu anggota tubuh janin mulai berkembang. Bentuk wajah mulai berbentuk seperti hidung, kelopak mata yang mulai nampak.     

Jika tidak melihat keadaan Panji mungkin sudah berhambur memeluk Algis seerat mungkin untuk melampiaskan rasa bahagianya yang membuncah.Cintanya terhadap Algis semakin berlipat-lipat,dalam hati ia berjanji untuk kesekian kalinya.Ia akan membahagiakan Algis apapun yang terjadi,dan akan menjadi ayah yang baik untuk anaknya kelak.     

Rasa bahagia tak hanya dirasakan oleh Paniji.Bu Rina,wanita itu menyeka air matanya dengan ujung jarinya. Bu Rina juga sangat bahagia,sampai usia yang tak lagi muda,Bu Rina hanya di karuniai satu orang anak yaitu Panji. Itu kenapa wanita itu sangat antusias dan bahagia ketika mengetahui Algis hamil.Sedangkan Algis bukanlah seorang perempuan.Mau perempuan atau pun laki-laki jika itu Algis Bu Rina akan tetap menyayangi pilihan anak semata wayangnya.     

"Janin dalam kandungan Mas Algis sehat ya Pak Panji.Tadi bisa di lihat sendiri"kata Dokter Aldi setelah selesai melakukan tes USG."Mas Algis,jangan lupa minum vitamin dan susu hamilnya supaya calon bayi Mas Algis sehat ya" sambung dokter Aldi.     

"Nah,ini buku kehamilan yang harus Mas Algis miliki,semua hasil tes saya tulis di buku ini,untuk pemeriksaan selanjutnya buku ini harus selalu di bawa"     

"Iya dokter" Algis menerima buku warna merah muda yang di sodorkan oleh dokter Aldi padanya.     

Algis sejenak terdiam sambil mengamati gambar ibu hamil dan suami serta anak balita sebagai gambar sampul buku kehamilan itu. Tidak pernah Algis bayangkan jika ia akan memiliki buku kehamilan seperti seorang ibu hamil.Beruntung Algis memiliki Panji yang mempunyai kekuatan di kota ini jadi diluar sana tak ada satupun media yang memberitakan tentang kehamilannya.Dengan kekuasaannya dengan uangnya Panji menutup semua tentang dirinya dari media.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.