My wife is a boy

Mencium Maura



Mencium Maura

0Sesampainya di restoran tempat ia kerja,Bastian bergegas masuk keruang ganti.pemuda bertubuh tinggi itu sebenarnya merasa tidak enak badan.Setelah kejadian memalukan di kamar mandi dengan Radit,ia semalaman tidak bisa tidur.Apalagi ia tidak sarapan pagi ini.Bastian sengaja bangun lebih awal dan buru-buru pergi ke kampus,hal itu ia lakukan untuk menghindari bertemu dengan Radit.Ada rasa malu geli dan rasa yang lain yang membuatnya enggan untuk bertemu dengan Radit.     
0

Setelah berganti pakaian Bastian menyandarkan tubuhnya pada loker ruang ganti.Ia menghela nafas pelan.Tanganya memijit pelan pangkal hidungnya.Kepalanya terasa pusing,tengkuknya rasanya berat dan sakit.Itu semua karena efek kurang tidur.Harusnya Bastian istirahat,seperti yang Algis katakan.Tetapi bagaimana dengan pekerjaannya,dia baru saja bekerja di restoran ini.Ia merasa tidak enak hati jika harus izin tidak bekerja.     

Dalam benaknya Bastian terus terbayang wajah Radit.Jika pagi ini dia bisa menghindari Radit,lalu bagaimana untuk malam ini.Setelah selesai bekerja dia tetap harus pulang ke apartemen Radit bukan.Lagi pula mau sampai kapan ia akan menghindari pria itu.Setengah hari tidak melihat wajah itu saja rasanya seperti ini.Rasa yang bagaimana,entahlah Bastian tak ingin menyebutnya meski di dalam hati.Yang jelas hatinya ingin segera pulang dan bertemu pria itu,makan makanan masakan Radit.Tidur istirahat di kamar Radit yang nyaman.     

Bastian bertannya-tanya dalam hati,apakah semua yang ia rasakan pada Radit hanyalah perasaan terbawa suasana.Ataukah ia benar-benar memiliki perasan pada pria itu.jika tidak ada perasaan apa-apa lalu kenapa ia bereaksi jika di sentuh oleh radit.Kenapa ia merasa senang jika diperhatikan oleh Radit.Dan kenapa juga ada rasa marah di hatinya jika ada orang lain yang dekat denganya selain dirinya.     

Tetapi Bastian merasa bingung dia yakin,seyakin-yakinnya bahwa dia itu bukan gay.Dia laki-laki normal. Dia hanya menyukai perempuan.Sepertinya Bastian harus membuktikan bahwa ia hanya menyukai perempuan.Bukankah laki-laki akan bereaksi jika bersentuhan dengan perempuan.Sekarang pertanyannya gadis mana yang bisa ia mintai tolong.Sambil mengerjakan pekerjaannya,Bastian terus berpikir kira-kira siapa yang bisa membantu nya untuk memperjelas perasaanya.     

Sekilas ia memandang kearah teman kerjanya Dewi.Haruskah ia meminta tolong pada Dewi. Ahhh rasanya tidak mungkin.Mereka baru saja kenal,apa lagi Dewi itu usianya lebih tua beberapa tahun darinya. Akan tidak sopan nantinya.     

Bastian kembali memutar otak, tiba-tiba terbesit nama Maura.Yup betul. Hanya Maura yang bisa membantunya.Dia satu-satunya sahabat cewek yang pasti bisa dan mau menolongnya. Meskipun terkadang Maura itu menyebalkan kan ,namun gadis itu akan selalu ada jika ia mintai tolong. Kali ini dia juga pasti akan mau membantunya.     

Bastian kembali bersemangat melakukan pekerjaannya.Sekalipun rasa sakit kepala masih mendera.Setidaknya ia punya solusi untuk satu masalahnya.     

xxxx     

"Ogahhhh gak sudik gue!!!! " teriak Maura.Keras melengking di telinga.     

Membuat Bastian sampai menutup kedua telinganya dengan tangan.     

"Pleas Ra..cuma elo yang bisa bantu kebingungan gue" mohon Bastian.     

"Kebingungan apa lagi sih Bas...apa yang Lo bingungin"     

"Perasaan gue sama Radit Ra. Gue pengen buktiin kalo semua karena gue terbawa sama suasana. Gue masih suka cewek.Gue yakin Ra.."     

"Astaga ya ampun Bas..ampe kayak gini Lo denialnya,Algis yang gak pernah punya pacar aja bisa bedain mana perasaan cinta dan mana yang bukan Bas,masa elo bingung sih"     

"Gue bukan Algis,gue beda sama dia jangan Lo samain"     

"Apanya yang beda kalian sama sama jatuh cinta sama cowok"     

"Gue straight Ra...gue laki-laki"     

"Terus maksud Lo Algis bukan laki-laki"     

"Ya kali aja dia udah ada bakat dari sananya kan"     

"Sembarangan Lo ngomong Bas, makin gak jelas Lo.Lo ngaku cowok straight emang Lo pernah lakuin itu sama cewek apa"     

"Gue masih perjaka setan"     

"Nah kalo belum pernah lakuin itu jangan ngaku-ngaku straight deh.."     

"Setidak nya gue pernah nafsu waktu deket cewek makanya gue yakin gue gak homo kayak Radit"     

Maura memutar bola mata malas. Sahabatnya ini perlu diberi pencerahan.     

"Emang apa yang salah kalo Lo homo kayak Mas Radit. Toh meskipun homo Mas Radit baik orangnya,ganteng,mapan lagi.Apa yang kurang Bas?? dan apa yang salah kalo Lo ternyata cinta sama dia? Lo malu ngakuin kalo Lo cinta sama laki-laki?"     

Bastian terdiam tak bisa menjawab.     

"Lo gak perlu pembuktian apa-apa.Selagi Lo nyaman sama dia,Lo bahagia sama dia,Lo takut kehilangan dia,itu cinta Bas"     

Bastian masih diam terpaku.     

"Sekarang udah malam Lo mau pulang naik ojek apa di jemput Mas Radit?"     

"Naik ojek" jawab Bastian pelan.     

Siang hari sebelumnya Bastian memang meminta Maura untuk datang ke tempat kerjanya setelah restoran tutup.     

"Ya udah gue balik ya..." Pamit Maura     

Gadis itu baru saja memutar tubuhnya dan baru akan melangkahkan kaki,namun tiba-tiba Bastian meraih tubuh Maura lalu memeluk pinggang Maura untuk lebih merapat ke tubuhya.     

Maura terkesiap..     

Gadis itu tidak mengerti dengan apa yang Bastian lakukan.     

"Maaf Ra... sekali ini aja,gue cuma mau cari tau apa rasanya sama kayak waktu gue lakuin sama Radit"     

Setelah mengatakan itu Bastian meraih tengkuk Maura.Dan langsung saja mencium bibir Maura.Bastian mencium bibir Maura dengan lembut,ia bisa merasakan tubuh Maura yang menegang berusaha menolak ciumannya,Namun Bastian tidak peduli ia justru semakin mencium Maura memagut bibir gadis itu untuk beberapa detik.     

Ciuman keduanya berahir ketika ada lampu mobil menyoroti mereka berdua. Seketika Bastian melepas ciumannya.Dia kaget,Lampu mobil itu adalah mobil Radit. Bagiamana bisa Radit menyusulnya,padahal dia tidak meminta Radit untuk menjemputnya.     

Radit keluar dari dalam mobil.     

"Brakkkk" Suara pintu mobil di tutup dengan keras.     

Radit berjalan kearah di mana Bastian dan Maura berdiri.     

Bastian menelan ludah. Wajah Bastian berubah pucat. Ia persis seseorang yang tertangkap basah sedang berselingkuh.     

"Kok Lo..nyusul ke sini" tanya Bastian dengan suara bergetar.     

"Kenapa..apa lampu mobil gue ganggu adegan ciuman kalian" jawab Radit dingin.     

Tidak ada nada ceria dari kalimatnya,tatapan penuh puja yang biasa ia tunjukan pada Bastian entah hilang kemana.     

Radit mengalihkan pandangannya kearah Maura. Gadis itu masih linglung.Ia masih mengumpulkan kesadarannya kembali.     

"Lo mau pulang, apa Lo mau lanjutin lagi ciuman Lo"     

Bastian kembali menelan ludah.     

Tatapan mata Radit yang dingin seakan mampu membuat tubuhnya menggigil dan membeku.     

"Ra...Lo pulang ya... gue balik bareng Radit"     

"Ra...." Bastian menepuk bahu Maura. Barulah gadis itu kembali kesadarannya.     

Ia begitu terkejut dan langsung memegangi bibinya saat melihat Radit menatapnya dingin.     

"Mas-mas Radit,se-semua gak seperti yang Lo lihat Mas.." kata Maura terbata bata.     

"Ini sudah malam baiknya Lo pulang,Lo naik apa kesini"     

"Ba-bawa mobil sendiri Mas" Maura masih bicara dengan terbata.     

"Cepat pulang sudah malam"perintah Radit,dengan nada suara yang dingin.     

"Iya Mas..."     

"Gue balik Bas.."     

Bastian hanya mengangguk pelan tidak berani mendongakkan kepalanya.     

Maura bergegas berjalan kearah mobil miliknya yang ia parkir kan tak jauh dari tempatnya berdiri tadi.Gadis itu berjalan cepat lalu masuk kedalam mobil. Dalam hitungan menit mobil Maura perlahan meninggalkan area restoran tempat Bastian bekerja.     

Selepas kepergian Maura,Radit memutar tubuhnya lalu melangkah masuk ke mobilnya.Di ikuti Bastian berjalan pelan di belakangnya.     

Sepanjang perjalan pulang ke apartemen Radit yang biasanya banyak bicara, sekarang pria itu hanya diam, tatapannya lurus kedepan.Ia seakan tidak peduli ada Bastian di sampingnya.     

"Pulang kerja jam berapa tadi" tanya Bastian berusaha mencairkan suasana.     

Dari baju yang Radit kenakan,Bastian tahu jika Radit menjemputnya dari rumah.Malam ini Radit memakai jeans warna biru dengan atasan kaus warna abu-abu dan jaket bomber miliknya. Kelihatan makin ganteng. Batin Bastian.     

"Dit gue tanya kok Lo diam aja sih" Bastian merasa diabaikan .Wajah pemuda itu jadi terlihat muram. Namun Radit tidak melihatnya. Karena Radit tidak menoleh sedikitpun kearah Bastian.     

Merasa diabaikan Bastian memilih diam. Keduanya tidak saling bicara sama sekali hingga mereka sampai di apartemen mereka.     

Saat pintu lift terbuka Radit keluar lebih dulu,Bastian mengikuti di belakangnya.     

Ketika masuk apartemen,Bastian di kejutkan dengan banyak makanan yang di tata sedemikian rupa diatas meja.Mungkinkah Radit memasak ini semua sepulang kerja,lalu setelah selesai masak dia sengaja menjemput dirinya di tempat kerja.Apakah Radit bermaksud memberinya suprise.Bastian bermonolog didalam hati.     

"Duduk dan cepat makan" kata Radit bernada perintah.     

Bastian menurut,ia menarik satu kursi dekat Radit lalu duduk dan menikmati makan malam dalam diam.     

Selesai makan malam Radit beranjak dari duduknya lalu membereskan bekas sisa-sisa makan malam mereka berdua serta piring-piring kotor.     

Radit masih diam membisu.Ia menyibukkan diri menyimpan sisa makanan kedalam Tupperware lalu menyimpan nya kedalam kulkas. Bastian ikut membantu pemuda berkulit putih itu mencuci piring bekas makan malam mereka.     

Wajah Bastian sangat sedih,dia tidak biasa di diamkan.Selama mengenal Radit ia tidak pernah diabaikan hingga seperti ini.Pemuda itu ingin menjelaskan bahwa yang Radit lihat tadi di halaman restoran tidak seperti yang terlihat. Namun Bastian bingung ia harus menjelaskan dari mana.Lagi pula untuk apa menjelaskan, mereka tidak dalam satu hubungan.Namun sikap dingin Radit menyiksanya, Bastian tidak suka di abaiakan.     

Selesai membereskan dapur Radit pergi masuk ke kamarnya,Bastian mengikuti langkah Radit mengekor di belakangnya.     

Radit masuk kedalam kamar untuk mengambil seelimut dan bantal miliknya.     

"Dit..." Bastian mencegah langkah Radit yang akan keluar dari kamar. membawa bantal dan selimut.     

"Lo marah?" tanya Bastian dengan wajah sedih.     

Radit menatap kearah mata Bastian.     

"Marah kenapa?" tanya Radit dingin     

"Apa yang Lo lihat tadi gak seperti yang Lo pikirin"     

"Terus..."     

"Jangan kayak gini,gue gak suka"     

"Terus gue harus gimana? apa gue harus ikut berbahagia liat Lo ciuman sama cewek?"     

"Udah gue bilang,itu semua gak seperti yang Lo lihat"     

"Terus apa??"     

"Gue cium Maura cuma buat mastiin perasaan gue aja"     

"Setelah kejadian di kamar mandi,gue jadi bingung Dit,gue bukan homo tapi kenapa gue bisa lakuin itu sama Lo,gue bingung sama perasaan gue belakangan ini.Lo yang tiba-tiba datang dalam hidup gue dan gangguin gue tiap hari,bikin perasaan gue jadi gak jelas gini.Gue cium Maura cuma mau mastiin kalo gue gak homo dan perasaan gue ke Lo itu cuma kebawa suasana"     

Radit menatap Bastian dengan tatapan yang membuat Bastian membeku.     

"Kalo Lo mau mastiin yang ada di dalam sini" Radit menunjuk dada Bastian. "Lo Salah orang,bukan sama Maura.Tapi sama gue langsung" Radit berjalan mendekat,memangkas jaraknya dengan Bastian. Reflek Bastian melangkah mundur hingga langkahnya berhenti tepat di pinggir ranjang tempat tidur.     

"Lo Ragu kan...Malam ini gue bantu Lo buat ngilangin keraguan Lo" Radit semakin mendekati Bastian hingga tak ada jarak antara mereka berdua.     

"L-lo mau apa " tanya Bastian dengan nada suara bergetar. Wajah Bastian panik dan bingung.     

"Kita buktiin kalo Lo bukan terbawa suasana,Lo punya perasaan sama gue" bisik Radit dengan suara berat dan nafas memburu.     

Bastian merinding. ia mendorong tubuh Radit menjauh darinya.Namun Radit tak bergeser sedikit pun.Pria itu justru mendorong tubuh Bastian hingga jatuh terlentang diatas tempat tidur.     

Radit langsung memposisikan dirinya berada diatas Bastian.     

"Minggir...Lo ngapain"kata Bastian dengan tubuh bergetar.     

"Ssttttttt... "Radit meletakkan jari telunjuknya pada bibir Bastian.     

"Setelah ini,Lo gak akan bingung lagi" kata Radit sambil meraup bibir Bastian.Membawa bibir pemuda itu dalam ciuman panas.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.