My wife is a boy

Tentang masa lalu



Tentang masa lalu

Rumah kediaman Pak Suryadi itu sangat besar,dan memiliki halaman depan dan belakang yang sangat luas. Sejak Algis tinggal di rumah itu,Panji sengaja membuatkan satu ruang khusus di halaman belakang untuk ruang lukis Algis.Sebisa mungkin Panji membuat kekasihnya nyaman dan tidak kekurangan satu apapun.Berusahaa membuat Algis tidak merasa bosan, walau pemuda manis itu tidak banyak keluar rumah selain pergi kuliah.     

Lagi pula Algis memang pada dasarnya bukanlah tipe orang yang suka menghabiskan waktu di luar rumah. Saat tinggal bersama orangtuanya dulu,dia jarang keluar. Hanya di saat ada kepentingan saja Algis keluar rumah. Seperti saat belanja, mengerjakan tugas kuliah dengan dua sahabatnya.     

Jadi ketika ia hidup bersama dengan Panji,dan pria itu sering melarangnya keluar tanpa pengawasan Algis tidak risih atau keberatan.Pemuda manis itu tetap bisa menikmati hari-harinya. Justru sejak hidup bersama dengan Panji, Algis merasa lengkap dan bahagia.     

Bagaimana ia tak merasa lengkap dan bahagia,memiliki kekasih yang tampan,kaya dan sangat menyayangi dirinya,belum lagi kedua orang tua Panji yang sangat memanjakannya.Tak pernah terbayang oleh Algis ia akan bertemu Panji ,jatuh cinta dan hidup bersama pria itu.Pria yang seharusnya menjadi kakak iparnya.     

Mahendra Panji Winata,hanya memikirkan nama pria itu saja mampu membuat jantung Algis berdebar-debar.Pemuda manis itu duduk menghadap ke arah kanvas di depannya,tangannya dengan lihai menggerakkan kuasnya di atas kanvas.Sejak usia taman kanak-kanak,Algis suka menggambar,Algis kecil sering menyabet juara dalam bidang menggambar.Hoby itu berlanjut hingga usia remaja.Dan ketika masuk kuliah Algis memutuskan untuk masuk fakultas seni lukis.     

Buat Algis melukis itu sesuatu yang menyenangkan,tempat untuk ia menuangkan isi hatinya yang tak mampu ia ungkapkan pada orang lain.Jika ia sedih,kecewa,bahagia semua bisa ia tuangkan dalam bentuk lukisan.Seperti saat dimasa masa ia mulai jatuh cinta Pada Panji,saat itu Algis tidak bisa mengungkapkan perasaanya pada Panji. Namun dengan melukis wajah Panji di atas kanvas hal itu seakan bisa membantu Algis mencurahkan isi hatinya.     

Saat itu Algis melukis wajah Panji dengan segenap hati dan cintanya.Dan ketika lukisan itu selesai,disaat yang sama ia harus meninggalkan rumah Panji karena kakaknya telah kembali kala itu.Saat itu,lukisan itu terpaksa ia tinggalkan di sudut ruang kamar rumah ini,Namun semua itu telah berlalu.lukisan itu sekarang terpanjang indah di kamar Panji.Yang kini menjadi kamar mereka berdua.Kini ia kembali ke rumah ini.Tidak hanya sekedar kembali,tapi ia juga memenangkan hati Panji.     

Algis tidak tahu Pasti kapan hari jadi mereka ,kerena Panji tidak melakukan sesi menembak gebetan.Tidak ada hal hal seperti itu dalam hubungan mereka berdua. Semua mengalir begitu saja.Ketika mereka menyadari memliki perasaan yang sama dan takut kehilangan satu sama lain,di saat itulah mereka bersama menyatukan hati mereka berdua.     

Bibir mungil Algis melengkung membentuk satu garis senyuman saat sesorang datang menghampirinya.Dari aroma tubuh maskulin yang menyapa Indra penciumannya Algis bisa menebak, siapa orang yang datang ke ruang lukisnya. Aroma yang sangat ia kenal.     

Panji melangkah mendekati Algis yang sedang sibuk melukis,ia lalu melingkarkan kedua lengan besarnya pada leher pemuda manis itu.Panji memiringkan kepalanya,untuk mengecupi leher jenjang kekasihnya,menghirup wangi tubuh Algis yang selalu ia rindukan setiap saat.Entah,Panji tidak tau kenapa tubuh Algis begitu sangat wangi,begitupun dengan surai hitamnya,Harum dan lembut.     

Mungkinkah Algis punya kelebihan lainya, bisa saja kan Algis salah satu orang yang bisa mengeluarkan aroma wangi secara alami dari dalam tubuhnya,seperti dalam dongeng.Jika tidak seperti itu lalu kenapa tubuh kekasihnya itu semerbak wangi seperti bunga.Apa lagi kulit yang halus dan putih.Apakah Algis itu bidadara dari kayangan yang dikirimkan untuk dirinya.Hmmm..Panji mulai berimajinasi yang tak masuk akal.     

"Mas....jangan ganggu dong"kata Algis,ia merasa geli karena Panji yang terus menciumi lehernya.     

"Rindu...." jawab Panji tak berhenti mengecupi leher kekasihnya.     

"Kita serumah Mas..rindu gimana sih"     

"Sehari gak liat kamu aku rindu.."     

Algis mengulum senyum.     

Pemuda manis itu masih sibuk menggerakkan kuasnya di atas kanvas.     

"Kamu pakek parfum apa sebenernya kenapa wangi banget kayak bunga"     

"Gak pakek parfum,Algis habis mandi aja, Nungguin mas Panji pulang tapi lama banget,ya udah Algis mending nyicil tugas kuliah di sini"     

Panji menarik salah satu kursi di ruangan itu untuk duduk didekat kekasihnya.     

"Sudah makan malam belum?" tanya Panji sambil menghela rambut poni kekasihnya yang hampir menutupi mata.     

"Sudah,Mas Panji mandi dulu sana nanti Algis temenin makan malam"     

"Nanti saja,aku masih kangen kamu"     

"Kayak kita baru pisah lama aja Mas..."     

"Jangan sampai Algis...aku bisa mati kalo pisah lama sama kamu"     

"Makin hari,Mas Panji makin pinter gombal"     

"Gak gombal ini serius Gis.."     

Algis menghentikan kegiatan melukisnya.Pemuda berwajah manis itu memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah pria kesayanganya.Ia meraih tangan Panji dan menggegamnya erat.     

"Mas...Mas gak boleh ngomong gitu,setiap mahluk hidup di dunia ini gak ada yang abadi.Kita akan selalu bersama sebisa kita Mas,tapi..jika suatu hari terjadi sesuatu pada Algis Mas gak boleh terpuruk,Mas harus tetap hidup bahagia,janji..."     

"Aku akan hidup bahagia jika itu bersama kamu Gis.."     

"Dengan Algis atau tanpa Algis Mas Panji harus hidup bahagia,karena Algis bahagia jika Mas Panji bahagia."     

"Kamu kenapa ngomong gitu?"     

"Adakalanya kita harus memikirkan hal yang terpahit dalam hidup ini Mas"     

"Kita akan selalu bahagia dan selalu bersama sampai kita tua Gis,bersama anak kita"     

Panji mencium tangan kekasihnya.     

"Mas..."panggil Algis lirih     

"Hmmmm...."     

"Algis mau cerita.."     

"Tentang?"     

"Algis ketemu sama Sandra, perempuan yang ketemu sama kita di babyshop"     

"Ketemu dimana?apa yang dia katakan?"     

"Gak sengaja ketemu,waktu Algis cari kanvas"     

Panji mengerutkan kening hingga membuat kedua alis tebalnya hampir menyatu.     

"Di toko alat lukis langganan mu?"     

Algis mengangguk.     

"Ngapain dia disana?"     

"Algis gak tau Mas,mungkin dia cari alat lukis juga,gak mungkin kan cari baju"     

Panji tertawa pelan dan mengusak rambut Algis gemas.     

"Aku gak yakin dia suka melukis Gis,jadi aneh saja kenapa dia ada di tempat itu"     

"Emangnya hanya orang yang suka melukis saja yang boleh masuk toko itu"     

"Bukan gitu Gis.... sudahlah,lalu apa yang dia katakan"     

"Dia mau rebut Mas Panji dari Algis"     

"Hah???"kaget Panji.     

"Dia ngomong gitu?? percaya diri banget. Hal itu gak akan terjadi"     

"Trus..dia ngomong apa lagi?"     

"Dia juga bilang,dia pernah tidur sama Mas Panji beberapa kali"     

"Ehemn... ehemn" Pajii berdehem beberapa kali, untuk merilekskan tubuhnya.     

"Kalo yang itu,emang terjadi"ucap Panji pelan. Pria itu tampak salah tingkah.     

Ini adalah untuk kali pertama selama bersama Algis,Panji membahas tentang masa lalunya.Dan rasanya sangatlah tidak nyaman.Kalo bisa Algis itu tidak perlu tahu masa lalunya. Itu hanya akan membuat Algis mungkin saja berpikiran buruk tentangnya yang suka berganti-ganti wanita.     

"Gak usah panik gitu Mas...."kata Algis sambil mencubit pelan ujung hidung mancung Panji.     

"Algis gak akan mempermasalahkan masa lalu Mas Panji.Yang penting sekarang dan seterusnya Mas Panji hanya milik Algis seorang"Lanjut Algis dengan senyum mengembang di bibirnya yang ranum.     

Panji ikut tersenyum lega. Ternyata apa yang is khawatirkan tidak terjadi. Algis tampak tidak terpengaruh dengan cerita antara dia dan gadis bernama Sandra itu.     

Panji mengenal Sandra dari Radit sahabatnya.Saat mereka berdua liburan ke resort pribadi milik keluarga Panji,Radit membawa gadis itu dan mengenalkan pada Panji.     

Sandra memang wanita yang cantik,tubuhnya tinggi langsing bak model,pria mana yang tidak tergiur jika di dekati terus oleh gadis seperti itu.Sama halnya dengan Panji,ia juga tak menolak saat Sandra mengajaknya berhubungan badan tiap kali ada kesempatan.     

Namun hubungan mereka hanya sebatas itu. Tidak pernah ada hubungan ikatan jalinan asmara antara mereka.Sampai suatu hari Panji di paksa orang tuanya untuk menikah dengan Ajeng. Sejak itu Panji tidak pernah bertemu dengan Sandra.     

"Kayaknya Sandra itu suka banget sama Mas Panji"     

"Biarkan saja itu urusannya,lain kali jika bertemu dia lagi,apapun yang ia katakan abaikan saja,oke"     

"Iyaa....Mas.." Algis Mulai merapihkan alat lukisnya.     

"Kamu udah selesai?"     

"Lanjut besok lagi,kalo Algis masih disini Mas Panji gak akan buruan mandi dan makan malam"     

Setelah itu mereka berdua bangkit berdiri,lalu berjalan keluar meninggalkan ruang lukis milik Algis, untuk kembali ke kamar mereka berdua.     

Saat melewati ruang tengah,ada Pak Suryadi dan Bu Rina minum teh sambil bercengkrama berdua.Melihat Algis Bu Rina memanggil pemuda manis itu untuk duduk di sisinya.     

"Sini dulu Gis.." panggil Bu Rina.     

Algis melangkah mendekati kedua orang tua Panji,lalu duduk di sebelah Bu Rina.Diikuti Panji yang ikut duduk tak jauh dari orang tuanya.     

"Mama kok lupa ya gak nanyain,keadaan kamu,gimana kamu masih suka mual gak,lemes gak?"tanya Bu Rina ketika Algis sudah duduk di sebelahnya.     

"kadang-kadang aja Ma...kan Algis rutin minum vitamin dari dokter Aldi"     

"Good boy...ikuti semua saran dokter ya Gis biar kamu dan bayi kamu sehat.Oh ya udah waktunya periksa belum"     

"Masih Minggu depan Ma..."     

"Ji..kamu harus sempatin waktu kalo Algis waktunya periksa" Bu Rina menoleh kearah Panji.     

Yang di ajak bicara tak menyahut. Pura-pura gak dengar.Lagi pula Panji itu protective sekali kalo soal Algis. Jadi gak perlu diingatkan Panji sudah tahu harus bagaimana.     

"Terus kalo Algis minta apa-apa kamu harus turutin ya Ji"     

Panji memutar bola mata malas. Memangnya siapa selama ini yang menuruti permintaan Algis yang aneh-aneh kalo bukan dirinya.     

"Kamu gak boleh ya Ji berbuat hal-hal yang gak baik di luar sana. Inget Algis lagi hamil anak kamu.Gak boleh bunuh binatang gak boleh aniaya binatang. Pamalik inget itu ji.pokoknya harus hati hati kamu,mulai sekarang" kata Bu Rina panjang lebar.     

"Kamu dengerin Mama ngomong gak sih Ji"     

"Iya Ma..Panji denger"     

"Satu lagi..tahan libido mu,jangan keseringan kasihan Algis"     

"uhuk..."Pak Suryadi yang kebetulan menyesap teh hangatnya hampir saja tersedak.     

Pria paruh baya itu menoleh kearah istrinya.     

"Apa?? Mama kan bener"ucap Bu Rina ketika Pak Suryadi memandangi dirinya.     

"Panji dan Algis udah dewasa Ma,sudah tau"     

"Tetap aja Pa..si Panji perlu diingat kan"     

"Mama gak perlu ngatur-ngatur urusan ranjang orang lain Ma. Urus,urusan ranjang Mama sendiri" Celetuk Panji dengan ekpresi santai. Seakan ia bicara pada temannya bukan kepada orang tuanya.     

Bu Rina terdiam seketika.Bibirnya terkatup rapat.     

"Mas....." mendengar Panji bicara seperti itu Algis jadi gak enak hati pada orang tua Panji.     

"Udah malam kamu harus istirahat,ayo"     

Panji bangkit berdiri lalu mengulurkan tangannya ke arah Algis.     

"Ma.Algis istirahat dulu ya..."     

"I-iya selamat malam sayang"     

"Selamat malam juga Ma.."     

Lalu Algis menyambut uluran tangan Panji.     

"Panji kalo ngomong kurang ajar banget sih Pa.." gerutu Bu Rina setelah Panji dan Algis masuk ke kamar mereka.     

1

"Apa yang dia bilang bener,Mama jangan urusin urusan ranjang orang lain"     

"Papa ini gak pernah belain Mama"kesal Bu Rina.     

Pak Suryadi tersenyum sambil menggeleng kan kepala.Istrinya tidak menyadari sedikit banyak sifat Panji itu turunan darinya.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.