My wife is a boy

Bertemu Sandra



Bertemu Sandra

0Dengan ditemani Pak Tori,pulang kuliah Algis mampir dulu di toko langganannya untuk membeli kanvas.Dosennya memberi tugas untuk mengumpulkan hasil karya lukisan bertema alam dalam waktu dua Minggu.Sebagai tugas susulan karna Algis sudah terlalu sering absen.Selain untuk membeli kanvas Algis juga ingin membeli beberapa cat akrilik,sebagai alat tempurnya saat melukis.     
0

Saat Algis selesai memilih semua yang ia perlukan dan akan membayar ke kasir tanpa sengaja Algis menabrak seseorang di depannya.     

"Bruk"     

Semua cat serta kanvas di tangan Algis jatuh berserakan di lantai.     

"Aww..maaf ya..gak sengaja" kata seseorang itu sambil berjongkok membantu Algis memunguti barang miliknya.     

"Gak Apa-apa,Algis yang gak hati-hati" kata Algis sambil beranjak berdiri.     

Mereka berdua berdiri saling berhadapan. Algis seperti pernah melihat orang di depannya sekarang ini.     

"Heiiii....ketemu lagi, kita pernah ketemu di babyshop.Benar?"     

Algis berusaha mengingat. Lalu kemudian ia tersenyum.     

"Ahh..iya Algis ingat. Teman mas Panji ya.."     

Wanita cantik seumuran Panji itu menganggukkan kepala sambil terseyum.     

"Sandra,panggil aku Sandra.."     

Wanita bernama Sandra itu mengulurkan tangan.Algis lalu menyambut uluran tangan itu sambil menyebut namanya sendiri.     

"Algis.."     

"Kebetulan sekali kita ketemu lagi di sini ya.."     

Algis hanya tersenyum tipis.     

"Iya...kalo begitu Algis permisi dulu,mau bayar tagihan"     

"Ehh....apa buru-buru,bisa gak sih kita ngobrol sebentar.Aku traktir minum kopi paling enak di sekitar sini" ajak wanita bernama Sandra itu.     

Algis tak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak,haruskah ia menolak. Biar bagaimanapun dia sempat mendengar jelas kalimat terahir wanita di depannya itu saat bertemu Panji. Jangan di kira Algis tidak kepikiran dengan wanita ini,tentu saja Algis bertanya-tanya siapa wanita ini. Algis hanya tidak mau bertanya lebih dulu pada Panji sebelum Panji sendiri yang bercerita siapa dia.     

"Kalo gak bisa gak apa-apa,kamu pasti sibuk" kata Sandra saat melihat Algis masih terdiam tidak menjawab ajakannya.     

"Algis bisa kok,kebetulan Algis ada waktu.Tunggu sebentar Algis bayar ini dulu"     

Setelah itu Algis melangkah ke meja kasir untuk membayar apa yang ia beli.Lalu kemudian Algis menghampiri Pak Tori yang berdiri menunggu di depan toko.     

"Pak..." panggil Algis pada Pak Tori.     

Melihat Algis keluar dari toko Pak Tori segera menghampiri pemuda manis itu.     

"Iya Den.. apa sudah selesai?"     

"Iya sudah..tapi Pak Tori pulang duluan ya,Algis mau pergi sebentar"     

"Tapi Den..." Pak Tori ragu.     

Pria paruh baya itu masih belum lupa dengan kejadian dulu saat Algis memintanya untuk pulang lebih dulu. Dia hampir saja kehilangan pekerjaannya.     

"Algis telpon Mas Panji sekarang Pak"kata Algis,seakan dia tau apa yang sedang Pak Tori pikirkan.     

Algis merogoh ponselnya dari saku celananya Lalu ia menghubungi nomer Panji.     

"Hallo.... Mas,Algis suruh Pak Tori pulang duluan ya Mas,Algis masih ada keperluan" kata Algis saat sambungan telepon terhubung dengan Panji.     

Algis diam sejenak untuk mendengar kan jawaban Panji dari seberang telepon.     

"Sebentar aja Mas...nanti Algis bisa pulang naik taxi.Boleh ya..."     

"Iya Mas..iya..nanti Algis kasih tau tempat nya"     

Setelah bicara dengan Panji,Algis mematikan ponsel nya lalu kembali memasukan ponsel miliknya ke saku celananya.     

"Pak Tori...Algis udah bilang Mas Panji,gak apa-apa Pak Tori bisa pulang duluan"     

"Kalo begitu saya permisi dulu Den Algis"     

"Iya Pak...hati-hati ya Pak,ini tolong di bawa simpan di ruang lukis saya ya pak"Algis memberikan peralatan lukis yang baru saja ia beli.     

Pak Tori menganggukan kepala kemudian Pak Tori menyimpan peralatan lukis Algis ke dalam bagasi mobil.Setelah itu Pak Tori pergi meninggalkan Algis serta Sandra yang sedari tadi berdiri tak jauh dari Algis.     

"Kayaknya Kamu spesial banget ya buat Panji..." ucap Sandra, setelah ia mendengar percakapan Algis dengan Panji di telpon.     

Algis hanya tersenyum,menanggapi ucapan Sandra.     

xxxx     

Sandra membawa Algis ke sebuah caffe,mereka berdua duduk saling berhadapan.Tidak lama datang seorang pelayan caffe membawa dua cangkir kopi.     

"Maaf kalo menyita waktu mu ya Gis.."kata Sandra membuka obrolan.     

"Gak apa-apa, Algis ada banyak waktu"     

"Oh ya,waktu ketemu di babyshop kalian lagi cari apa?"     

"Ada anak sodara Algis yang ulang tahun,Algis cari kado"     

"Wow...Panji mau melakukan hal-hal yang dulu menurutnya buang-buang waktu"     

Algis hanya tersenyum seadanya menanggapi wanita bernama Sandra itu.     

"Kamu cowok yang manis,gak heran Panji suka kamu,sampai pindah haluan" kata Sandra lagi dengan tawa kecil.     

Algis terdiam.     

"Jangan bingung gitu,kalian berdua sangat jelas.Siapapun yang liat kalian berdua pasti bisa menebak kalian pasangan" kata Sandra sambil menyesap kopinya dengan anggun.     

"Kak Sandra sudah lama kenal sama Mas Panji?"     

Sandra mengibaskan tangannya ke udara.     

"Gak usah panggil kak,Sandra aja biar kita kelihatan lebih akrab"     

"Aku belum lama kenal Panji tapi kami pernah dekat,semua berakhir saat dia tiba-tiba menghilang dan ada kabar dia akan menikah dengan seseorang.Tapi ternyata ada kabar lagi dia membatalkan pernikahannya dan justru sekarang dia sama kamu"     

"Sandra banyak tau tentang Mas Panji.."     

Sandra kembali tertawa kecil.     

"Kenapa...kamu gak suka?"     

"Tidak begitu,Algis tidak membatasi dengan siapa Mas Panji berteman"     

"Bukan teman biasa,kami pernah tidur beberapa kali"tukas Sandra cepat.     

Untuk sesaat Algis kembali terdiam.Tetap tenang.     

"Sebenernya apa tujuan Sandra mengundang Algis untuk minum kopi di sini"     

"Untuk mengenal mu lebih dekat.Tentu saja"     

"Kenapa??"     

"Karna aku ingin tau orang seperti apa yang mampu membuat Panji meninggalkan semua wanitanya,bahkan calon istrinya"     

"Lalu setelah itu...??"     

Sandra tidak langsung menjawab. Wanita cantik itu kembali menyesap kopi miliknya.     

"Minum kopi mu Gis...tenang aja,gak ada racun sianida nya di situ" kata Sandra sambil menyugingkan senyum di sudut bibirnya.     

"Jujur saja,aku masih tertarik pada Panji.Dan aku ingin memilikinya"     

"Tapi Sandra sudah tau kan,Mas Panji bersama Algis sekarang"     

"Tidak masalah,kalian berdua hanya hidup bersama, yang sudah menikah saja bisa kita rebut.Apa lagi yang hanya hidup bersama,lagi pula hubungan antara laki-laki dan laki-laki tidak pernah ada masa depannya"     

"Apa maksudnya,tidak pernah ada masa depannya?"     

Sandra tertawa pelan.     

"Ayolah Algis..jangan terlalu naif, Panji itu pengusaha muda,apa kamu pikir dia akan menikahi mu lalu mengatakan pada dunia kamu istrinya"     

Algis terpaku diam.     

"Percayalah kamu pasti akan berakhir seperti yang lainnya,apa lagi kamu laki-laki.Panji hanya ingin main-main sebentar dengan mu"     

"Itu kan orang lain,bisa saja Algis tidak berakhir seperti Sandra dan yang lainnya" kata Algis,berusaha tetap tenang.     

Wajah Sandra berubah kesal.     

"Algis harus pulang sekarang, terimakasih traktirannya"Algis beranjak berdiri dari duduknya.     

"Gis....tunggu"     

Algis menunggu apa yang ingin Sandra katakan.     

"Gimana kalo kita bersaing untuk mendapatkan Panji"     

"Silahkan Sandra, jika Mas Panji mau dengan Sandra"jawab Algis sembari mengulas senyum.     

"Permisi..."     

Algis melangkah keluar caffe meninggal kan Sandra.Ia lalu menghentikan taxi yang melintas di depannya.Selama di dalam taxi Algis memikirkan semua yang di katakan oleh Sandra di caffe tadi. Sedikit banyak perkataan wanita itu cukup mempengaruhi Algis. Apa yang di katakan Sandra itu ada benarnya juga. Panji adalah pengusaha muda,hidupnya di kelilingi banyak orang.Sekalipun Panji akan menikahinya,namun mungkin kah Panji akan mengenal kan dirinya sebagai pasangannya di muka umum. Kalo pun Panji melakukan itu,apa ia tega melihat Panji di permalukan banyak orang dan jadi bahan gunjingan.     

Algis mendesah pelan,ia buru-buru menepis pikiran dangkalnya itu. Sandra hanya salah satu wanita yang tidak bisa menerima kenyataan.Biarkan saja dia mau berkata apa. Yang terpenting adalah Panji. Dan Algis percaya pada Panji. Pria itu tidak akan meninggalkannya meski ada sepuluh wanita seperti Sandra menggodanya.     

xxxx     

Sesampainya di rumah Algis segera menuju Kamarnya dan Panji di lantai dua. Saat sampai di lantai dua,Algis di kejutkan dengan Bu Rina yang sedang sibuk mengawasi beberapa orang yang sedang merenovasi kamar yang ada di depan kamar Panji.     

"Ma....." Bu Rina menoleh kearah Algis.     

"Eh sayang..udah pulang ya..kamu tadi kemana kok gak pulang sama Pak Tori?"     

"Algis ada janji sama teman Ma..."     

"Lain kali harus selalu di jemput Pak Tori ya Gis,jangan suka naik kendaraan umum.Inget kamu sedang hamil kalo ada apa-apa gimana"     

"Algis naik taxi Ma,aman kok.Oh ya ini kamarnya mau di apakan Ma.."     

"Mama mau jadiin kamar ini jadi kamar bayi kalian Gis"kata Bu Rina dengan binar bahagia.     

"Ma...kan masih lama,apa ini gak berlebihan"     

"Enggak donk sayang...pokoknya kalo cucu Mama lahir harus sudah ada kamar sendiri,Mama gak mau cucu Mama satu kamar dengan orang tuanya. Bahaya! bisa aja nanti liat hal-hal yang gak seharusnya di lihat"     

Algis tersenyum malu mendengar kata-kata Bu Rina.     

"Kalo Nio kesini gimana Ma..ini kan kamar dia"     

"Bisa di kamar yang lainnya,dia pasti mau ngalah.Oh ya bulan depan mereka akan datang kesini"     

"Oh ya....Nio juga Ma..." Algis tiba-tiba merasa senang mendengar keluarga dari Melbourne akan datang.Dia kangen Nio.     

"Iya Gis...kan Mama mau bikin syukuran buat kamu,nanti kalo usia kandungan mu udah tiga bulan" kata Bu Rina pelan.Tidak berani bicara keras ada pekerja di sekitar mereka berdua.     

"Mama beneran mau adain acara itu"     

"Iya dong..."     

"Tapi Ma...."Algis tampak ragu.     

"Kenapa Gis...."     

"Apa nanti gak ngundang banyak pertanyaan orang ya Ma...kalo di tanya orang syukuran dalam rangka apa,kita mau jawab apa?" tanya Algis pelan.     

Bu Rina menangkap pipi Algis dengan satu tangannya.     

"Jangan khawatirkan itu Gis...kita hanya mengundang orang-orang terdekat kita saja, kita bisa mengatakan pada tamu kalo syukuran itu buat keberhasilan Panji dalam pekerjaannya.Yang penting dalam hati kita,kita bersyukur buat calon bayi mu Gis"     

Algis menganggukkan kepala mengerti.     

"Kalo gitu Algis masuk kamar dulu ya Ma..."     

"Iya sayang..."     

Bu Rina mengusap kepala Algis dengan lembut.Setelah Algis masuk ke dalam kamar Bu Rina kembali fokus pada beberapa pekerja.     

"Eh..Mas..mas...tolong di sudut itu lebih rapih lagi ya...kalo gak rapi saya mau di tata ulang"     

Bu Rina kembali protes, Wanita paruh baya itu meminta pada pekerja konstruksi untuk menata kamar calon cucunya sesuai dengan yang ia inginkan. Sang desainer interior yang mengarahkan para pekerja pun di buat pusing dengan kemauan Bu Rina.Bu Rina adalah salah satu klien yang lumayan rumit.Mungkin karena dia merasa membayar mahal untuk itu.     

xxxx     

Radit kembali melirik jam tangannya,Pria itu sengaja meluangkan waktu untuk menjemput Bastian di kampus. Namun hampir dua puluh menit menunggu,orang yang di tunggu belum juga kelihatan.Radit mulai gelisah.Harus nya di jam segini Bastian keluar dari kelasnya.Dari pada menunggu tanpa kejelasan Radit akhirnya memilih untuk keluar dari mobil.Ia berjalan kearah fakultas seni untuk mencari Bastian.     

Mata Radit melihat kesekeliling fakultas namun tidak menemukan Bastian.Radit merogoh ponselnya dari saku celana,mencoba untuk menghubungi Bastian,namun ponsel Bastian tidak aktif.     

"Ra....Maura..!!"teriak Radit saat kebetulan dia melihat Maura.     

"Ehh Mas Radit....kok di sini?"heran Maura.     

Gadis itu berjalan ke arah Radit.     

"Bastian mana?"     

"Bastian udah duluan,dia kerja Mas"     

"Hah???? kerja?? kerja apa? dimana?"     

"Lho...Mas Radit gak tau?Bastian gak cerita?" Maura balik bertanya.     

"Enggak,Gue gak tau"     

"Bastian kan kerja part time Mas, di restoran."     

"Part time? di restoran? ngapain????"     

Radit heran,buat apa Bastian tiba-tiba kerja Part time.Yang ia tahu Bastian anak dari keluarga yang cukup berada. Dia tidak kekurangan apa pun.Lalu buat apa susah payah dia kerja di restoran.Radit jadi teringat kejadian tempo hari di kamar mandi saat dia menegur Bastian tentang cara mencuci kamar mandi.     

Radit menepuk keningnya sendiri.Ia ingat sekarang,pasti karena kejadian itu Bastian nekat kerja paruh waktu.Ahhh Radit sama sekali tidak menyangka jika Bastian akan serius akan hal itu.Lagi pula dia tidak bermaksud perhitungan pada Bastian.Radit mampu menafkahi Bastian sekalipun jika pemuda itu tidak berkerja paruh waktu.     

"Ra...tau tempat kerjanya? antar Gue kesana"     

"Boleh Mas..gak jauh kok dari sini"     

Radit dan Maura pergi ke tempat di mana Bastian kerja paruh waktu.Seperti yang Maura katakan restoran yang di maksud tidak jauh dari kampus.     

Radit memarkirkan mobilnya lalu bersama Maura dia masuk kedalam restoran.     

Radit memilih tempat duduk yang tak jauh dari pintu masuk.Iris matanya mengedar mencari sosok pemuda yang ia khawatirkan.     

"Kok Bastian gak kelihatan dia kerja bagian apa Ra"     

"Harusnya sih dia kelihatan Mas,dia bagian pelayan kok"Maura ikut mengedar kan mata nya mencari sosok sahabatnya.     

"Pantesan dia sering pulang malam belakangan ini,Gue kira dia sibuk karena tugas kuliah"     

Radit teringat saat Bastian pulang telat dengan wajah lelah,dan barakhir tertidur di sofa tanpa makan malam.     

"Gue kira,dia cerita sama Lo mas"     

"Gak,dia gak bilang dia kerja paruh waktu.Kalo gue tau mana gue izinin"     

"Sudah gue duga,Mas Radit gak akan biarin istri tercinta kerja keras cari nafkah"     

Radit tertawa mendengar kata-kata Maura.     

"Nah itu Bastian Mas..."     

Maura menunjuk kearah Bastian yang keluar dari arah belakang membawa berapa makanan yang kemudian ia hidangkan untuk pelanggan.     

Radit tertegun saat melihat pemuda yang biasanya berpenampilan asal brantakan.Sekarang terlihat rapih dengan setelan seragam hitam putih.Pemuda tinggi berkulit putih itu terlihat semakin menawan.Rambutnya ia ikat kebelakang,kemeja slimfit sangat pas membalut tubuhnya yang berotot namun tetap terlihat ramping.     

Pemuda itu juga tersenyum dengan ramah pada pelanggan, padahal biasanya dia tipe orang yang suka marah marah dan mengumpat.Rupanya seseorang bisa berubah 180° jika sedang terdesak. Bisa melakukan apa pun yang biasanya tidak ia lakukan.     

"Bas...." Maura memanggil Bastian.     

Bastian menoleh kearah suara yang memanggilnya.     

Ia mengerutkan kening saat melihat Radit dan Maura duduk di kursi pelanggan.Lalu Bastian berjalan menghampiri dua orang yang sangat di kenalnya itu.     

"Ngapain kalian berdua di sini"tanya Bastian saat tepat berada di depan Radit dan Maura.     

"Lo sama pelanggan lain bisa ramah banget,giliran sama kita berdua kayak mau ngajak ribut nanyak nya" protes Maura.     

"Yang... kok gak bilang sih kerja di sini"     

Radit meraih pergelangan tangan Bastian.     

"Apa'an sih...." Bastian menepis tangan Radit.     

"Kalo gak ada niatan pesan apa-apa keluar aja kalian berdua,ngapain duduk di sini"     

Sejujurnya Bastian hanya tidak nyaman dengan kehadiran Radit dan Maura. Entahlah rasanya dia tidak ingin Radit melihat nya bekerja.     

"Yang..ayok pulang" ajak Radit.     

Bastian mendelik.     

"Gue kerja,enak aja ngajak pulang,Lo kira ini restoran punya Lo"     

"Kenapa Lo gak bilang sih kalo kerja,buat apa? gaji gue masih cukup buat biaya hidup kita" kata Radit dengan wajah sedih.     

Bastian memutar bola mata malas. Gak perlu juga kan Radit menggombal seperti itu depan Maura. Lihat saja ekpresi gadis berambut sebahu itu,dia seakan siap untuk menggelepar berguling bahagia di lantai.     

"Kalo gak ada kepentingan,sana pergi.Ini masih jam kerja kantor kan,belum waktunya Lo pulang"     

Bastian mendorong pelan tubuh Radit.     

"Tapi yang...."     

"Gue lagi kerja,nanti gue juga bakal pulang"     

Bastian terus berusaha mendorong tubuh Radit untuk keluar dari dalam restoran.Tapi Radit tidak mau.     

"Ada apa ini?"     

Suara seseorang menghentikan aksi dorong yang dilakukan oleh Bastian pada Radit.     

"Apa ada masalah Bas?" tanya si manager sekaligus owner restoran.     

"Ehmmm tidak ada Pak" jawab Bastian,berusaha bersikap biasa saja.     

Pemilik restoran yang masih terlihat muda itu melirik kearah tangan Radit yang masih menggenggam pergelangan tangan Bastian.     

"Kalo ada urusan pribadi selesaikan dulu.aku kasih kamu waktu 10 menit"kata Reza pemilik restoran sambil melangkah pergi.     

Bastian membawa Radit ke samping bangunan restoran yang lumayan sepi.     

"Ngapain sih nyusul kesini,makan juga gak"     

"Lo kenapa gak bilang kalo Lo kerja paruh waktu sih yang.."     

"Ngapain gue mesti bilang sama Lo,dah sana pulang"     

"Lo juga harus pulang sekarang"     

"Ya gak bisa gue kerja"     

"Gue yang izin sama bos Lo" Radit baru saja mau melangkahkan kaki namun Bastian menghentikannya.     

"Lo mau bikin gue malu?sekarang Lo pulang kita bahas ini nanti aja di rumah"     

Radit mempertimbangkan usul Bastian.     

"Oke...gue tunggu di rumah"     

"Iya udah sana pulang"Bastian mendorong tubuh Radit menjauh dari area restoran.     

"Baby..udah makan?capek gak?" tanya Radit,ia masih enggan untuk meninggalkan Bastian.     

"Astaga..gue bukan bayi yang harus lo khawatirin kayak gitu. Lebay banget"kesal Bastian.     

Beberapa teman kerja Bastian yang berada di sekitar tempat itu sempat memperhatikan Bastian dan Radit.Terutama Dewi gadis itu buru-buru mendekati Bastian saat pemuda itu sudah mengusir Radit serta Maura.Lalu ia kembali bekerja.     

"Ehhhh siapa cowok cakep dan cewek itu tadi" tanya Dewi ingin tahu.     

"Temen gue"     

"Yang cowok cakep banget ya...single gak Bas.."     

Bastian melirik tajam kearah Dewi.     

"Ehhh..atau yang cewek tadi pacarnya ya.." Dewi bertanya lagi.     

"Bukan pacarnya! dan yang cowok tadi juga gak single! sudah punya pacar.paham?!"     

Dewi memasang wajah kesal.     

"Biasa aja jawabnya,kamu kayak pawang nya aja galak banget"     

"Makanya jangan genit"     

"Siapa yang genit,aku kan hanya tanya"     

Dewi melempar kain lap bersih kearah Bastian.     

Gagal membawa pulang Bastian dari tempat kerjanya.Radit memilih untuk kembali ke tempat kerjanya sendiri.Masih jam kerja belum waktunya dia pulang.Radit bukan bos seperti sahabatnya Panji yang bisa meninggalkan kantor sesuka hatinya.Tapi Radit punya atasan yang pengertian.Mungkin karena kinerja Radit yang bagus atasannya sangat baik hati pada Radit.     

"Ra...Mau pulang atau mau kemana dulu?? sorry ya udah repotin Lo" kata Radit di dalam mobil miliknya.     

"Antar gue ke kampus lagi aja Mas,mobil gue masih di kampus hehehe"     

"Ehhh..bawa mobil sendiri,gak apa-apa di tinggal di kampus tadi"     

"Gak lah Mas...kan cuma bentar tadi,gak jauh juga tempatnya dari kampus"     

"Iya juga ya,Sebenarnya gue khawatirin Bastian,belakangan ini sering pulang telat dan kelihatan lelah banget.Ternyata dia kerja paruh waktu di restoran"     

"Bastian beneran tinggal di apartemen Lo mas?"     

Radit menoleh sekilas kearah Maura.     

"Iya...gak tau kenapa dia tiba-tiba mau tinggal di apartemen gue"     

"Lagi masa meyakinkan diri mungkin mas" kata Maura sambil tertawa.     

"Meyakinkan diri buat apa Ra?"     

"Buat nyari jawaban tentang perasaannya lah mas.." Maura kembali tertawa.     

"Kalo tinggal bareng sama tu anak,Lo harus banyak-banyak bersabar Mas.Tau sendiri kan,Bastian tu gengsinya gede suka marah marah gak jelas juga"     

"Hahaah..Lo gak salah sih,galak banget dia sama gue,ehh Lo hapal banget kalo soal Bastian"     

"Gue, Bastian dan Algis udah temenan dari sejak awal jadi mahasiswa baru Mas,kami sahabat dekat jadi wajar lah gue banyak tau tentang mereka"     

Radit manggut-manggut.     

"Kalian bertiga gak ada yang saling jatuh cinta?"     

Maura tertawa keras saat Radit bertanya seperti itu.     

"Ya mana mungkin lah Mas...ya kali gue jatuh cinta sama Algis yang lebih cantik dari gue hahaa"     

"Kalo sama Bastian????"     

Suara tawa Maura menghilang sesaat.     

"Hehehe....Apa lagi dia,gak cocok sama gue" jawab Maura dengan tawa yang tak lagi seperti sebelumnya.     

"Hati-hati loh Ra..kadang cinta datang tanpa kita sadari" ucap Radit sambil tersenyum sekilas kearah gadis di sampingnya.     

"Itu gak bakal terjadi, Buat gue Bastian dan Algis udah seperti sodara laki-laki gue"     

Apa yang di katakan Maura memang benar adanya.Baginya dua sahabatnya sudah ia anggap seperti sodaranya sendiri.Tidak mungkin ada cinta antara mereka.     

Namun siapa yang tau,bukankah cinta datang tanpa permisi,cinta bisa hadir di hati siapa saja.Sering kali cinta datang di saat yang tidak tepat.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.