My wife is a boy

Saling sentuh



Saling sentuh

0Radit melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.Jarum jam menunjukkan hampir pukul delapan malam. Waktunya Bastian selesai dengan pekerjaan paruh waktu nya.Ditempat kerja Bastian,jam kerja di bagi menjadi dua bagian. Shift satu dan shitf dua.Bastian kebagian kerja shift dua Minggu ini.Ia bekerja dari jam dua siang hingga jam delapan malam. Setiap satu minggu sekali akan berganti shif,jika sekarang Bastian kerja shift dua,maka Minggu depan ia kerja shif satu,artinya dia kerja dari jam tujuh pagi hingga jam satu siang.Siang tadi dirinya dan Bastian sempat saling kirim pesan whatsapp.Dari situlah Radit tahu tentang jatwal kerja paruh waktu Bastian.     
0

Radit bergegas menyelesaikan sisa pekerjaannya,lalu mengemasi dan merapikan beberapa berkas laporan keuangan yang berserakan di meja kerjanya. Ia kembali melirik jam tangannya.Lima belas menit lagi,ia harus segera menjemput Bastian.Seharian ini terbayang terus wajah lelah pemuda galak itu.Dia harus segera menjemput si galak membawanya pulang lalu menyidangnya. Yup betul,Bastian perlu di ajak bicara.     

Mereka tinggal satu rumah,satu atap Bahkan kadang-kadang satu ranjang juga,Tapi sekarang Radit sedang di hukum di larang tidur di kamar.Tak mengapa,yang penting si galak bahagia.Mereka sudah sedekat itu lalu mengapa Bastian tidak mengatakan padanya kalo dia bekerja.Sebagai pelayan,di restoran. Tidak ada yang salah dengan pekerjaan itu,tapi Bastian itu besar badannya saja,pola pikirnya masih ke kanakan.Tidak bisa mengontrol emosi.Suka meledak-ledak.Bisa saja suatu hari akan ada pelanggan yang di maki olehnya.Bahaya! kasihan pemilik restorannya jika punya karyawan galak seperti Bastian.     

Berbeda jika itu dirinya,baginya umpatan Bastian yang setiap hari ia dengar itu bagai bisikan cinta,pukulan yang sering ia terima dari Bastian itu seperti belaian mesra. Begitu menurut Radit. Gila!!.Biar saja orang jatuh cinta memang terlihat gila.Dia sendiri tidak tahu sejak kapan perasaannya berubah menjadi lebih dalam pada pemuda itu. Awalnya dia hanya tertarik,dengan karakter Bastian yang galak tapi semakin hari perasaannya semakin menginginkan pemuda itu.Apa lagi sejak Bastian tinggal bersamanya.Makin hari makin cinta. Ya begitulah..kalo anak jaman sekarang menyebutnya bucin.Budak cinta.Apapun ia lakukan asal si dia bahagia.     

Kehadiran Bastian di dalam hidup Radit itu membawa banyak perubahan.Setidaknya dulu dia tidak jauh berbeda dengan sahabatnya,Panji.Suka berpetualang cinta satu malam.Bedanya jika Panji konsisten hanya meniduri wanita, berbeda dengan Radit.Panji menyebutnya jenis pria pemakan segala.Radit bisa bermain dengan wanita atau pun pria,tua atau muda.Tante-tante atau remaja belia.     

Namun sejak bertemu Bastian semua berubah,kebiasaan itu berhenti dengan sendirinya. Ia bahkan sudah lupa kapan terahir ia mencelupkan miliknya pada lubang surga dunia.Dia juga lupa kapan terahir bersenang-senang di club malam seperti yang biasa ia lakukan bersama Panji sahabatnya. Sahabatnya itu pun sekarang sibuk dengan dunianya sendiri.Menjadi pria rumahan yang waktunya hanya habis di kantor dan rumah.Tidak ada lagi club malam.     

Lagi pula untuk apa mencari kesenangan di luar kalo di dalam rumah sudah ada yang membuat senang. Dari pada menghabiskan waktu di luar tidak jelas,lebih baik di rumah.Menggoda Bastian,membuatnya marah,saling berkejaran di dalam apartemen.Hal itu lebih menyenangkan dari pada hiburan di luar sana.     

Drrttt drrtttt drrtttt     

Suara getar ponsel,membuat Radit menghentikan kegiatannya membereskan meja kerja.     

Radit meraih benda persegi empat yang ia letakkan di atas meja.     

"Iya yang..." kata Radit setelah menekan tombol jawab.     

"Lo dimana sih..katanya mau jemput" suara Bastian dari seberang telepon.     

"Masih di kantor baby..lagi mau jalan"     

"Lama banget,kalo gak bisa jemput gue naik ojek"     

Entah sejak kapan Bastian sudah tidak pernah protes lagi jika di panggil baby, sayang atau sejenisnya.     

"Jangan...gue udah mau jalan ini yang.Tunggu ya. Kirain masih 15 menit lagi Lo selesai kerjanya"     

"Dah deh..buruan jemput,udah capek gue"     

"Iyaa..iyaaa..."     

Kemudian Radit menutup sambungan teleponnya.Lalu bergegas keluar dari kantor dan berjalan ke arah basement kantor untuk mengambil mobilnya.     

xxx     

Didepan halaman parkir restoran tempatnya bekerja,Bastian duduk seorang diri menunggu Radit. Beberapa teman kerjanya menyapa dirinya saat melintas didepannya.Restoran tempat Bastian kerja berbeda dengan restoran yang lainnya.Biasaya sebuah restoran tutup pada pukul sembilan atau sebelas malam. Namun restoran tempat Bastian bekerja tutup pukul 8 malam.Sebagai gantinya mereka buka lebih awal sekitar jam 7 pagi.Menu sarapan yang mereka tawarkan sangat laris di minati pengunjung yang kebanyakan adalah keluarga kecil atau pegawai kantoran yang tidak sempat untuk memasak sendiri.     

"Bas...belum pulang" tegur Dewi saat melewati Bastian di depan halaman restoran.     

"Belum..nunggu temen"     

"Ohhh... ya udah aku duluan ya,jangan lama-lama sendirian disini nanti di culik Lo"     

Bastian mendengus.     

"Yang mau nyulik takut sama gue"     

"Hahaha.. ya lah,kan kamu galak"     

Dewi lalu berlari menjauh,sebelum Bastian mengumpatnya.     

Bastian bangkit berdiri dari duduknya,ia lalu mengayunkan tas ransel miliknya kebahu.Ia berdiri sambil menendang pelan kerikil-kerikil di sekitar tempat ia berdiri. Sekedar menghilangkan rasa jenuh menunggu Radit.Sepertinya ia harus mengambil motor miliknya yang ia tinggal di rumah orang tuanya. Jika pulang pergi dia naik ojek atau taxi yang ada gajinya akan habis untuk biaya transportasi.Tidak mungkin dia mengandalkan Radit terus terusan mengantar jemput dirinya. Pria itu juga punya kesibukan sendiri.     

Bastian menghentikan kakinya menendangi kerikil di sekitarnya saat sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya.Kaca dari pintu kemudi terbuka perlahan.     

"Nunggu siapa Bas?" tanya si pemilik restoran yang di panggil Pak Reza dari balik kaca mobilnya.     

"Ohhh..nunggu teman Pak" jawab Bastian canggung.     

"Kalo kita searah bisa bareng Bas..."     

"Gak Pak.. terimakasih,sebentar lagi temen saya datang kok"     

"Oke..jangan sendirian di sini terlalu lama"     

Bastian mengangguk sambil tersenyum.     

Kemudian mobil pria yang di panggil Pak Reza itu perlahan mulai melaju meninggalkan halaman parkir.Bastian memandangi mobil atasannya itu hingga tidak terlihat lagi.Didalam hati ia heran,kalo saat bekerja Reza itu lumayan tegas tapi ternyata dia pria yang ramah jika di luar pekerjaan.     

Tidak lama setelah mobil yang di kendarai Reza mulai menghilang dari pandangan mata Bastian muncul mobil merah,milik Radit.Tepat di depan Bastian,Radit menghentikan mobilnya.Bastian segera berjalan kearah pintu mobil lalu masuk ke dalam mobil dengan wajah kesal.     

"Lama banget sih...gue digigitin nyamuk tau"kata Bastian sambil menunjukan lengannya yang bentol digigit nyamuk.     

Radit meraih lengan Bastian lalu menggigit lengan putih itu pelan.     

"Apaan sih" Bastian menarik lengannya cepat.     

"Hehehe...penawar gigitan nyamuk,biar gak gatal lagi" jawab Radit dengan senyum menawannya.     

"Dasar gombal" kata Bastian pelan sambil memalingkan wajah.Menyembunyikan rona merah pipinya.     

Tanpa alasan yang jelas jantung Bastian tiba-tiba berdebar-debar.Bastian pernah merasakan debaran seperti ini dulu,ketika dia mendekati seorang gadis,dulu ketika tanpa sengaja kulitnya bergesekan dengan gadis yang sedang di kencaninya.Tapi sekarang kasusnya berbeda.Bukan dengan seorang gadis,Setiap Radit menyentuhnya dengan sengaja atau tidak sengaja rasanya darahnya langsung berdesir.Ia harus waspada.Jaga hati jaga diri jangan sampai ia terbawa suasana.     

Dia masih nafsu dengan perempuan yang seksi.Kalo Radit homo atau apapun biarkan saja itu urusanya.Dia boleh seatap,serumah dengan Radit tapi gak perlu menjadi seperti Radit kan. membayangkan saja membuatnya geli.Setelah gadis bernama Vanya itu benar-benar menjauhi Radit dia akan pergi dari apartemen Radit.Untuk sementara ini dia harus bertahan.Kasihan jika pria di sampingnya itu harus menikahi Vanya karena tanpa sengaja menghamili gadis itu.Ingat Radit masih banyak angsuran,masih harus membiayai kuliah adik perempuannya.Tidak terbayang bagaimana Radit akan semakin kerja keras demi menghidupi para wanita itu.Ahhhh kan kasihan.....dia harus menyelamatkan masa depan Radit sebagai sesama laki-laki.Begitulah alasan akal sehat Bastian.     

Tidak banyak percakapan diantara mereka berdua saat perjalanan pulang ke apartemen. Keduanya lebih banyak diam sibuk dengan pikiran masing-masing.Hanya sesekali percakapan seadanya untuk menghilangkan sepi. Mereka kembali diam hingga sampai tujuan.     

Mobil merah Radit sampai di halaman gedung apartemen kondominium,melaju perlahan memasuki pintu enter basement.Radit kemudian memarkirkan mobilnya diantara mobil lainnya.     

"Yang...ambil plastik di bagasi ya" kata Radit saat Bastian membuka pintu mobil.     

"Beli apa emangnya Lo"     

"Makan malam buat kita"     

"Beli terus,boros"     

Radit tersenyum,lihat lah orang yang baru merasakan susahnya bekerja.Sekarang bisa mengatakan kata boros.     

"Ngapain Lo senyum-senyum"     

Radit buru-buru berhenti tersenyum.     

"Terpaksa harus beli yang,kan kita pulangnya udah telat gini"     

Bastian tak menyahut lagi.Pemuda itu kemudian keluar dari mobil dan berjalan kearah belakang.Membuka pintu bagasi mobil lalu mengambil beberapa plastik berisi kotak makanan.     

Radit berjalan di belakang Bastian mengikuti langkah pemuda berambut sebahu itu menuju lift.Mereka berdua segera masuk kedalam lift saat pintu lift terbuka.     

Bastian berdiri sambil menyandarkan punggungnya ke dinding lift, wajahnya tampak lelah.Tangan kanannya memijat bahu kirinya.Seluruh tubuh nya terasa pegal-pegal.     

"Capek ya yang.."     

"Hmmm..."     

"Gue pijitin nanti ya"     

"Ogah..."     

"Kenapa?? gue pinter mijit"     

"Males amat di pijit Lo,bahaya.." Kata Bastian sambil melangkah keluar ketika pintu lift terbuka.     

"Bahaya kenapa?? gue gak bakal makan Lo"     

"Gak mau!! buruan buka pintu nya"     

Radit mengeluarkan kunci apartemen dari saku celananya.     

Mereka berdua masuk kedalam apartemen,lalu berjalan beriringan kearah meja makan.     

"Gue mandi dulu"pamit Bastian.     

"Gak makan dulu aja yank...Lo pasti laper" Radit melepas jas kerja nya lalu ia letakkan di atas kursi ruang makan.     

"Nanti aja gue gerah banget"     

"Kalo gitu gue siapin aja dulu ya.." Radit mulai membuka kotak-kotak berisi makanan dari dalam plastik.     

Bastian masuk kedalam kamar mandi,satu persatu ia melepas pakaiannya.Guyuran air hangat dari shower membuat tubuhnya terasa lebih baik.Ternyata kerja paruh waktu itu tidak semudah yang ia bayangkan. Apalagi di tengah-tengah kesibukan kuliahnya.Selain harus pandai mengatur jadwal,ia juga harus pandai menghemat energi.Dia harus menyimpan energi tubuhnya supaya tetap fit meskipun ia kerja paruh waktu.Bekerja sebagai pelayan restoran tidak lah semudah yang ia kira. perkerjaan itu cukup melelahkan dan butuh kesabaran hati. Sabar menghadapi pelanggan yang kadang komplain.Tetap tersenyum ramah meski kadang hati kesal.     

Apalagi akan di kenakan potong gaji jika sengaja atau tidak sengaja merusak barang-barang restoran.Walau begitu banyak orang yang memandang sebelah mata pekerjaan itu. Apalagi para pelanggan restoran yang merasa pembeli harus di perlakukan seperti raja. Banyak dari mereka yang sampai melupakan menjaga perasaan orang lain. Sering kali para pelanggan yang arogan seenaknya saja memarahi pelayan dengan suara tinggi di depan banyak orang. Meskipun tidak semua pelanggan seperti itu tapi tetap saja ada tipe orang seperti itu.     

Bastian menuangkan sabun cair ke spon mandi di telapak tangannya,lalu mengusapkan sabun itu keseluruh tubuhnya.Wangi sabun yang di pilih Radit memang sangat harum. Wangi nya bisa membuat tubuh menjadi rileks.     

Apapun yang di pilih Radit entah kenapa dimata Bastian seakan semua terasa pas.Dari hal-hal kecil seperti aroma sabun mandi saja jika Radit yang memilih Bastian suka.Apa lagi warna pakaian yang Radit kenakan sehari-hari,kulit Radit tak seputih kulitnya tapi baju warna apapun yang melekat di tubuh Radit semua terlihat pas,bagus.     

Kedua tangan Bastain sibuk mengusapkan sabun ke seluruh tubuhnya,ia menuangkan shampo ke telapak tangannya lalu melakukan hal yang sama mengusapkan shampo itu ke rambutnya. Kini tubuh nya di penuhi oleh busa sabun.Ia lalu kembali menyalakan shower.Air hangat kembali menguyur tubuhnya yang atletis namun tetap terlihat ramping.     

Pikirannya kembali membayangkan Radit. Pria yang setiap pagi terlihat begitu tampan dengan balutan pakaian kerjanya.Pria yang entah kenapa terlihat seksi jika sibuk memasak di dapur.Pria yang wajah nya terlihat polos jika terlelap dalam tidur. Pria yang ingin ia temani agar tidak terlihat kesepian,agar ada yang menemaninya jika ia sakit.Pria yang.... dan masih banyak hal lainnya.     

Tanpa Bastian sadari,pemuda itu terus membayangkan Radit,membayangkan wajah Radit.Sambil terus mengusap tubuh nya dengan busa sabun di seluruh tubuhnya.Ia memejamkan mata menikmati aroma sabun yang wangi, sambil terus membayangkan wajah pria yang terus menari dalam benaknya.     

Bastian menghentikan pergerakan tangannya,ia membuka mata cepat.mengusap wajahnya.Tunggu dulu! apa ini? ada yang aneh dengan tubuhnya. Mata Bastian perlahan menundukkan pandangan matanya,melirik kebawah bagian tengah tubuhnya. Seketika matanya membulat.     

"Yaaaaa.... kenapa tegang??!!! siapa yang menyuruh mu tegang" pekik Bastian pada bagaian bawah miliknya yang entah sejak kapan tegak dengan gagahnya.     

Bastian buru-buru,membesarkan aliran shower agar lebih cepat mengguyur tubuhnya.Ia mengusap tubuhnya mencoba membersihkan semua busa di tubuhnya dengan cepat. Ia juga mengusap bagian. bawah miliknya supaya cepat kembali ke bentuk semula.     

"Haaaa...ayo lah tidur lagi" keluh Bastian dengan nada frustasi.     

Apa sih yang barusan ia pikirkan kenapa sampai membuat miliknya ini terbangun.Kesal Bastian dalam hati.Akal sehatnya tentu tidak bisa menerima,tidak akan mengakui bahwa miliknya bangun hanya karna membayangkan Radit ,memikirkan Radit.     

"Arrgggghhh....!!!!"Bastian menarik rambutnya sendiri.     

Ia segara meraih handuk putih yang sudah ia siapkan,lalu melilitkan ke pinggangnya.Bastian melangkah keluar dari kamar mandi. Namun langkahnya terhenti saat diambang pintu kamar mandi.Pemuda itu menoleh ke belakang. pandangan nya mengarah kearah bathub.     

Kembali ia memikirkan Radit yang belum mandi.Bastian menggit bibir bawahnya,ia berpikir haruskah ia lakukan.Setelah cukup lama berdiri di depan pintu kamar mandi, akhirnya Bastian memilih masuk kamar mandi lagi. Ia melangkah mendekati bathtub.Sesekali gak apa-apa kan ia menyiapkan air mandi buat Radit. Biasanya pria itu akan berlama lama berendam di bathtub tiap pulang kerja.     

Bastian mengambil lilin kecil aromaterapi yang biasa Radit siapkan di dalam laci lemari kamar mandi.Pemuda itu kemudian memasukan lilin putih itu kedalam tungku kecil diatas bathtub lalu menyalakan lilin itu.Dalam hitungan detik lilin aromaterapi itu mengeluarkan wangi semerbak memenuhi ruang kamar mandi.     

Kemudian Bastian berdiri untuk mengambil sabun cair,lalu ia tuangkan secukupnya ke dalam bathtub.Setelah itu Bastian menekan tombol pres pada bagian dalam bathtub.Air mulai mengalir perlahan mulai memenuhi bak mandi itu.Bastian berdiri sambil bersandar pada dinding kamar mandi,menunggu air cukup memenuhi bak mandi.     

Bak mandi mulai penuh dengan busa dan air,Bastian meraih tombol kecil yang ada di dalam bagaian bak mandi.Ia menekan tombol itu.Namun tombol itu tak berfungsi.Air terus mengalir tidak mau berhenti hingga luber memenuhi lantai.Bastian panik. Ia kembali menekan tombol press namun tetap tidak berfungsi. Air terus mengalir.Dalam sekejap lantai kamar mandi sudah penuh dengan busa air sabun.     

"Dit...Radit...!!! Sini dong! tolongin gue"teriak Bastian.     

Mendengar teriakan Bastian. Radit yang sedang ada di dapur bergegas lari menghampiri Bastain di kamar mandi.Kedua mata Radit terbelalak saat melihat kamar mandinya banjir air sabun.     

"I-ini kenapa yang.." Radit bingung ikut panik.     

"Mana gue tau,tombolnya gak fungsi air gak berhenti ngalir" jawab Bastian berusaha mematikan aliran air     

Entah berapa banyak sabun yang ia tuangkan tadi,Busa air sabun semakin banyak memenuhi lantai, membuat lantai kamar mandi menjadi licin.     

Dengan langkah hati hati Radit berajalan mendekati Bastian yang membungkuk kan badan masih berusaha menghentikan aliran air.Bastian mulai kesal karena usahanya sia sia.     

"Coba elo yang matiin" kata Bastian sambil berdiri tegak dan memutar tubuhnya kearah Radit.Di saat yang sama Radit terkejut dengan pergerakan tubuh Bastian yang tiba-tiba,Alhasil Radit kehilangan keseimbangannya.Lantai yang licin karena air sabun membuat kakinya terpeleset.     

"Ehhh ..yang.. yang...."teriak Radit saat tubuhnya hampir terjengkang.     

Dengan sigap Bastian berusaha menarik tubuh Radit kearah nya menyelamatkan kan tubuh Radit agar tidak berciuman dengan lantai kamar mandi.Namun lagi-lagi karena faktor lantai yang licin,Bastian sendiri kehilangan keseimbangan saat ia meraih tubuh Radit kedalam pelukannya. Akhirnya mereka berdua jatuh berdua tepat ke dalam bak mandi,dengan posisi Radit menindih tubuh Bastian.Tubuh Bastian yang polos tanpa ada sehelai benang pun. Karena handuk yang tadi melilit di pinggul nya,sekarang tergeletak di lantai.Bastian memalingkan wajahnya saat wajah Radit begitu dekat dengan wajahnya. Bahkan ia bisa merasakan hembusan hangat nafas Radit menerpa wajahnya.     

Perasaan aneh kembali menyerangnya.     

Radit sedikit menjauhkan wajahnya dari wajah Bastian.Namun tidak dengan tubuhnya.Radit masih menindih tubuh Bastain.tak ada jarak lagi antara mereka berdua.Hanya pakain Radit sebagai pembatasnya.     

Radit memandang wajah Bastian lekat-lekat.Perlahan tangannya bergerak menyingkirkan helaian rambut basah Bastian yang menutupi sebagian wajah pemuda di bawahnya.     

Radit meraih dagu Bastian,lalu menarik wajah Bastian untuk menoleh kearah nya.     

"Liat gue yang..." kata Radit dengan suara berat.     

Bastian menurut.     

Mereka berdua saling pandang,menatap satu sama lain. Nafas keduanya mulai memburu.Tanpa bertanya tanpa meminta izin,Radit mencium bibir Bastian.Memagut bibir itu dengan lembut.Entah apa yang yang merasuki pikiran Bastian, alih-alih berteriak menolak seperti biasanya. Pemuda itu justru menyambut bibir Radit. Ia membalas ciuman Radit.Mereka saling melumat.Ciuman dua insan yang sedang di Landa gairah itu semakin dalam.Dan ajaibnya air dari bathtub yang tadinya tidak berhenti mengalir,sekarang berhenti mengalir dengan sendirinya.     

Mereka masih saling berciuman.Keduanya sedang dimabuk kepayang,lupa daratan.Tangan Radit mulai berselancar,meluncur kebawah menggegam milik Bastian di bawah sana.     

"Ahhhhh...." Satu desahan lolos dari bibir Bastian.     

Pemuda itu memejamkan mata, menikmati sensasi sentuhan yang membuat tubuhnya menggelinjang tak karuan.     

Radit perlahan menggerakkan tangannya. Namun sebelum itu,Radit rupanya sudah menanggalkan celana kerjanya serta celana dalamnya.Hanya kemeja kerjanya yang masih melekat pada tubuhnya.     

Dengan lembut Radit kembali menggerakkan tangannya, melakukan gerakan naik turun pada bagian bawah milik Bastian yang mengeras.     

Begitupun milik Radit,ia menuntun tangan Bastian untuk memegang miliknya yang tak kalah tengang dan tak kalah besar jika di bandingkan dengan milik pemuda yang sekarang sedang mendesah nikmat.     

"Kocok baby..."     

Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya.Tidak ada penolakan.Pemuda galak itu tak lagi galak seperti singa. Bastian menurut,melakukan apa yang Radit bisikan di telinganya.     

Ia pun melakukan hal yang sama. Seperti yang Radit lakukan padanya Bastain menggerakkan tangannya naik turun.Semakin lama gerakan tangan mereka semakin cepat.Suara desahan mereka berdua saling sahut menggema di kamar mandi.     

"Ahhhhh ..lebih cepat yang...ahhhh...."Rancau Radit ,Tanpa sadar ia pun mempercepat gerakan tangannya.     

"Ahhh yang...aku mau keluar"     

Untuk beberapa menit mereka berdua melakukan olahraga tangan.Saling membantu, saling memuaskan satu sama lain.     

"Ahhhh...." desah keduanya bersamaan saat mereka melakukan pelepasan.     

Keduanya mengatur nasfas mereka yang terengah. Saling pandang sesaat. Lalu kemudian Bastian memercikan air sabun bercampur cairan mereka berdua kearah wajah Radit     

"Kampred Lo!! Dasar mesum! cabul!!!"Umpat bastian, kembali ke mode galak.     

Radit tertawa pelan.     

"Tapi enak kan"     

"Diem Lo bangsat!!!"     

Radit kembali tertawa.     

Bastian mencari-cari handuk di lantai. Ia segera keluar dari bak mandi lalu melilitan handuk ke pinggangnya. Dan kemudian berjalan kearah pintu kamar mandi.     

"Gak mandi dulu baby..."     

"Gue udah mandi" jawab Bastian tanpa menoleh kearah Radit.     

"Mandi lagi sini.."     

"Gah!!!! gak Sudi!!"     

Lebih baik ia segera keluar dari kamar mandi. Sebelum terjadi sesuatu yang lebih mengerikan lagi dari apa yang baru saja terjadi.     

Tidak tau kerasukan setan mana,kenapa dirinya bia melakukan hal memalukan itu dengan Radit.     

"Arrrgghhh.."     

Laut mana laut...Bastian ingin menenggelamkan diri kelaut saja.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.