My wife is a boy

Mulai kerja



Mulai kerja

0Bastian berdiri di depan sebuah restoran.Restoran itu tidak terlalu besar namun pengunjungnya sangat ramai tempatnya juga sederhana namun cukup membuat nyaman untuk pengunjung yang ingin berkumpul dengan keluarga sambil menikmati menu hidangan rumahan yang di tawarkan oleh restoran itu.Bastian berjalan masuk kedalam lalu menemui salah satu pelayan yang berdiri di depan meja kasir.     
0

"Permisi mbak...gue ehmm... saya Bastian.saya sudah ada janji sama Pak Reza"     

"Oh...Bastian ya.... ayo ku antar ke ruangan Pak Reza"     

pelayan yang mengenakan Seragam kemeja slimfit warna putih di padukan dengan rok span pendek batas lutut warna hitam itu mengantar Bastian ke sebuah ruangan minimalis tempat manager restoran berada. Di dalam ruangan minimalis itu seorang pria duduk sambil menghadap kearah komputernya.     

"Pak Reza.. ini Bastian yang tadi Bapak tunggu"     

Pria bernama Reza itu mendongakkan kepala kearah Bastian.     

"Bastian ya..."     

"Iya Pak"     

lidah Bastian terasa kaku saat menyebut kata Pak. Pasalnya pria dihadapannya tidak seperti bayangan nya. Saat Bastian melamar pekerjaan paruh waktu di restoran ini secara online ia mengira akan bertemu dengan seorang manager dengan usia kisaran 45 keatas,tapi ternyata dia salah.Pria sebagai manager restoran ini justru terlihat sangat muda.Sepertinya lebih muda dari Radit.Ahh kenapa juga nama itu yang melintas dipikirannya.Bastian buru-buru membuang jauh pikirannya.     

"karena aku butuh pegawai jadi kamu bisa langsung kerja hari ini,bisa kan"     

"Hari ini??"     

"Iya hari ini,Dewi akan mengantar mu keruang ganti.Kamu bisa ganti seragam yang sudah disiapkan "     

Bastian mengangguk ragu. Ia tidak menyangka jika dia bisa langsung berkerja. Ia bahkan tidak di interview terlebih dahulu.     

"Pekerjaan mu sama seperti Dewi..kamu bertugas melayani pengunjung, mencatat pesanan mereka dan mengantarkan pesanan mereka.Dan ingat kamu harus bersikap ramah usahakan selalu tersenyum layani pengunjung dengan baik. mengerti??"     

Bastian kembali mengangguk ragu. Dia mengerti namun ia tidak yakin bisa melakukan hal itu dengan baik. Mengingat seumur hidup Bastian tidak pernah bekerja apa pun.Apa lagi menjadi seorang pelayan restoran.     

"Jika ada hal yang tidak kamu pahami bertanyalah pada Dewi"Lanjut si manager.     

"Dewi... antar dia ke ruang ganti dan berikan seragamnya"     

"Iya Pak.."     

Pelayan bernama Dewi itu mengantar Bastian pergi keruang ganti.     

"Apa pak Reza memang tegas kayak gitu kalo ngomong" tanya Bastian saat berjalan menuju ruang ganti.     

"Ya begitulah...dia tidak segan memecat karyawan yang tidak bekerja dengan baik.Tapi dia juga tidak segan ngasih bonus pada kita kalo bekerja dengan baik"     

"Ngasih bonus??"ulang Bastian     

"Iya..Pak Reza manager restoran ini sekaligus merangkap menjadi owner nya"     

"Ohhhh...dia pemilik restoran ini??"     

"Iya Pak Reza pemilik nya"     

"Tapi kok kayak masih muda banget ya"     

pelayan bernama Dewi itu tersenyum.     

"Awet muda, umurnya udah 35 tahun hahaha"     

"Serius??" Bastian mendelik tidak percaya.     

"Gue kira kisaran 25 tahun.."kata Bastian,tidak lagi menggunakan kata ganti saya.     

Sudah merasa sebagai teman kerja meski baru beberapa menit yang lalu.     

"Mukanya aja awet muda umur nya udah tua tau...dah sana ganti"     

selang beberapa menit Bastian keluar dari ruang ganti mengenakan seragam kemeja warna putih dengan bawahan celana ankle warna hitam.Baju seragam itu sangat pas di badan Bastian yang proporsional.     

"Wahh....kok bisa pas gini ya sama kamu...keren"Puji Dewi,teman baru Bastian.     

"Thanks..."     

"Ini restoran bukan restoran besar,tapi pengunjungnya rame.Sedangkan karyawan nya terbatas.Jadi kita harus kerja keras dan cekatan.Kadang kita bisa mencuci piring jika bagian belakang kualahan.Semangat!semoga hari pertama mu lancar"     

Teman kerja baru Bastian bernama Dewi itu mengangkat tangannya memberi tanda semangat pada Bastian.Pemuda berambut sebahu itu hanya menganggukkan kepala pelan.     

Dalam hati dia gugup setengah mati.Ini kali pertamanya bekerja.Apa lagi bekerja sebagai pelayan restoran.Sejauh ini yang ia tau tugas seorang pelayan adalah melayani pengunjung,mencatat pesanan mereka.Apakah semudah kelihatannya? tidak tau.Melihat dari keadaan dalam restoran saja terlihat kesibukan semua karyawan dan mereka semua seperti Yang Dewi katakan.Mereka terlihat cekatan dan serba bisa.     

"Ayo sekarang kita kedepan..kalo ada pengunjung datang carikan mereka tempat duduk lalu berikan buku menunya.Ingat saat mencatat pesanan mereka jangan sampai salah, ulangi jika kamu ragu.paham??"     

"Iya..."jawab Bastian pelan.     

"Sebentar.."Dewi bergeser kearah belakang tubuh Bastian,lalu mengambil ikat rambut di saku roknya.     

"Lain kali ikat rambut mu..kamu bukan mau berkerja jadi foto model.Rambut mu jangan di gerai sok tampan gini" kata Dewi sambil mengikat rambut Bastian. Awalnya Bastian ingin menolak,ia bisa melakukannya sendiri.Tapi ya sudah lah...anak baru menurut saja.Pikir Bastian.     

Setelah itu mereka berdua berjalan kedepan untuk melakukan pekerjaan mereka.Saat berada di depan Bastian makin gugup,ia pernah merasakan gugup seperti ini sebelumnya. Dulu saat ia pertama kali masuk sekolah dasar.Ketika berdiri di depan kelas untuk mengenalkan diri ia juga merasakan gugup seperti ini.     

Tapi Bastian bertekad ia harus bisa,dia harus bekerja buat membuktikan pada Radit bahwa dia tidak omong kosong tentang apa yang ia ucapkan kemarin lusa pada Radit.Dia tidak mau lagi di bilang pemborosan,kalo pun dia boros dia punya penghasilan untuk menutupi keborosan nya itu.     

Namun semua tak semudah yang ia bayangkan.Bastian yang tidak punya pengalaman kerja apa-apa sebelumnya di hari pertamanya bekerja membuat banyak kesalahan.Berkali kali Dewi yang di tugas kan untuk membimbing Bastian mengingat kan pemuda itu untuk jangan terlalu tegang,jangan menunjukan wajah seperti akan mengajak duel pengunjung.Harus tersenyum semanis mungkin.     

Namun bagaimana ia bisa tersenyum jika ini adalah hari pertamanya bekerja. Tanpa training apapun,hanya di beri pengarahan sembari mengerjakan tugasnya.Bastian tidak mengerti nama-nama alat makan di restoran itu.Belum paham menu apa saja yang ada di restoran itu.Ahh rasanya ia ingin pulang. Harusnya di jam segini dia duduk manis di sofa menunggu makan malam buatan Radit sambil nonton tv.     

"Mas...mas...sini donk" Panggil salah satu pelanggan pada Bastian.     

Merasa di panggil Bastian mendekat.     

"Iya Bu ada apa .." tanya Bastian seramah mungkin.Ingat harus ramah,harus senyum.     

"Pesanan saya dari tadi mana Mas...lama banget anak saya dua udah laper semua ini.Saya pesan dari tadi loh...."     

Lihat lah belum-belum Bastian mendapat komplen di depan banyak orang dengan suara meninggi.     

""Maaf Bu..tunggu sebentar lagi.."     

"Udah dari tadi Mas.meja yang di sana saya lihat baru datang tapi pesanannya udah keluar.Kenapa punya saya belum? gimana sih??" kata si Ibu pelanggan dengan sinis.     

Bastian melirik meja yang di tunjuk oleh si ibu pelanggan.     

"Saya chek ke belakang ya Bu kalo sudah siap pasti saya bawa keluar pesanan ibu"     

Tetap berusaha seramah mungkin.Padahal di dalam hati rasanya Bastian ingin ganti berteriak.Bastian meninggal kan meja pelanggannya lalu berjalan ke belakang     

"Ada apa?" tanya Dewi     

"Orang gila itu!pesanan dia belum keluar kok nyalahin gue,kalo chefnya belum kelar masak,apa yang mau gue kasih ke dia,air kobokan??" kesal Bastian.     

Dewi tersenyum sambil menggeleng kan kepala.     

"Aku kan udah bilang, kita harus cekatan.Kamu lihat situasinya.Kalo emang perlu,kamu bantu belakang.Yang penting pelanggan mu suka dengan pelayanan mu.Cepat bantu belakang."     

"Di belakang gue bisa apa" gerutu Bastian sambil berlalu pergi.Berjalan kearah dapur.     

Tidak ada hal baik yang terjadi di hari pertama Bastian bekerja. Di komplain pelanggan,memecahkan piring dan gelas, bersitegang dengan chef restoran dan masih banyak hal yang membuat Bastian kesal setengah mati.     

Di lain tempat, Radit berjalan mondar mandir mirip setrikaan di dalam apartemen nya.Pria itu gelisah.Hingga malam hari Bastian belum juga pulang dan lagi tidak dapat di hubungi.Ponselnya mati.     

Radit kembali berdiri,ia berjalan kearah pintu apartemennya berharap ada seseorang dari balik pintu itu.Tapi Nihil.Tidak ada tanda-tanda Bastian pulang.Ia kembali ke sofa duduk dengan gelisah.     

Tidak biasanya Bastian seperti ini,biasanya dia akan memberi tahu jika pulang telat.Apakah dia masih marah gara-gara masalah kamar mandi beberapa hari yang lalu.Ahhh tidak mungkin,bukan kah mereka bersikap seperti biasanya. Sekalipun hukuman tidur di luar masih berlanjut tapi gak mungkin Bastian minggat kerumah orang tuanya gara-gara hal itu kan.     

Radit gelisah panik. khawatir.     

"Grekkkkk"     

Suara pintu apartemen di buka dari luar.     

"Baby...."     

Radit mendekati Bastian yang terlihat kusut dan lelah.     

"Dari mana aja yang,kok baru pulang? nomer Lo gak bisa di hubungi juga"     

Bastian tidak langsung menyahut. Pemuda itu membaringkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu.     

"Yang...ada apa?" tanya Radit bingung.     

"Jangan berisik,gue capek banget" jawab Bastian lemah.     

"Lo capek kenapa,Lo ada tugas kuliah?"     

Bastian tidak menyahut lagi. Ia masih membaringkan tubuhnya diatas sofa.     

"Gue panasin makan malam Lo ya.."kata Radit sambil mengusap pucuk rambut Bastian.     

Pria itu berjalan kearah dapur untuk memanasi makan malam untuk Bastian.Selagi memanaskan makanan Radit bertanya-tanya.Tugas kuliah macam apa yang membuat mahasiswa nya terlihat lelah seperti itu.     

Radit mengeluarkan makanan dari microwave lalu ia tata di atas meja makan.setelah itu Radit melangkah ke arah sofa untuk memanggil Bastian. Tapi ternyata Bastian tertidur.Pemuda berkulit putih itu tertidur pulas dengan wajah terlihat lelah.Radit jadi tidak tega untuk membangunkan Bastian.Ia lalu pergi ke dalam kamarnya untuk mengambil selimut.Ia kemudian menutupi tubuh Bastian dengan selimut tebal lalu mengecup ringan kening Bastian.     

Bersambung...     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.