My wife is a boy

Tidak sesuai ekpetasi



Tidak sesuai ekpetasi

0Keinginan Bastian untuk tinggal bersama Radit benar-benar ia lakukan dengan mengatakan ingin mandiri sebagai alasan kepada kedua orang tuanya. Pemuda berambut sebahu itu terlalu ngeri dengan ancaman Vanya, gadis cantik mantan kekasih Radit. Hanya dengan membayangkan Vanya menjebak Radit di atas tempat tidur membuat Bastian merasa merinding. Dia tidak ada maksud apa-apa kok... Dia hanya ingin menyelamatkan Radit. Begitu cara Bastian memberi pengertian pada dirinya sendiri.     
0

Baru saja jam menunjukkan pukul dua belas siang dan Bastian sudah berada di apartemen Radit. Hari ini hanya ada satu mata kuliah saja jadi dia bisa pulang cepat. Bastian membuka pintu apartemen lalu melepaskan sepatunya dan meletakkan sepatu miliknya itu di rak sepatu dekat pintu. Kalo di rumahnya sendiri, Bastian tidak akan sedisiplin itu. Pemuda itu terbiasa meletakkan barangnya sembarangan dan brantakan. Namun sejak tinggal dengan Radit kebiasaan buruk Bastian mau tak mau harus berubah. Seperti selalu meletakkan sepatu pada rak sepatu setiap akan masuk apartemen. Jangan dikira Bastian dapat mengerti dengan sendirinya. Semua itu karena Radit yang hampir setiap hari mengomelinya untuk tidak sembarangan meletakkan benda apapun dan mengembalikan barang ke tempatnya semula setelah selesai digunakan. Karena Radit itu tipe pria yang rapi, dan suka kebersihan. Berbanding terbalik dengan Bastian yang cenderung sembrono dan tidak mengerti kerapihan.     

Bastian masuk ke dalam kamar lalu berganti pakaian.Ia mengenakan kaus dan celana pendek. Saat sedang berganti baju, Bastian berpikir apa yang bisa ia lakukan siang ini. Mengingat Radit yang masih lama pulang dari kantor. Pria itu biasanya pulang kerja jam lima sore jika tidak telat, terkadang hingga jam 8 malam baru sampai apartemen. Setelah beberapa lama tinggal dengan Radit kurang lebih satu minggu, Bastian mulai mengetahui tentang Radit. Seperti,apa pekerjaan Radit, yang ternyata pria itu bekerja sebagai manager keuangan salah satu perusahaan besar di kota ini. Gajinya berapa Bastian tidak tau. Yang dia tau Radit punya angsuran apartement dan angsuran mobil. Bagaimana ia tahu, tanpa sengaja Bastian melihat bukti angsuran berserakan di atas meja. Hmm banyak hutang, meski begitu masih percaya diri berkata mampu menampung Bastian seumur hidup. Meskipun bukan pria kaya raya seperti Panji sahabatnya, namun kerja keras Radit patut di acungi jempol.     

Akhirnya Bastian mendapatkan ide pekerjaan apa yang dapat ia lakukan di apartemen sambil menunggu Radit pulang. Karena pemuda itu tidak ada janji untuk berada di luar hari ini. Sahabatnya si Maura masih ada di kampus. Sedangkan Algis, ahhhh.... kemana lagi anak itu. Baru saja masuk kuliah beberapa hari tapi kembali menghilang tidak masuk kuliah lagi. Kalo saja bukan karena keluarga Panji yang kaya itu Algis pasti sudah diberi surat peringatan dari kampus karena sering membolos.     

Bastian berdiri di depan pintu kamar mandi yang tergabung dengan kamar tidur. Lalu ia mengambil peralatan yang ia butuhkan untuk membersihkan kamar mandi di gudang kecil di sudut dapur. Sebuah ruang sempit yang Radit gunakan untuk menyimpan berbagai alat untuk membersihkan apartemennya. Bastian membawa satu ember warna merah, sikat kamar mandi, kain lap dan sabun pembersih toilet. Bastian akan membersihkan kamar mandi saat ini, selama seminggu tinggal di apartemen Radit si pemilik apartement lah yang akan membersihkan semua ruangan jika hari libur. Dia juga yang memasak makanan untuk mereka berdua setiap harinya. Jadi seharusnya tidak ada masalah kan jika sesekali Bastian ikut membantu membersihkan tempat tinggal mereka.     

Sebenarnya Bastian tidak terlalu mengerti cara membersihkan kamar mandi tapi dia pernah beberapa kali melihat orang membersihkan kamar mandi. Berbekal pengetahuan itulah Bastian memulai kegiatannya. Dia membersihkan kamar mandi dengan caranya sendiri yaitu membasahi lantai dan dinding kamar mandi, menuang sabun pembersih toilet serta menyikat apa pun yang menurutnya perlu disikat terakhir menyiram semuanya untuk menghilangkan sabun pembersih itu.     

Selesai membersihkan kamar mandi Bastian masih mau melakukan sesuatu lagi. Maksud hatinya adalah meringankan pekerjaan rumah sang empunya apartemen. Sekarang Bastian sudah berdiri di dapur, ia akan memasakkan sesuatu hidangan makan malam untuknya dan Radit. Dengan bantuan dari video tutorial memasak di YouTube, Bastian mulai mengeluarkan beberapa bahan yang dibutuhkan dari dalam kulkas. Pemuda itu memasak dengan kemampuan dan pengetahuan yang ia punya. Ia senyum-senyum sendiri membayangkan wajah senang Radit saat melihatnya bisa menyelesaikan dua pekerjaan rumah.     

xxx     

Pukul enam sore terlihat sebuah mobil warna merah memasuki area basement komplek apartemen yang cukup mewah itu. Setelah memarkirkan mobilnya, Radit keluar dari mobil dan berjalan ke arah belakang mobil lalu membuka bagasi mobil. Dari dalam bagasi Radit mengeluarkan beberapa plastik berisi belanjaan kebutuhan dapur. Sebelum pulang Radit menyempatkan diri untuk membeli bahan-bahan makanan di supermarket tak jauh dari komplek apartemennya. Sejak Bastian tinggal dengannya Radit semakin rajin belanja maklum anggota keluarga bertambah satu. Apalagi nafsu makan si anggota baru itu lumayan besar. Radit jadi semangat memasak jika melihat Bastian memakan hasil masakannya dengan lahap. Meskipun pemuda itu tidak pernah mengatakan terima kasih atau bahkan memuji masakannya yang enak, tapi dengan melihat Bastian selalu nambah setiap kali makan saja sudah membuat Radit bahagia. Dia tidak tau pasti apa alasan Bastian yang tiba-tiba ingin tinggal bersama dengannya, apapun alasan itu yang jelas hidupnya tak lagi sepi kini ada seseorang yang akan menunggunya pulang setiap hari.     

Radit mengeluarkan ponsel miliknya dari saku celananya lalu menekan nomer Bastian. Ia ingin tau dimana posisi Bastian saat ini, karena tadi siang Bastian mengiriminya pesan untuk tidak perlu menjemputnya di kampus.     

"Hallo baby.. Lo dimana sekarang?" tanya Radit setelah seseorang mengangkat sambungan telepon.     

"Gak kemana-mana, gue di rumah" jawab Bastian dari seberang telepon.     

Radit mengernyitkan kening saat ia mendengar suara-suara berisik dari seberang sana.     

"Baby.. Lo lagi ngapain kok ada suara berisik-berisik gitu"     

"Gue lagi masak. Lagi goreng ayam nih..."     

"Udah ya... Awwaww.. Sialan nyiprat ke gue!!" pekik Bastain     

Mendengar kata lagi masak, mulut Radit terbuka. Kaget!!. Secepat kilat ia berlari ke arah lift, dengan kasar dan terburu-buru Radit menekan angka 10 berkali-kali. Berharap pintu lift segera terbuka.     

"Bakal jadi apa dapur gue..." kata Radit pada diri sendiri saat pintu lift terbuka.     

Bukannya apa-apa, Bastian itu pernah menghancurkan dapurnya membuatnya seperti kapal pecah. Saat itu dirinya sedang sakit dan Bastian merawatnya membuatkan bubur untuknya. Radit sangat berterima kasih akan hal itu. Namun saat dia mulai pulih dan keluar dari kamar ia mendapati dapurnya jadi berantakan tidak karuan, semua peralatan dapur keluar dari tempatnya. Itu hanya untuk memasak semangkuk bubur, lalu bagaimana jika... apa tadi yang di dengarnya, goreng ayam??!!. Mampus!!. Tak lama lift sampai ke lantai apartemennya dan ketika pintu lift terbuka Radit langsung bergegas mempercepat langkahnya untuk masuk ke apartement miliknya.     

"Brakkk.."     

Radit membuka pintu dengan kasar.     

"Yank....!!"     

Bastian memutar tubuhnya ke arah datanganya suara itu. Tangan kanannya memegang spatula, Rambut sebahunya terlihat acak-acakan. Ada tepung di pipi, dagu dan di keningnya. Penampilan Bastian saat ini sangat kacau. Jika Bastian saja seperti itu lalu apa kabar dengan bentuk dapurnya. Seperti dugaan Radit, dapurnya kini sudah tak berbentuk Lagi. Semua peralatan dapur keluar dari tempatnya. Bahan makanan berserakan di meja dapur.     

"Gue...mau bikin ayam goreng tepung tapi jadinya kaya gini" kata Bastian dengan mimik wajah polos.     

Radit mengulum senyumnya, penampilan Bastian saat ini membuatnya gemas. Meskipun dapur miliknya menjadi berantakan,tapi pemandangan di depannya saat ini membuatnya ingin memeluk tubuh tinggi itu. Radit berjalan mendekati dapur dan meletakkan barang belanjaannya di atas meja makan yang menyatu dengan dapur.     

"Sorry.. Dapur Lo brantakan karena gue" kata Bastian dengan raut wajah bersalahnya.     

Radit makin gemas. Bastian mirip anak anjing yang sedang berbuat salah. Jarang-jarang Bastian bersikap seperti ini, biasanya dia seperti singa yang siap menerkam Radit dengan umpatan dan pukulannya.     

"Emang mau masak apa Sayangku..."      

Radit melihat ke sekeliling dapur. Kompor sudah mati, ada tiga potong daging ayam goreng tepung yang berwarna hitam kecoklatan dia atas teflon. Tidak hanya itu di tempat cuci piring ada wadah-wadah bertumpuk dan banyak telor goreng bercampur cangkangnya. Entah sudah berapa kali Bastian gagal membuat ceplok telor. Radit ingin tertawa tapi ia menahannya.Saat melihat lengan putih Bastian banyak bercak merah-merah, itu pasti karena percikan minyak panas.     

"Niat gue... Waktu Elo pulang udah ada makanan"     

"Tunggu kita sama-sama libur ya Yank, nanti kita bisa masak bareng" kata Radit sambil mengulas senyum.     

Pria itu mendekati tempat pencucian piring, dan menggulung lengan kemejanya lalu mulai membersihkan kekacauan yang dibuat oleh Bastian.     

"Tapi buat makan malam nanti gimana? Di kulkas udah gak ada bahan makanan lagi"     

"Tenang Yank.., gue udah belanja dan gak perlu masak lagi. Gue juga udah beli makan malam buat kita"     

Bastian terdiam, ia kemudian melakukan hal yang sama seperti yang Radit lakukan. Membereskan segala kekacaun yang sudah ia timbulkan. Ia mengira akan berhasil membuat makan malam untuk mereka berdua. Tapi semua tak semudah yang ia lihat dan bayangkan. Sekarang Bastian jadi merasa tak enak tinggal dengan Radit. Setiap hari Radit akan memasakkan sesuatu untuknya pagi dan malam hari. Bahkan sekarang dia mulai terbiasa dengan rasa masakan Radit yang menurutnya selalu enak. Timbul pertanyaan dalam hati apa dengan dia memilih tinggal disini hanya menambah beban untuk Radit. Radit itu sudah bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri dan sebagian gajinya juga dikirimkan untuk membantu orang tuanya membiayai uang kuliah adik perempuannya.     

Bagaimana ia tahu tentang itu, pernah Bastian tidak sengaja mendengar pembicaraan Radit dengan ibunya di sambungan telpon. Saat itu ibunya minta dikirimkan sejumlah uang untuk membayar uang kuliah adiknya. Saat mendengar itu Bastian menggerutu. Orang tua macam apa itu sudah tidak pernah mengunjungi anaknya yang tinggal sendirian, tapi hanya mau dengan uangnya saja. Bastian bukannya tidak suka melihat sikap Radit yang berbakti pada orang tuanya, tapi minimal kunjungilah Radit sesekali. Selama dia sering berkunjung bahakan saat ini tinggal di apartement Radit tak sekalipun Bastian melihat ada keluarga Radit yang datang berkunjung. Uhh... Pria yang malang. Bastian mendesah pelan.     

Rupanya Bastian cukup lama melamun nyatanya saat tersadar dari lamunannnya, dapur sudah bersih seperti semula.     

"Sini Yank..." Radit menarik tangan Bastian lalu membawa pemuda itu untuk duduk di sofa ruang tamu merangkap tempat nonton TV.     

"Duduk sini dulu" Radit menuntun dan mendudukkankan Bastian di sofa .     

Ia lalu berjalan ke lemari untuk mengambil kotak P3K. Radit kembali ke ruang tamu sambil membawa kotak obat lalu kemudian duduk disamping Bastian, Radit membuka dan mengeluarkan salep dari kotak obat kemudian ia menarik perlahan tangan Bastian dan mengobati lengan Bastian.      

Bastian terdiam, dia nurut dan sama sekali tidak protes. Ia membiarkan Radit mengobati lengannya yang memerah karena percikan minyak panas.     

"Kok diam Yank... lagi mikirin apa?" suara Radit mengejutkan Bastian.     

"Lagi mikirin gue ya..."      

"Gak...buat apa mikirin Lo" Dengus Bastian.     

Radit tersenyum, si anak anjing telah pergi Bastian mulai kembali seperti singa.     

"Dahhh..." Radit selesai mengobati luka Bastian.     

Setelah selesai mengobati luka Bastian, Radit beranjak mengambil tisu lalu membersihkan tepung yang menempel di pipi dan kening Bastian.     

"Lucu banget sih Yank.. Tepung kok bisa sampek muka hehhe..."     

Mendengar itu Bastian merengut. Ia merebut kotak tisu di tangan Radit lalu membersihkan wajahnya sendiri.     

"Gue cuma mau ngurangi beban Lo"     

"Gue gak merasa terbebani Sayangku... Tiap hari bisa liat muka Lo yang cakep ini aja gue udah seneng"     

"Dasar lebay..."cibir Bastian.     

Padahal dalam hati dia senang dibilang cakep.     

"Ini gak lebay Baby... ini jujur"     

"Ya udah gue mandi dulu ya Yank... Gerah ini" kata Radit sambil beranjak berdiri.     

"Kalo udah laper makan aja duluan, gak usah nungguin gue" Lanjut Radit sebelum ia berjalan ke arah kamarnya.     

Karena Radit bilang tidak perlu menunggunya, Bastian sekarang sudah duduk nyaman di kursi ruang makan. Ia membuka bungkusan makanan yang dibelikan oleh Radit. Mencium dari baunya sepertinya Radit membeli masakan Padang.     

Bastian menyiapkan dua piring dan dua sendok. Satu bungkus untuk dirinya dan satu bungkus lagi ia siapkan di atas piring untuk Radit.     

Bastian membuka bungkusan makanan miliknya. Lalu mulai menyuapkan sendok demi sendok nasi dengan lauk sambel ijo, ayam goreng, dan telor dadar khas masakan Padang serta gulai kacang panjang.     

"Hmmm...masakan Radit tetap yang terbaik" gumam Bastian sambil mengunyah nasi dalam mulutnya.     

"YANKK...!!!!!" teriak Radit dari dalam kamar mandi.     

Bastian menghentikan acara makannya lalu bergegas bangkit berdiri pergi ke kamar mandi menghampiri Radit.      

Sesampainya di kamar mandi tidak terjadi apa-apa sama Radit. Pria itu berdiri terpaku melihat ke bawah ke lemari dinding bawah westafle kamar mandi.     

"Apaan sih teriak-teriak?"     

"Yank..kamar mandinya Lo apain?"     

"Gue apain sih emang! Cuma Gue cuci doank" jawab Bastian mulai kesal.     

"Lo nyucinya gimana??"     

"Ya gue cuci kayak orang lain cuci kamar mandi lah.. Gue sikat pakek sabun trus gue sirami pakek shower"Jelas Bastian      

"Yank....lain kali gak usah, kalo emang mau cuci kamar mandi tanya gue dulu... Liat ini, basah semua Yank..." Radit menunjukan isi lemari yang basah oleh air sabun.     

Lemari dinding itu ada dua sisi satu sisi untuk menyimpan handuk kecil dan sisi lainnya untuk menyimpan persediaan sabun, shampo dan pasta gigi. Bastian terkejut melihat isi lemari dibawah wastafel penuh dengan air sabun. Apa salahnya? Kenapa bisa banjir air sabun.     

"Kalo bagian ini jangan di siram airnya bakal masuk dalam. Kalo habis disabun bilasnya cuma dilap dengan kain aja Yank.."     

"Ya mana gue tau!! Waktu SMA gue kena hukum cuci kamar mandi ya gitu caranya. Disabun, disikat lalu siram"     

Baiklah Radit ingin terjun bebas sekarang. Pusing!.     

"Jangan disamain donk Sayangku... Lagian lain kali bilasnya jangan pake shower, tampung airnya dulu di ember baru disiram. Kalo pakek shower langsung entar tagihan airnya naik banyak banget Yank.."     

Bastian melongo. Memandang tak percaya ke arah Radit.     

"Gue udah baik hati, capek-capek cuci kamar mandi Lo. Bukannya Lo berterima kasi, Lo justru ngomel. Dan apa Lo bilang tagihan naik??!"     

"Wahhh..... Lo pelit banget ya ternyata. Oke....mulai besok gue bakal cari kerja part time biar bisa bayar tagihan listrik dan air Lo. Gue tau diri kok. Lo yang cari nafkah di sini, gue cuma numpang!!!"     

Radit makin pusing. Dia baru saja sadar kalau sudah salah bicara.     

Setelah ini bisa dipastikan dia akan berakhir tidur lagi di sofa malam ini.     

"Gak gitu Yank...bukan begitu maksud gue Baby...."     

"Jangan panggil gue baby!!!" teriak Bastian sambil melangkah kerah tempat tidur.     

"Sayaangggggg..."     

"Malam ini Lo tidur luar sana!!!!!"     

Radit membenturkan kepalanya ke pintu kamar mandi berulang kali. Dalam hatinya ia mengumpat"Dasar oon, ngapain coba ngomong gitu. Emang enak tidur diluar!!"     

"Sayaaaangg... Pleasee... Dinginn Yanggg diluar..."     

"Bodo amat!! sana keluar!!"Bastian mendorong tubuh Radit keluar dari kamar,tak lupa melempar satu bantal dan selimut tebal.     

"Bruakk!!!! klekk!!" Bastian menutup pintu lalu menguncinya dari dalam.     

"Sayangku..Cintaku..Baby gemeskuu... Jangan galak gitu Yaangg...."     

Di luar kamar Radit masih saja mengetuk pintu kamar dan memohon kepada Bastian untuk membukakan pintu untuknya. Sedangkan didalam kamar Bastian tetap saja menulikan telinganya dengan memasangkan headset milik Radit dan mengeraskan volumeny. Meluapkan emosinya karena tersinggung dengan ucapan Radit, tak lama Bastian pun tertidur karena kelelahan meluapkan sisa emosi dalam pikirannya.     

Mereka berdua persis seperti sepasang suami istri. Si suami yang mengomel karena istri tidak tau cara berhemat, sedangkan si istri merasa tidak terima saat suami menegurnya untuk memberitahu cara menghemat pengeluaran.     

Bersambung.....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.