My wife is a boy

Positif hamil



Positif hamil

0Panji mengendarai mobilnya dengan sedikit terburu-buru menuju ke rumah sakit terdekat. Disepanjang perjalanan menuju rumah sakit tangan Algis tak lepas dari genggaman Panji. Pria itu mengemudikan mobilnya hanya menggunakan satu tangan saja. Rasa cemas dan khawatir terlukis jelas pada wajah tampan Panji. Sekalipun Panji berpikiran positif dan yakin Algis sehat dan baik-baik saja, namun tetap saja Panji masih dilanda rasa cemas dan takut bercampur menjadi satu.     
0

"Mas Panji... Lepasin tangan Algis. Gak baik nyetir satu tangan Mas"     

Panji menoleh sebentar ke arah pemuda manis di sampingnya itu. Lalu ia kembali fokus pada jalan di depan.     

"Aku takut Gis..." Panji semakin mengeratkan genggaman tangannya.     

"Algis gak Apa-apa Mas. Jangan khawatir gitu"     

"Kamu selalu bilang gak apa-apa, kalo ternyata kamu sa..."     

Panji tidak melanjutkan kata-katanya. Ia langsung mengatupkan kedua bibirnya, tidak berniat lagi untuk melanjutkan kalimatnya.     

"Jangan berpikiran macam-macam Mas.. Algis sehat. Yakin aja Mas"     

Algis membalas dengan lembut genggaman tangan Panji berusaha meyakinkan kalau ia baik-baik saja. Pemuda manis itu tak lagi meminta Panji untuk melepaskan tangannya. Percuma saja Panji tak akan mau mendengarkannya, sekalipun tidak ada larangan mengendarai mobil hanya dengan menggunakan satu tangan saja, namun semua orang tau hal itu tindakan yang berbahaya untuk keselamatan berkendara. Akan tetapi dengan sifat Panji yang keras kepala seperti itu Algis hanya bisa berdoa semoga mereka selamat sampai tujuan.     

Sesampainya di rumah sakit, Panji segera menuju tempat pendaftaran pemeriksaan kesehatan umum dan setelah menunggu selama lima belas menit di ruang tunggu yang disediakan,tiba giliran Algis untuk masuk ke ruang dokter dan melakukan pemeriksaan.Panji tidak ikut menemani Algis memeriksakan kesehatannya, ia menunggu dan duduk di ruang tunggu.Selama menunggu Panji sangat gelisah ia menyesali kenapa tadi dia tidak ikut masuk saja menemani Algis selama pemeriksaan. Ahh... bagaimana dia mau ikut masuk bersamanya ke dalam jika suster memintanya untuk menunggu di luar terlebih dahulu.     

Tak lama kemudian datang seorang suster menghampiri Panji dan meminta Panji untuk masuk ke ruang dokter. Panji bangkit berdiri dan bergegas masuk ke ruang pemeriksaan. Di dalam ruang pemeriksaan, ia langsung duduk tepat disampingnya Algis menghadap ke seorang dokter wanita. Dokter wanita yang berambut ikal itu tersenyum ramah ke arah Panji menyapa ramah padanya.     

"Ini dengan Pak Panji ya.." tanya sang dokter dengan ramah.     

Panji menganggukkan kepalanya. Lalu menoleh ke arah Algis, keduanya saling memandang dalam kebingungan dan cemas.     

"Gimana hasilnya Dokter, Algis sakit apa?" tanya Panji dengan wajah serius.     

Sang dokter menarik nafas panjang lalu kembali tersenyum.     

"Tidak sakit berbahaya kok Pak. Justru Mas Algis ini sedang mendapat rejeki"     

Panji mengernyitkan kening keningnya, ia tak memahami maksud perkataan sang dokter dihadapannya itu.     

"Rejeki?? rejeki apa Dok! Maksudnya apa Dok??"     

Panji bingung. Begitupun juga dengan Algis, pemuda manis itu pun tak kalah bingungnya dengan perkataan sang dokter itu.     

"Pak Panji dan Mas Algis sebelum saya menjelaskan hasil pemeriksaan, saya minta maaf sebelumnya. Bolehkah saya tahu, apakah Pak Panji dan Mas Algis ini statusnya berpasangan atau bukan?"     

Panji dan Algis terdiam. Mereka berdua tak langsung menjawab.     

"Maaf jika pertanyaan saya ini bersifat terlalu pribadi tapi..."     

"Iya. Dia kekasih saya Dokter" jawab Panji tegas.     

Sang dokter kembali tersenyum.     

"Setelah melakukan beberapa tes dan melakukan MRI Scan serta USG. Mas Algis tidak mengalami gejala sakit apapun" sang dokter diam sejenak untuk memberi jeda pada kalimatnya     

"Namun kekasih Pak Panji ini sedang hamil" lanjut sang dokter dengan nada penuh keyakinan.     

"HAMIL!!!????" Pekik Algis, pemuda manis itu terkejut dan terbelalak kaget.Ia tidak percaya dengan apa yang disampaikan dokter wanita itu.     

"Dokter. Dengar. Dalam hitungan menit saya bisa menghubungi Kepala Rumah Sakit ini dan memastikan Anda dipecat. Jadi tolong jangan berbicara omong kosong di depan saya!!!" Kata Panji dengan wajah serius dan tegas.     

Kalo Algis adalah seorang gadis, Panji bisa mengerti. Tapi Algis adalah seorang Laki-laki. Apa dokter di depannya ini sedang membual dan mengajaknya bercanda?!. Itu sama sekali tidak lucu!.     

"Saya bisa mengerti jika Anda berdua tidak mempercayai saya. Tapi semua test yang sudah dilakukan menunjukankan hasil Mas Algis memang benar sedang hamil"     

"Mas. Apa sih maksudnya ini!!" Algis menoleh ke arah Panji dengan wajah panik dan ketakutan.     

Panji mencondongkan tubuhnya ke depan,mendekatkan jaraknya dengan dokter berambut ikal didepannya itu, lalu berbicara setengah berbisik.     

"Dokter...begini, Algis itu laki-laki sama seperti saya. Kemarin malam saya melihat dengan jelas kelaminnya berbentuk sama seperti milik saya. Dan saya juga yakin 100% Algis bukan trangender. Jadi jangan menguji kesabaran saya dengan mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti ini"     

"Saya sangat mengerti jika hal ini akan sulit sekali diterima dan dipercaya serta sangat tidak masuk akal. Tapi hal ini benar terjadi Pak"     

"Tentu saja ini tidak bisa dipercaya!!. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa hamil!!' geram Panji     

"Untuk Mas Algis ini sangat bisa terjadi Pak.Mas Algis memiliki organ reproduksi seperti yang dimiliki seorang wanita. Mas Algis punya rahim, tuba falopi, ovarium dan organ-organ penting ini yang bisa membuat Mas Algis dapat dibuahi dan bisa mengandung layaknya seorang wanita" jelas sang dokter.     

"Dan apa yang saya bicarakan bukanlah sekedar omong kosong. Silahkan, Pak Panji dapat melihat sendiri hasil tesnya. Atau saya bisa memanggilkan dokter spesialis kandungan yang tadi membantu saya untuk memeriksa keadaan Mas Algis untuk menjelaskannya dengan lebih rinci lagi"     

Panji terdiam. Otaknya sedang mencerna penjelasan dari dokter di hadapannya itu. Akal sehat Panji ingin tidak mempercayainya, tapi saat membaca dan melihat hasil tes MRI Scan dan USG semua menunjukkan bahwa benar adanya Algis sedang mengandung. Mengandung benihnya, calon anaknya.     

Meskipun Panji belum bisa mempercayai dan menerima pernyataan itu sepenuhnya, ada rasa bahagia yang menelusup di relung hatinya. Bagaimana mungkin ia tidak bahagia jika sesuatu yang yang sebelumnya tidak akan mungkin ia dapat kan dari Algis,ternyata Yang Maha kuasa membuatnya menjadi mungkin dan nyata.     

Seperti seorang suami pada umumnya,yang sangat bahagia dan terharu jika mendapat kabar bahwa istrinya sedang hamil.Begitu pula dengan Panji di tengah-tengah rasa tidak percaya dan bingungnya Panji begitu sangat bahagia dan terharu mendengar Algis sedang mengandung anaknya,benihnya.     

Panji meraih tubuh ramping Algis lalu memeluknya erat.     

"Kamu hamil!! Kamu bisa hamil Gis. Kamu hamil anakku. Kita akan punya anak" kata Panji setengah berbisik.     

Lain halnya dengan Algis. Alih-alih menyambut bahagia kabar itu seperti Panji, Algis justru diam seribu bahasa. Pemuda manis itu masih shock dan tidak percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya. Algis sekarang merasa ketakukan. Di raut wajahnya terlukis jelas rasa ketakutan dan kecemasannya. Ia tak lebih seperti seorang gadis yang sedang ketakukan karena ketahuan hamil di luar nikah. Tubuhnya gemetar dan berkeringat dingin. Wajah Algis menjadi pucat pasi. Ia takut luar biasa. Ia berharap dokter salah mendiagnosis dirinya.     

"Tapi Dokter, bagaimana semua ini bisa terjadi?? Tolong beri saya penjelasan yang masuk akal" kata Panji sambil melepas pelukannya.     

Jangan lupa, Panji adalah pria yang menjujung tinggi logika. Dia tidak mungkin mudah percaya dan yakin jika tidak ada penjelasan secara medis.     

"Mas Algis mengalami kondisi langka Pak, PMDS. PMDS atau Persistent Mullerian Duck Syndrom, yaitu kondisi dimana tubuh seseorang gagal memproduksi atau merespons hormon tertentu saat dirinya masih berbentuk janin dalam kandungan"     

"Dan saya yakin Mas Algis selama ini pasti pernah mengalami menstruasi dan PMS. Apa ada sesuatu yang aneh pernah terjadi selama ini Mas Algis?" Tanya sang dokter ramah dan tetap dengan tatapannya yang tenang dan lembut.     

Algis sesaat terdiam, ia seperti sedang memikirkan sesuatu.     

"I-iya...Dokter. Waktu remaja Algis pernah mengalami sesuatu yang aneh saat buang air kecil, air kencing Algis berwarna sedikit merah. Waktu itu Algis kira Algis sakit, tapi nyatanya tidak. Algis baik-baik saja. Sejak itu Algis tidak pernah menghiraukan hal itu lagi. Tapi Algis tidak tau akan seperti ini" jelas Algis dengan suara lemah di ujung kalimat.     

Dokter wanita yang bernama Sabrina itu menganggukan kepala lalu tersenyum lembut.Dokter cantik itu memahami perasaan Algis.     

"Tenang Mas Algis. Ini bukanlah suatu hal yang berbahaya. Mas Algis jangan takut" kata dokter Sabrina mencoba menenangkan Algis.     

"Bagaimana Algis bisa tenang Dokter!. Algis ini laki-laki Dok"     

"Saya mengerti,Mas Algis tidak bisa menerima hal ini dengan mudah. Tetapi jangan anggap ini sebagai musibah. Anggaplah hal ini sebagai anugerah. Yang saya tau di dunia ini hanya ada satu orang yang memiliki kondisi seperti Mas Algis, dan itu terjadi di Inggris. Saya tidak menyangka jika saya akan bertemu dengan seseorang yang memiliki kondisi langka seperti ini langsung di depan mata saya" jelas dokter Sabrina.     

Algis terdiam. Ia menundukkan kepalanya lemas. Haruskah ia berbahagia?Algis tidak tau.Saat ini hatinya masih diliputi perasan terkejut.Ia takut dan juga bingung dengan semua yang terjadi. Bagaimana caranya dia akan melewati harinya setelah ini. Apa yang akan orang lain katakan ia seorang laki-laki tetapi bisa hamil. Menjalin hubungan dengan Panji saja sudah membuatnya terlihat aneh. Apalagi di tambah kondisinya yang bisa mengandung.     

Dokter Sabrina kembali menjelaskan kondisi Algis secara rinci untuk dapat lebih dipahami oleh Panji dan Algis. Dokter cantik itu menjelaskan bahwa sebenernya setiap janin memiliki cikal bakal dari rahim yang di sebut Mullerian Duck. Namun bila janin berkembang dengan kelamin laki-laki, maka tubuhnya akan memproduksi hormon yang berguna untuk mencegah berkembangnya rahim itu tadi.     

Dan pada pengidap PMDS, di tubuhnya tidak memproduksi hormon tersebut untuk menghilangkan rahim. Sehingga membuat Mullerian Duck berkembang sungguhan dan membentuk rahim bahkan berfungsi dengan baik. Walau begitu hormon tersebut tidak mempengaruhi untuk perkembangan alat kelamin. Oleh karena itu Algis penampilannya dari luar memang laki-laki sejati dan memiliki alat kelamin laki-laki, namun di dalam tubuhnya memiliki rahim, dan organ reproduksi wanita lainnya yang bisa berfungsi dengan baik.     

"Jadi Pak Panji... Tolong dijaga kandungan Mas Algis ya. Saya ucapkan selamat, sebentar lagi Pak Panji akan menjadi seorang ayah" ucap dokter Sabrina dengan senyuman ramah yang tidak pernah hilang dari bibirnya.     

"Ini saya berikan resep beberapa obat untuk penghilang mual juga beberapa vitamin. Harus di minum rutin ya Mas Algis biar bayinya sehat dan kuat" lanjut dokter Sabrina.     

Dokter cantik itu berbicara dengan nada yang santai bahkan seakan semua yang terjadi adalah normal untuknya. Berbeda dengan kedua orang di depannya. Mereka hanya diam. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.     

"Usia kandungan Mas Algis sudah berjalan tiga minggu. Di tri semester pertama ini kandungan masih tergolong rawan dan lemah. Jadi harus sangat berhati-hati. Jaga kesehatan banyak makan-makanan yang bergizi. Jangan terlalu lelah, banyak berpikir atau stres dan juga melakukan kegiatan yang melelahkan"     

"Trima kasih dokter.." kata Panji sambil memasukkan hasil test Algis ke dalam sebuah map berwarna cokelat.     

"Pak Panji juga harus sabar ya... Mungkin Mas Algis akan menjadi lebih rewel dan sensitif, itu hal yang biasa untuk orang hamil"     

Panji mengangguk. Dia jadi teringat sikap aneh Algis belakangan ini, suka meminta sesuatu yang aneh-aneh dan juga mudah merajuk jika tidak diikuti kemauannya. Ternyata semua karena Algis sedang mengandung. Algis mengandung?? Mengandung calon anaknya??Dia akan menjadi seorang ayah?? Diam-diam rasa bahagia kembali hadir di dalam hati. Mendadak Panji jadi tidak sabar ingin segera melihat buah hatinya.     

"Ini jadwal Mas Algis untuk periksa kandungan berikutnya. Temui dokter Aldi, karena Dialah dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakit ini"     

"Ehmm... Dokter,Saya mau semua ini tetap dirahasiakan jangan sampai pihak luar tau akan hal ini"     

"Tentu saja Pak Panji, kami akan merahasiakan semuanya dari pihak luar. Terutama untuk kasus Mas Algis ini" kata dokter Sabrina meyakinkan.     

Setelah selesai berbicara dengan dokter Sabrina, Panji dan Algis berpamitan. Mereka berdua lalu keluar dari ruangan dokter Sabrina untuk kembali pulang ke rumah dan memberi kabar bahagia itu. Setidaknya hal ini adalah kabar bahagia untuk Panji karena dia memang sangat bahagia mendengar kabar Algis mengandung buah hatinya.     

Sebaliknya hal itu tidak berlaku untuk Algis. Pemuda manis itu tampak tidak bahagia. Wajahnya muram. Sepanjang perjalanan pulang Algis hanya duduk diam membisu. Ia memiringkan kepalanya dan menyandarkannya pada jok mobil. Pandanganya menatap ke arah luar kaca mobil seakan pemandangan di luar lebih menarik dari apapun saat ini.     

Panji juga tidak memberanikan diri untuk mengajak Algis bicara. Pria itu mengerti, saat ini Algis sedang terkejut dan belum bisa menerima kenyataan. Lagipula laki-laki mana yang tidak akan kebingungan dan takut jika tiba-tiba dinyatakan sedang mengandung. Jika hal itu terjadi pada dirinya mungkin saja reaksinya akan lebih ekstrim. Akan tetapi hal itu tidak mungkin pernah terjadi, selain dia tidak memiliki rahim seperti Algis, Panji juga tidak akan pernah menjadi pihak penerima. Always Being A Top!!!     

Sesampainya di rumah, Panji dan Algis langsung disambut oleh kedua orang tua Panji yang sejak lama sudah menunggu kepulangan mereka berdua dari rumah sakit. Melihat Panji dan Algis masuk rumah Bu Rina bergegas berdiri dan menghampiri mereka berdua dikuti Pak Suryadi yang mengekori di belakang Bu Rina.     

"Ji..gimana hasilnya?Algis sakit apa?" tanya Bu Rina tak sabaran saat berhadapan dengan Panji.     

Panji meraih tangan Algis, lalu mengajak pemuda manis itu untuk duduk di atas sofa panjang ruang tamu.     

"Kok pada diem gitu sih" Bu Rina mulai tak sabar untuk mendengar jawaban dari Panji.     

"Algis gak sakit Ma.." jawab Panji setelah diam sesaat.     

"Syukurlah kalo gak sakit" ucap Bu Rina lega.     

"Tapi itu apa yang ada di tangan kamu Ji?" Bu Rina melihat ke arah map di tangan Panji.     

Panji menyerahkan map cokelat itu pada Bu Rina.     

"Itu hasil test dokter Ma.."     

"Kalo Algis gak sakit, gak masalah donk Ji"     

Bu Rina tidak membuka isi map itu. Wanita paruh baya itu justru meletakkan map tersebut di atas meja tanpa ada niatan untuk melihat isi di dalamnya.     

"Algis emang gak sakit. Tapi Algis HAMIL"     

"HAMIL!!!!!?????" teriak Bu Rina dan Pak Suryadi hampir bersamaan.     

Kedua suami istri itu membulatkan mata. Mereka terkejut sekali mendengar Algis tengah mengandung.     

"Ji..kamu gak salah, Algis hamil??!! Bagaimana bisa??!!" Kata Bu Rina tidak percaya diikuti anggukan Pak Suryadi, pria itu juga tidak percaya mendengarnya.     

"Semua hasil test nya ada di map itu Ma. Liat aja sendiri"     

Bu Rina langsung menyambar map berwarna cokelat di atas meja lalu segera membuka map itu. Saat melihat semua hasil test yang tertulis di kertas juga hasil dari MRI scan juga USG, Bu Rina dan Pak Suryadi kembali membulatkan mata tak percaya. Tapi semuanya nyata.     

Panji menjelaskan semuanya pada kedua orangtuanya tentang hal yang terjadi pada Algis setelah kedua orangtuanya selesai melihat semua hasil test. Selesai mendengar penjelasan Panji Bu Rina membuang pandangannya ke arah Algis yang sedari tadi hanya menunduk diam tidak berbicara sepatah kata pun.     

Bu Rina bangkit berdiri dari sofa dan berjalan mendekati Algis lalu duduk di samping pemuda manis itu.     

"Algis .. Sayang...." Panggil Bu Rina dengan suara halus.     

Wanita paruh baya itu meraih bahu Algis meminta si manis untuk melihat ke arahnya.     

"Sayang..lihat ke Mama..."     

Perlahan Algis memutar tubuhnya ke arah samping menghadap Bu Rina. Namun ia semakin menundukkan kepalanya lebih dalam dan hanya melihat lantai di bawahnya.     

"Liat Mama Algis.." pinta Bu Rina lagi.     

Algis mengangkat wajahnya melihat ke arah wajah keibuan Bu Rina. Saat melihat wajah keibuan itu air mata yang sejak tadi menggenang di pelupuk matanya jatuh berlinangan. Algis tidak mampu menahannya lagi. Pemuda manis itu kini berlinangan air mata. Air mata yang telah ia tahan sejak di rumah sakit akhirnya jatuh juga.     

Bu Rina meraih tubuh Algis lalu memeluk dan menepuk-nepuk punggung Algis lembut.     

"Sayang.. Jangan nangis. Mama tau ini sulit kamu terima, tapi Mama berharap dan yakin kamu bisa menerimanya"     

"Algis laki-laki Ma.... Kenapa Algis bisa hamil. Bukankah Algis ini tampak menjijikan. Algis aneh. Algis kayak monster Ma..." kata Algis dengan tangis tersedu.     

Bu Rina menjauhkan tubuhnya melepaskan pelukanya dari Algis agar bisa melihat wajah manis yang sedang menangis itu. Tangan lembut wanita itu mengusap air mata Algis dengan sayang.     

"Jangan ngomong seperti itu sayang... Siapa yang bilang kamu aneh. Apalagi monster. Algis anak Mama yang paling manis ini gak aneh. Anak Mama ini spesial. Kamu itu pilihan. Algis dipilih untuk dititipi calon bayi yang pasti imut manis kayak kamu"     

"Tapi Ma....."     

"Dengerin Mama dulu sayang... Di luar sana banyak orang yang berjuang dan rela melakukan apapun untuk bisa mendapatkan keturunan. Lalu kenapa Algis bersedih hati jika kamu yang mendapatkan rejeki itu. Ada Mama ada Papa ada Panji yang akan jagain kamu dan anak kamu kelak. Jadi jangan takut"     

Algis tak menyahut lagi. Ia kembali memeluk Bu Rina. Membenamkan wajahnya pada bahu wanita paruh baya itu. Hati Algis sedikit lebih tenang ketika mendengar kata-kata Bu Rina. Meskipun sulit ia harus bisa menerima kenyataan itu. Lagipula ada sesuatu yang tumbuh dan hidup di dalam tubuhnya saat ini. Bagaimana mungkin Algis bisa menolak benih calon bayi yang tidak berdosa itu hidup dalam dirinya.     

×××××××     

Semilir angin malam membelai wajah putih Algis. Pemuda manis itu berdiri di pinggir pembatas balkon kamar. Ia memandang langit malam yang kebetulan begitu cerah dengan sinar rembulan. Tak lama kemudian Algis merasakan tangan seseorang melingkar di pinggang rampingnya memeluknya dari belakang. Siapa lagi jika bukan Panji, karna hanya ada mereka berdua di kamar itu.     

Panji memeluk Algis dari belakang meletakkan dagunya pada perpotongan leher Algis lalu mengecupi leher putih Algis. Si empunya leher memiringkan kepalanya untuk memberi akses bibir Panji agar lebih mudah mengecupi leher jenjangnya.     

"Apa ibu dari calon anakku ini masih bersedih???"     

Algis tersenyum kecil mendengar Panji mengatakan dirinya seorang ibu.     

"Algis laki-laki Mas"     

"Ibu itu sebutan buat seseorang yang mengandung dan melahirkan anak. Kalo kamu bisa melakukan itu bukankah kamu juga seorang ibu"     

"Ibu itu berjenis kelamin perempuan Mas..."     

"Baiklah...lalu kamu mau di panggil apa sama anak kita nanti"     

Algis memutar tubuhnya. Ia kini saling berhadapan dengan Panji. Panji masih saja melingkarkan kedua lengannya pada pinggang ramping Algis.     

"Mas Panji bahagia???"     

"Sangat. Kamu selalu membuat aku bahagia setiap harinya Gis.."     

"Mas gak akan ninggalin Algis kan"     

"Bagaimana aku bisa ninggalin Kamu. Kalo sehari gak liat kamu aku bisa sakaw"     

"Gombal banget.." Algis terkekeh geli. Entah itu gurauan atau sesungguhnya yang jelas hati Algis membuncah bahagia mendengarnya.     

"Kamu itu sangat berharga buat ku Gis, apalagi sekarang" Panji meraba perut datar Algis dengan lembut.     

"Ada calon anak kita di dalam sini"     

Kedua mata mereka bertemu saling tatap satu sama lain. Ada binar bahagia dari kedua mata mereka. Perlahan Panji menundukkan kepala mendekatkan wajah mereka berdua dan dengan lembut Panji memagut bibir mungil dan ranum milik pemuda manis yang sangat ia cintai itu. Algis membalas pagutan itu ia melumat bibir atas dan bawah milik Panji secara bergantian. Untuk beberapa menit bibir mereka saling bertaut dalam pagutan mesra.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.