My wife is a boy

Mulai aneh



Mulai aneh

0Panji baru saja keluar dari ruang meeting. Pria bertubuh tinggi atletis itu berjalan cepat ke arah lift di ikuti Cindy sekertarisnya. Selama meeting berlangsung ia tidak bisa berkonsentrasi raganya di kantor tapi pikirannya melayang memikirkan Algis. Kalo saja tidak mengingat pekerjaannya yang menumpuk, Panji ingin rasanya pergi ke kampus Algis untuk memastikan pemuda manis itu baik-baik saja.     
0

"Cin..tolong majukan semua jadwal meeting saya hari ini, saya ingin pulang cepat. Bisa kan?"     

"Baik pak. Bapak hanya perlu hadir dua kali meeting lagi, tapi jika Bapak mau saya bisa infokan ke staf yang bertugas untuk menyiapkan meeting sekarang juga"     

"Iya lakukan seperti itu saja, saya ingin pulang sebelum jam tiga sore. Tolong batalkan jadwal makan siang dan reschedule ulang jadwalnya dengan rekan bisnis untuk hari ini"     

"Baik pak" jawab Cindy sekertaris Panji.     

Wanita cantik itu mempercepat langkahnya mendahului Panji untuk segera menekan tombol lift. Ketika lift terbuka Panji segera masuk di ikuti oleh sekertarisnya. Cindy kembali menekan tombol lift dan kemudian pintu lift tertutup rapat.     

"Pak...maaf saya lupa memberitahu kemarin saat Bapak tidak masuk ada seorang wanita datang ke kantor mencari Bapak"     

Panji mengerutkan dahi.     

"Siapa?" tanya Panji datar     

"Namanya Sandra Pak"     

"Lain kali jika tidak ada janji dengan saya dan bukan untuk urusan pekerjaan tolak saja"     

"Baik pak"     

"Oh ya Cindy...jangan pernah memberikan kontak pribadi saya pada siapa pun tanpa seijin saya"     

"Iya pak"     

Panji melangkah keluar lift saat pintu lift terbuka, di ikuti Cindy sekertarisnya. Panji mengingat-ingat siapa Sandra.     

Algis menarik nafas lega, saat dosen yang berdiri di depan berpamitan untuk mengakhiri kelas pagi ini. Entah mengapa sudah beberapa hari ini Algis merasa mengantuk di setiap jam sembilan sampai sepuluh pagi. Ia tidak merasa begadang selama ini, dia selalu tidur dengan cukup. Ya memang ada kalanya ia tidur larut itupun karna Panji yang mengganggunya tidak membiarkannya tidur lebih awal. Tapi ia yakin bukan karna itu, walau begitu setelahnya Algis bisa tidur dengan pulas.     

Selain itu pemuda manis itu juga tidak mengerti dengan yang ia rasakan beberapa hari ini. Ia merasa mudah sekali lelah merasa tidak enak badan tapi dia tidak tau di bagian tubuh mana yang tidak sehat. Dia tidak merasakan demam dan sudah minum obat masuk angin, tapi masih tetap saja sesekali dia merasakan mual dan lemas.     

"Gis..Lo kenapa sih. Lesu banget" tanya Maura.     

Algis meletakkan kepalanya di atas meja kelas.     

"Enggak tau Ra, kayak gak enak badan" jawab Algis dengan suara lemah.     

"Lo sakit"     

Bastian buru-buru mendekati Algis dan memeriksa kening sahabatnya.     

"Gak panas tuh" kata Bastian sambil menempelkan telapak tangannya ke keningnya sendiri untuk membandingkan.     

"Cieee yang udah pengalaman sama orang sakit" ledek Maura pada Bastian.     

Bastian memutar bola matanya malas. Kejadian ia merawat Radit sakit sudah berlalu dua minggu yang lalu tapi Maura masih tidak bosan-bosan menggodanya dengan hal itu.     

"Apa Lo mau Gue anter ke ruang kesehatan Gis, minta obat atau apa Lo mending pulang aja"     

"Gak Ra, Algis mau ke kantin aja pengen minum jus jeruk"     

"Yakin nih..gak mau ke ruang kesehatan dulu" tanya Maura untuk memastikan.     

"Iya, Algis gak apa-apa kok" Algis beranjak berdiri dari duduknya, lalu berjalan meninggalkan kelas bersama kedua sahabatnya.     

Di kantin Algis tidak memesan makanan, karna ia tidak merasa lapar. Ia justru sudah menghabiskan dua gelas jus jeruk. Rasa manis asam jus jeruk terasa segar tiap kali melewati kerongkongannya, belum lagi sensasi dinginnya entah kenapa terasa lebih segar dari biasanya.     

"Kayaknya ini belum siang banget deh, haus banget ya Gis"     

Algis meletakkan gelasnya yang sudah kosong di atas meja kantin. Dengan punggung telapak tangannya, Algis mengusap sisa jus jeruk yang tertinggal di sudut bibir mungilnya.     

"Seger Ra..."     

"Lo dah makan belum tadi pagi, jangan-jangan Lo ngerasa gak enak badan karna gak sarapan"     

"Algis selalu makan pagi Ra, kalo gak makan Mas Panji dan Mama gak akan ijinin Algis kuliah"     

"Mereka lebih ketat jaga Lo dari ortu Lo ya"     

"Iya..tapi Mama baik banget kok, Mas Panji juga. Dia sayang Algis"     

"Iya deh iya....percaya. Orang kasmaran mah gitu semua tampak indah" kata Maura menggoda Algis.     

"Ra...Bastian tadi kemana sama Vanya, kok tumben sih Vanya ngajak Bastian ngobrol berdua"     

"Mereka lagi terlibat cinta segitiga" bisik Maura.     

"Oh ya..kok bisa" Algis tampak bingung.     

"Lo gak tau kan...ternyata Vanya itu mantan Mas Radit temen laki Lo"     

"Kok bisa..."     

"Ya bisa lah..."     

"Trus hubungannya sama Bastian apa? Kenapa jadi cinta segitiga??"     

"Astaga bayik aku....gemess deh. Masih aja Lo gak nyambung"     

Maura mencubit gemas kedua pipi Algis.     

"Kan Gue udah bilang Mas Radit dan Bastian itu dekat, gimana gak jadi cinta segitiga kalo Vanya masih ngarepin Mas Radit"     

"Algis kira selama ini Vanya itu suka sama Bastian. Ternyata dia pacar Mas Radit"     

"Mantan Gis, mantan.."     

"Iya maksud Algis gitu"     

"Ya udahlah biar diurus Bastian, dia juga lagi masa denial. Mulutnya ngumpatin Mas Radit mulu tapi saban hari Lo liat kan kuliah di anterin pulang di jemput, tiap weekend nginep di apartement. Gitu masih aja ngelak masih bilang dia suka cewek, dasar homo gak bisa terima kenyataan" Dengus Maura.     

"Algis juga gak homo Ra.."Algis mencebikkan bibir mungilnya.     

"Baiklah...baiklah kalian semua lurus kayak penggaris"     

"Tapi emang bener kok Algis gak suka cowok, Algis cuma suka Mas Panji aja"     

"Tetap aja...Mas Panji cowok kan" sungut Maura.     

Algis tak bisa menjawab kata-kata sahabatnya lagi.     

"Ra..mau jus lagi" Algis menyodorkan gelas kosong miliknya ke arah Maura.     

"Ehh..jangan! Udah habis dua gelas Lo, Gue pesenin bakso kesukaan Lo ya. Lo harus makan biar gak lemes gitu"     

"Gak mau.." tolak Algis.     

"Algis pengen makan semangka yang merah Ra kayaknya seger deh "     

"Lo dehidrasi apa gimana sih, kok dari tadi pengennya yang seger-seger mulu"     

"Pengen aja.."     

"Ya udah Lo sini aja, Gue cariin ada yang jualan semangka gak di sana"     

lalu Maura berjalan ke arah deretan penjual makanan di kantin. Sedangkan Algis duduk menunggu sambil membalas pesan dari Panji.     

Bastian dan Vanya duduk berdua di bawah pohon besar depan fakultas seni. Yang terdapat tempat duduk dan meja dari kayu, tempat yang biasanya Bastian dan kedua sahabatnya tempati kalo sedang berkumpul. Vanya, gadis cantik itu sengaja datang menghampiri Bastian untuk berbicara berdua dengan pemuda berambut sedikit panjang itu.     

Pemuda bertubuh tinggi dan berkulit putih itu merasa canggung duduk bersebelahan dengan Vanya, jantungnya berdebar, Dia seakan bisa menebak hal apa yang ingin Vanya bicarakan dengannya.     

"Gak ganggu kan Bas?" Kata Vanya membuka percakapan.     

"Enggak kok, kelas Gue masih satu jam lagi. Santai aja Van" kata Bastian, padahal dirinya sendiri tidak bisa bersikap santai. Ada rasa gugup dan canggung merayapi hatinya.     

"Radit apa kabar Bas" tanya Vanya sambil menatap ke arah Bastain.     

"Dia baik-baik aja. Kok Lo nanyain dia ke Gue, bukannya kalian dekat ya" jawab Bastian sambil tersenyum canggung.     

"Jangan pura-pura, Lo tau kan Gue dan dia udah berakhir. Gue aja yang masih ngarepin dia" ucap Vanya sambil tersenyum kecut.     

"Bas...."     

"Hmmm.."     

"Gue titip Radit ya.."     

"Maksudnya Van?"     

"Gue masih sayang Radit tapi dia gak ada perasaan apa-apa lagi sama Gue, dan Gue bisa liat ternyata Elo yang dipilih dia"     

"Ngomong apaan sih Van. Gue sama dia hanya teman. Gue gak ada hubungan apa-apa sama dia"     

"Gak usah malu mengakui kalo Lo punya perasaan lebih sama dia Bas, jangan denial terus" Vanya meraih tangan Bastian.     

Gadis cantik itu menatap ke arah mata Bastian.     

"Radit itu dari luar aja kayaknya dia orang tanpa beban, tapi sebenarnya jauh di dalam hatinya dia kesepian Bas, sejak kuliah dia hidup sendiri. Dia punya keluarga tapi dia memilih menjauh dari keluarganya, ya Lo tau kan gak semua orangtua bisa nerima kalo anaknya....." Vanya tidak melanjutkan lagi kalimatnya.     

"Itu alasan kenapa selama ini gak ada satupun keluarga yang datang ke apartemennya" kata Bastian lirih.     

Ia jadi teringat saat Radit mengucapkan terima kasih saat ia merawat Radit ketika pria itu sakit. Radit mengatakan jika ia sakit biasanya dia hanya sendirian. Bastian jadi membayangkan sikap Radit yang selama ini menurutnya menyebalkan alay, lebay dan selalu saja menganggunya. Membuat berjuta alasan asal bisa menahannya untuk menginap di apartement miliknya. Rupanya si Radit itu sebenarnya hanya butuh perhatian, butuh seseorang untuk menemaninya. Bastian mendesah, rasanya ia jadi ingin cepat pulang dan menemui pria kesepian itu.     

"Karna Gue lihat dia sayang banget sama Lo, makanya Gue titip dia ke Elo Bas. Gue pengen selalu dekat dia, tapi kalo dia bahagianya sama orang lain Gue bisa apa"     

Bastian terdiam, ia sendiri bingung dengan perasaannya. Tidak dipungkiri dia memang merasa nyaman saat berada di dekat Radit, pria itu selalu memperlakukannya seperti ia adalah orang yang sangat berharga. Walau kadang sikap lebay nya membuat dia kesal tapi justru itu, perilaku Radit yang kerap kali menggodanya itulah yang membuatnya diam-diam timbul perasaan senang.     

Tapi hati kecilnya juga tidak bisa dibohongi. Sampai detik ini dia masih merasa punya hasrat pada wanita, kalopun ada laki-laki yang membuatnya gemas dan selalu ingin menjaga itu hanya Algis sahabatnya. Tapi perasaaannya terhadap Algis, ia meyakini hanya perasaan seorang kakak yang ingin melindungi adik kecilnya. Lalu bagaimana dengan Radit?Bastian jadi bingung, ia tidak suka jika Radit memberi perhatian pada orang lain selain dirinya tapi ia juga tidak mau jika semua orang menganggapnya menyukai laki-laki. Ia straight, catat itu!!     

"Lo mikirin apa?? kalo Lo gak bisa menjaga Radit, Gue pastiin bakal dapetin Radit gimana pun caranya. Sekalipun harus buat dia ngehamilin Gue" kata Vanya sambil menaikkan satu alisnya.     

"HEH!! Vanya..."Bastian menghempas kan tangan Vanya dengan kasar.     

"Radit gak akan pernah lakuin itu ke Elo, enak aja Gue gak akan biarin itu terjadi"     

"Kalo gitu miliki dia...jaga dia. Kalo Lo lengah, Gue bakal samber"     

"Wahhh cewek senjatanya gitu ya. Cinta ditolak tempat tidur solusinya" sungut Bastian tidak terima.     

Bastian bangkit berdiri, lalu mengayunkan tas ransel miliknya ke bahu.     

"Gue balik duluan. Gue masih ada kelas lagi"     

"Oke...thanks buat waktunya" kata Vanya sambil mengulas senyum.     

Vanya bangkit berdiri dan melangkah meninggalkan Bastian.     

"Gue bakal kebiri Radit,kalo sampek dia tidurin Lo" gumam Bastian, sambil melihat punggung Vanya yang mulai melangkah menjauh.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.