My wife is a boy

Malam pertama (18+)



Malam pertama (18+)

0Panji membuka pintu perlahan-lahan, ruang tamu sangat gelap tapi samar-samar Panji melihat cahaya di ruang tengah tepatnya, disekitar anak tangga. Panji tercengang, kini dia mengerti kenapa lampu ruang tamu mati. Sepanjang anak tangga berjejer ratusan lilin hias warna-warni ditambah taburan kelopak bunga mawar di sekitar anak tangga. Panji mengingat-ingat apakah hari ini dia ulang tahun?tapi tidak,hari ini bukan hari ulang tahunnya. Ulang tahunnya masih lama. Lalu ada apa ini? tanya Panji dalam hati.     
0

Dengan langkah perlahan, Panji menapaki anak tangga satu persatu. Jantungnya berdebar-debar, ia berjalan mengikuti taburan kelopak bunga mawar yang mengarah ke kamarnya. Sayup-sayup ia mendengar lantunan lagu, you are the reason milik Calum Scott yang menandakan Algis ada di dalam kamar, ia hapal itu adalah lagu favorit kekasihnya.     

Panji meraih daun pintu lalu membuka pintunya perlahan, saat pintu terbuka mata Panji kembali dihadapkan dengan puluhan lilin hias warna warni dan taburan kelopak bunga mawar merah menghiasi lantai kamarnya. Wangi bunga mawar bercampur dengan wangi aroma lilin terapi menguar memenuhi ruangan.     

Tidak hanya di lantai, taburan bunga mawar juga memenuhi ranjang tempat tidurnya yang di balut dengan seprai warna putih polos. Diatas tempat tidur ada satu botol anggur merah,ditaruh pada wadah yang diisi es lengkap dengan dua gelas wine. Puas memandang dekorasi tempat tidur, Panji mengarahkan matanya pada pintu kaca balkon kamarnya yang dibuka lebar-lebar.Semilir angin malam yang menerpa gorden tipis berwarna putih berkibar mengikuti tiupan angin.     

Mata Panji terpana, ia kembali tercengang ia memandang takjub pada sosok bertubuh ramping dengan balutan kemeja panjang miliknya.Yang sedikit transparan,Berwarna putih polos. Dua kancing atas dibiarkannya terbuka tanpa bawahan. Algis hanya mengenakan kemeja yang membuat tubuh Algis semakin terlihat mungil.Dan panjang baju hanya mampu menutupi separuh paha atasnya.Memamerkan paha mulus serta kaki jenjang dan putih halus milik si manis.Bahkan sekilas Panji bisa melihat warna celana dalam yang Algis kenakan jika angin menerpa kemeja tipis itu.     

Panji melangkah ke arah balkon mendekati sosok yang menggiurkan itu. Algis tersenyum manis saat Panji sudah berada tepat didepannya. Panji meraih pinggang ramping Algis, menarik tubuh ramping itu merapat ke tubuhnya. Aroma manis menguar memenuhi Indra penciumannya.     

"Ada apa ini?? Kamu mau aku cepat pulang karna ini?"     

"Gimana?? Mas suka?" Algis balik bertanya dengan senyuman menghias bibir mungilnya.     

Entah karna sapuan lipstik atau lipglos yang jelas bibir Algis yang pada dasarnya merah alami terlihat bertambah ranum. Membuat Panji tidak sabar rasanya ingin segera menyecap bibir itu.     

"Suka banget, kamu sendiri yang siapin semua ini?"     

Algis menganggukan kepala.     

"Apa itu artinya malam ini???"     

"Iyaa" potong Algis cepat. Pipinya merona.     

"Ohhh..pantes aku hari ini kerja rasanya ingin pulang terus, ada kejutan ternyata" kata Panji sambil terkekeh.     

"Mas udah makan malam belum, Mas mau makan dulu?" Algis melihat ke arah meja kecil di sisinya yang sudah tertata hidangan dua piring steak untuk makan malam.     

"Tapi udah agak dingin, Mas kelamaan sih pulangnya"     

"Bisa kita lewati aja makan malamnya. Aku pengen makan yang lain" ucap Panji.Wajah Algis memerah hingga telinga seperti tomat.     

"Kamu cantik banget malam ini Gis...."Panji membelai helaian rambut Algis.     

"Algis laki-laki Mas..."     

"Tapi tetap saja kamu laki-laki tercantik yang pernah aku temui. Makin sayang sama kamu Gis"     

Algis tersipu malu wajahnya kembali merona.     

"Malam ini Algis, milik Mas Panji seutuhnya"     

Mendengar itu Panji serasa ingin melompat girang. Hari yang ia nanti-nantikan akhirnya datang juga. Pria itu mengulum senyum penuh kemenangan. Ia kemudian menundukkan kepala mendaratkan bibirnya pada bibir mungil Algis. Memagut nya pelan, lembut menyecap rasa manis bibir ranum itu.     

Masih berciuman, bibir masih bertaut. Panji melepas jasnya melempar jas mahal itu sembarang arah. Ringan bagai kapas, Panji menggendong tubuh ramping Algis membawa si manis ke ranjang tempat memadu kasih mereka sebentar lagi.     

Tubuh ramping itu Panji baringkan di atas kasur yang penuh dengan kelopak bunga mawar merah. Harum bunga mawar menyeruak yang masuk ke hidung membuat Panji semakin ingin segera meneguk anggur cinta berdua dengan pujaan hatinya.     

"Mas gak mau minum anggur itu dulu" kata Algis, ia sengaja menyiapkan anggur merah karna Panji suka itu.     

"Nanti saja, aku punya cara sendiri untuk minum itu" kata Panji dengan suara rendah.     

"Gis..."     

"Iya Mas..."     

"Masih ada waktu kalo kamu gak yakin, karna setelah ini aku gak akan bisa berhenti meski kamu minta"     

"Algis, sudah siap Mas. Buat Algis jadi milik Mas Panji seutuhnya malam ini"     

Panji tersenyum penuh damba. Ia membawa bibirnya mengecup lembut kening si manis, perlahan bibir tipisnya berpindah mengecupi kedua kelopak mata Algis yang berhias kilauan glitter disekitar pelipisnya. Kembali Panji mencium bibir Algis memanggut lembut menyecap setiap rasa manis di bibir mungil itu. Rasanya Panji tak akan pernah bosan dengan bibir ranum milik kekasih hatinya itu.     

Dua sejoli itu mabuk akan ciuman panas mereka berdua, Panji memiringkan kepala untuk lebih memperdalam ciumannya. Algis terengah yang justru memberi akses Panji untuk menelusupkan lidahnya masuk ke dalam bibir. Setelah cukup lama berciuman, Panji membawa bibirnya mengecupi leher putih Algis dan membuat pemuda manis itu melenguh, merasakan getaran rasa entah apa yang tidak bisa Algis ungkapkan dengan kata-kata.     

Satu persatu Panji membuka sisa kancing Baju Algis yang belum terbuka. Perlahan Panji membuka baju yang menempel pada tubuh si ramping yang kini terkungkung dibawahnya. Panji terpana kagum melihat kulit mulus Algis, dia tidak pernah tau jika ada pria yang memiliki kulit sehalus ini seperti milik seorang gadis. Panji menundukkan lagi tubuhnya, ia kembali mengecapi semua permukaan tubuh Algis yang dapat dijangkau oleh bibirnya. Algis kembali mengerang, saat bibir Panji menyapa sesatu yang mungil berwarna semu merah muda. Tanpa Algis sadari jemarinya meraih kepala Panji menelusupkan jari-jarinya kencang pada helaian rambut Panji. Menyalurkan rasa getar dan nikmat dengan ujung-ujung jarinya.     

Entah sejak kapan Panji sudah melepaskan kemejanya, pria itu sekarang sudah bertelanjang dada memperlihatkan bahunya yang kokoh, dada yang bidang serta otot perut seksi berjumlah enam kotak, berbeda jauh dengan tubuh Algis yang ramping perut datar tanpa otot.     

Panji meraih botol anggur yang tak jauh dari mereka berdua, lalu menuangkan anggur itu tidak di dalam gelas melainkan langsung diatas tubuh Algis. Panji menuangkan perlahan cairan anggur itu dari dada hingga perut Algis. Lalu Panji menyesap anggur itu perlahan dari dada terus turun menyeret bibirnya makin ke bawah seraya menikmati manis pahit rasa anggur diatas kulit lembut Algis.     

Algis mengejang, ia kembali mengerang ketika lidah panas Panji menyapu seluruh bagian perutnya.     

"Ahhhh...Mas....." Desah si manis.     

Rasanya Algis bisa gila, kenapa rasanya memabukkan seperti ini. Setiap sentuhan yang diberikan Panji padanya membuat tubuhnya semakin ingin disentuh lebih dan lebih lagi. Menggunakan giginya, Panji menarik lepas satu-satunya kain yang masih menempel pada tubuh kekasihnya. Seketika Algis merapatkan kakinya berusaha menutupi miliknya.     

"Kenapa?" Tanya Panji pelan.     

"Malu Mas..." jawab Algis, ia sama sekali tidak berani menatap ke arah mata Panji. Dia merasa malu sekali.     

"Cuma ada kita berdua disini kenapa malu, hmmm..."     

Panji merenggangkan kedua kaki Algis. Kedua kaki jenjang itu tampak bergetar, Panji tersenyum melihat pemandangan indah itu.     

"Gis...apa kamu juga siapin yang akan aku butuhin??"     

"Ada di laci nakas Mas.." jawab Algis sambil menyembunyikan wajahnya di bawah bantal. Menahan rasa malu.     

Tangan panjang Panji meraih laci nakas, bibirnya tersenyum ketika melihat sekotak penuh benda kecil segi empat dan juga sebotol pelumas. Algis benar-benar mempersiapkan segalanya. Untuk membalas segala sesuatu yang sudah Algis lakukan,malam ini Panji akan melakukan yang terbaik. Sebisa mungkin ia akan membuat Algis tidak akan melupakan malam ini, ia akan mengukir malam indah ini dengan ribuan cinta kasih yang dirasakannya ke Algis selama ini.     

Panji membungkukkan tubuhnya kembali ia menciumi bibir, leher, dada hingga terus turun ke perut Algis. Bibir Panji menyecap, menyesap, dan menggigit lembut meninggalkan tanda-tanda kemerahan hampir di setiap inci kulit yang terjamah oleh bibirnya. Suara erangan merdu kembali lolos dari si empunya tubuh ramping itu. Dadanya melengkung, jemarinya meremas lengan kokoh pria diatasnya. Meresapi segela rasa getar nikmat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.     

"Uugghhhh...Mas.." Lenguh Algis lagi     

Rasanya dada Algis seperti mau meledak. Kepalanya terasa pusing tubuhnya menggila memohon untuk disentuh lebih dari ini. Panji membawa turun bibirnya, beralih mengecupi bagian bawah Algis dan menenggelamkan wajahnya dibawah sana, menyapukan lidahnya ke tempat bagian tersembunyi yang sebentar lagi akan menjadi sarang nikmat miliknya. Menyesap area itu sesuka hatinya, suara-suara kecupan dan erangan nikmat memenuhi kamar itu.     

Mereka berdua kini sudah polos, tidak ada lagin pakaian yang menempel pada tubuh mereka berdua. Panji menatap lekat lekat tubuh ramping putih mulus yang ada dibawahnya, hasratnya sudah memuncak ia sudah tak bisa menahannya lebih lama lagi. Ia ingin segera menyatu dengan pemuda manis yang mencuri hatinya yang mampu membuatnya mengerti apa itu cinta.     

"Ini akan sedikit sakit, kamu harus tahan. Aku janji akan pelan-pelan" bisik Panji dengan nafas memburu.     

Algis menatap sayu ke arah Panji, bibirnya melengkung membuat satu garis senyuman.     

"Lakukan Mas.. aku milikmu" pasrah si manis.     

Sesakit apa pun Algis akan menahannya, karna malam ini ia sudah memutuskan untuk menerima Panji seutuhnya. Ia akan menyerahkan dirinya seutuhnya pada pria yang sangat ia sayangi ini, bukan sekedar bertemunya dua raga di atas ranjang, tapi lebih dari itu. Malam ini adalah penyatuan jiwa mereka berdua untuk mengarungi indahnya samudra cinta, nikmatnya meneguk anggur cinta.     

Panji membuang sekotak benda kecil itu ke lantai, ia tak butuh itu. Ia tidak mau sesuatu menghalangi penyatuan mereka berdua. Panji hanya mengambil gel itu lalu melumurkan ke bagian miliknya dan lubang nikmat milik Algis. Dengan perlahan dan hati-hati,dengan selembut mungkin Panji mencoba menerobos bagian tersembunyi milik Algis. Dan si manis mengerutkan kening wajahnya menegang menahan sakit. ia menggigit bibirnya sendiri untuk menahan rasa perih dan panas yang menjalar di bagian bawahnya. Kuku-kuku tajamnya mencengkeram kuat, menancap membuat goresan luka di bahu Panji. Sakit, tapi Panji tak peduli rasa pedih karna goresan kuku Algis tak sebandaing dengan sakit yang Algis rasakan.     

"Aaaaahhkkkk..." Rintih Algis. Saat milik Panji tenggelam sepenuhnya di dalam sana.     

Buliran bening mengalir dari kedua sudut mata Algis, menunjukkan kesakitannya, namun senyuman indah yang menghias terukir di bibir mungilnya, rasanya sakit tapi indah begitulah yang Algis rasakan.     

Panji diam sejenak, ia membungkuk untuk kembali mencium bibir mungil yang sekarang sudah bengkak,melumat bibir itu untuk mengalihkan perhatian Algis dari rasa sakitnya.     

"Aku gerak ya.." kata Panji pelan dengan suara yang terdengar berat.     

Algis menganggukan kepala tanda ia memberi ijin.     

Panji mulai bergerak pelan, lembut tidak terburu-buru. Dia adalah pria matang dan dewasa, bercinta di atas ranjang sudah biasa buatnya. Ia bahkan mengecap rasa indahnya bercinta semenjak di usia remaja. Panji sangat mahir. Dia tau bagaimana cara membuat orang di bawahnya tidak akan berhenti mendesah, merintih nikmat. Begitupun pada si manis,tubuh ramping itu cepat menyesuaikan diri, tidak butuh waktu lama rintihan sakitnya berganti dengan desahan nikmat dari bibir mungilnya.     

Pinggul Panji terus bergerak dengan kecepatan konstan. Dengan rahang yang terkatup rapat, meresapi rasa yang belum pernah ia dapatkan dari para wanita yang dulu membuka kaki untuknya. Algis berbeda, wangi tubuhnya membuat hasratnya semakin menggila, rasa erat kesat di bagian bawah Algis tak ada duanya. Ahhh senikmat inikah bercinta dengan si manis ini. Setelah ini Panji pastikan ia akan melakukan kegiatan ini setiap hari. Ingatkan dia setiap hari!!!!.     

Algis memeluk tubuh Panji erat, ia pasrah dibawah pesona Pria kesayangannya. Tubuhnya bergetar,peluh membasahi di sekujur tubuhnya.Matanya memandang sayu pada wajah laki-laki yang sangat dia cintai,seiring dengan kedua kakinya yang mengapit rapat ke pinggang Panji. Lihat lah si manis cepat belajar dia tau caranya menyeimbangkan gerakan Panji,naluri menuntunnya.     

Panji masih menggerakkan pinggulnya pelan tapi kuat, menghentak membuat tubuh si ramping berguncang. Algis sudah tak tahan lagi, ada sesuatu yang akan segera meledak dari tubuhnya. Kedua tangan Panji menghela membawa kaki jenjang Algis ke bahunya, seraya menambah kecepatan gerak pinggulnya, menghentak semakin dalam. Dikecupnya setiap ujung jari kaki itu, menghisapnya sambil terus merasakan sensasi panas dan ketat dibawah sana.     

"Aahhh...Gis, its really nice" rancau Panji di tengah-tengah kegiatan panas mereka.     

Ia menambah kecepatan hentakannya hingga membuat miliknya tenggelam sempurna. Suara tumbukan khas bercinta memenuhi ruang kamar itu. Algis mengejang kan tubuhnya melengkung sempurna, tangannya meremas seprai bertabur kelopak bunga mawar. Si manis hampir sampai ke puncaknya, ia mengerang kencang ketika semburan percintaan mengotori perut datarnya. Nafasnya tersengal, tubuhnya lemas dan bergetar hebat.     

Panji tersenyum puas, ia bangga pada dirinya sendiri. Melihat wajah Algis ketika menggapai nikmatnya membuat Panji semakin bergelora, Ia pun sebentar lagi akan mencapai klimaksnya. Kemudian Panji mempercepat tempo gerak pinggulnya, menghentak berulang kali seiring dengan erangan dari bibirnya. Tak lama setelah itu Panji mengerang kencang seiring dengan pelepasan miliknya dibawah sana.     

Kedua insan itu saling berpelukan erat. Dengan nafas terengah. Panji mengecup ringan bibir Algis. sambil mengusap surai hitamnya.     

"Trimaksih Gis...ini malam terindah yang pernah aku miliki"     

Algis tersenyum, Ia semakin merapatkan tubuhnya dalam pelukan Panji.     

"Setelah ini Mas Panji janji gak boleh tinggalin Algis" kata si mata bulat seperti seorang gadis yang baru saja menyerahkan keperawanannya.     

Panji terkekeh..     

"Gak bakal Gis, mana mungkin aku ninggalin kamu. Kamu terlalu nikmat" kelakar Panji.     

"Mas Panji iihh....." Algis mencubit pinggang Panji membuat si empunya berjingkat.     

Apakah malam panas mereka sudah berahir? tentu saja tidak. Mereka hanya istirahat sejenak. Dan ketika kulit mereka bergesekan lagi, Panji kembali merasakan miliknya mengeras. Panji ketagihan. Ia mau lagi, lagi dan lagi. Mereka melakukan penyatuan tubuh dan menggapai surgaloka hingga jam tiga dini hari.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.