My wife is a boy

Hati mulai resah



Hati mulai resah

0"Brakkkk"     
0

Panji membuka pintu kamarnya dengan kasar.Satu persatu ia melucuti pakaiannya.Hanya menyisakan pakaian dalam nya,Panji melangkah masuk ke dalam kamar mandi.Ia berdiri tepat di bawah shower.Guyuran air dari shower membasahi tubuh Panji dari ujung kepala hingga kaki.Tanggan nya mengepal erat menahan kekesalan yang ia rasakan.     

"Buggg"     

Panji memukul dinding kamar mandi,membuat tangan nya terluka dan mengeluarkan darah di jari-jarinya. Ia berharap rasa sakit pada kepalan jarinya itu bisa sedikit meringankan rasa kesal di dadanya.     

Bayangan wajah sedih Algis dengan tatapan sendu itu kembali menari-nari di benaknya seakan sedang mengejek dirinya.     

"Arrgggghhh....."     

Panji mengeram frustasi.     

Rupanya dinginnya air tak mampu mendinginkan kepalanya.Ia mengusap pipinya dengan kasar. Mengingat kejadian tadi rasanya Panji ingin memutar waktu supaya kejadian itu tidak perlu terjadi di depan mata Algis.     

Panji tidak menyangka jika Ajeng akan melakukan hal seperti itu padanya.Selama ini sikap nya pada gadis itu biasa saja,perasaan nya pada gadis itu pun biasa saja. Meski sekarang gadis itu menerima perjodohan mereka tapi sampai detik ini Panji tetap sama seperti sebelum nya.     

Dia hanya menuruti apa yang di mau orang tuanya.Supaya dia tetap bisa menikmati hidupnya dengan segala kemewahan miliknya.     

Karna ancaman orang tuanya tidak pernah berubah. Dia akan kehilangan segalanya jika dia tidak menikah.Itu kenapa,dia tetap menerima dan diam saat Ajeng kembali padanya.     

Tapi kini semua menjadi rumit.Panji bingung pada dirinya sendiri sungguh demi apapun ketika melihat tatapan sendu si manis rasanya Panji ingin berlari merungkuh tubuh kecil itu dan mengatakan "semua tidak seperti yang kamu lihat".Namun akal sehat nya melarangnya untuk melakukan itu.     

Setelah cukup lama Panji berdiri di bawah shower,pria bertubuh atletis itu meraih handuk yang menggantung di belakangnya.Lalu ia keluar dari kamar mandi berjalan kearah lemari pakaian.Ia membuka lemari pakaiannya dan mengambil kemeja polos serta celana jeans hitam.Selesai berpakaian Panji meraih ponselnya di atas ranjang,kemudian menekan satu nomer.     

"Di mana lo??" Tanya Panji setelah telpon tersambung.     

"Jemput Gue sekarang"     

Panji mengahiri sambungan telpon.Pria berparas tampan itu bergegas keluar dari kamarnya.Namun saat menutup pintu kamar,pandangan matanya tertuju pada pintu kamar di depan nya,kamar yang sebelumnya di gunakan sebagai kamar tidur Algis.Namun sekarang kamar itu sudah jadi kamar Nio selama pemuda itu tinggal di rumahnya.     

Tiba-tiba saja Panji ingin masuk ke kamar itu,selama ini dia tidak pernah masuk ke kamar itu sekalipun saat di tempati oleh Algis.     

Panji meraih gagang pintu kamar,lalu mendorong pintu itu terbuka pelan.Ruangannya sama luas dengan kamar Panji namun desain interiornya lebih sederhana,tidak berlebih.Hanya ada beberapa bingkai foto pemandangan pada dinding dan lampu gantung di setiap sisi tempat tidur.     

Kamar Algis yang sekarang jadi kamanya Nio     

Mata panji mengamati tiap sudut kamar itu tidak ada bau tubuh Algis yang tertinggal di sana sudah berganti dengan aroma parfum milik sepupunya,Nio.     

Puas melihat kamar itu Panji berniat menutup pintu kembali tapi ia berhenti ketika matanya menangkap sesuatu di sudut ruangan dekat jendela. Panji penasaran, perlahan Panji melangkah mendekat ke sudut ruangan.Sesuatu berbentuk persegi empat berdiri diatas easel tertutup rapat dengan kain putih polos hingga berjuntai ke lantai.     

Panji terdiam, perlahan jemarinya meraih kain penutup itu lalu menariknya.Jantung Panji seketika berdesir ada perasaan terkejut haru senang berbaur menjadi satu saat Panji melihat gambar dirinya sendiri dalam bentuk lukisan.     

Perlahan Panji meraba lukisan itu,kapan Algis melukis dirinya? kenapa dia tidak tau?mungkin kah Algis melukis dirinya karna ia pernah meminta? ya Panji ingat sekarang dia pernah meminta itu saat dia mengantar Algis pulang kerumah orang tua nya. Tapi ia tidak menyangka Algis akan seserius itu.     

"Drrtttttttt"     

suara satu pesan masuk dari ponsel nya mengejutkan Panji. Ia merogoh saku celana nya lalu mengeluarkan ponselnya.     

"Gue udah di depan rumah lo"     

Panji kembali memasukan ponselnya setelah selesai membaca pesan.Ia kembali menutup lukisan itu dengan kain seperti sebelum nya. Lalu meninggalkan kamar dengan perasaan berkecamuk dalam dada.     

"Bi Inah.... tolong bersihkan kamar saya ya"     

Kata panji saat ia berpapasan dengan Bi Inah di ruang tengah.     

"Baik Den.." jawab Bi Inah penuh nada sopan.     

Panji kembali melangkah.     

"Panji mau kemana???"     

Suara Bu Rina menghentikan langkah Panji.     

"Mau keluar bentar"     

"Kok tumben kamu pulang kantor cepat hari ini"     

"Lagi males"     

"Mama gak ngelarang kamu keluar dengan teman mu Ji, tapi tolong kebiasaan lama kamu yang udah sempat menghilang jangan balik lagi. Kamu mulai pulang larut malam sekarang"     

"Kalo gitu Panji pulang Pagi aja kalo gak boleh pulang larut malam"     

kata Panji sambil melenggang pergi meninggalkan ibunya.     

"Panji..." Bu Rina kesal.     

Wanita itu menghela nafas panjang.Resah,anak tunggal nya yang sebelumnya sempat mengurangi kebiasaan buruknya bersenang-senang di luar dan pulang malam ,sekarang kembali ke kebiasaan itu lagi.     

Semua ini terjadi sejak Algis pemuda manis itu tak lagi tinggal di ruamah besarnya.Rumah besar ini pun kembali sepi,meskipun ada Nio keponakannya ada Ajeng calon menantunya namun tetap saja hati wanita itu tetap merasa sepi.     

Jika dengan Algis,Bu Rina seperti mempunyai anak perempuan yang selama ini ia idam-idamkan.Walau Algis laki-laki tapi anak itu manis,penurut dan bertutur kata halus. Meski kadang sering gugup tapi justru itu yang membuat Bu Rina gemas dan menyayangi pemuda itu.     

Dengan wajah resah Bu Rina berjalan ke halaman belakang rumahnya.Menyusul suami nya yang lebih dulu duduk santai di taman belakang.     

"Pa...."     

"Hmm..." Sahut Pak Suryadi tanpa menoleh kewajah istri tercintanya.     

"Panji...itu gimana sih pa...." Keluh Bu Rina.     

Tangannya sibuk membuka-buka asal majalah wanita di depannya.     

"Apa lagi sih Ma..kok mulai lagi ngeluh masalah Panji"     

jari Pak Suryadi masih sibuk menggulir keatas layar smartphone miliknya.     

"Karna anak mu itu kumat lagi Pa...liat sekarang dia sengaja pulang kantor cepat karna mau senang-senang"     

Pak Suryadi melepas kacamata nya,lalu menoleh kearah istrinya.     

"Mama jadi ragu Pa untuk sungguh-sungguh menikahkan Panji dengan Ajeng" Lanjut Bu Rina dengan wajah semakin resah.     

"Trus ...mau Mama gimana??? dulu yang menggebu mau menikah kan Panji dengan Ajeng kan Mama sendiri,Papa hanya ikuti apa kata Mama aja"     

"Mama kan gak tau Pa..kalo kejadian nya akan rumit seperti ini"     

"Rumit bagaimana?? Ajeng sudah kembali dia sudah berjanji akan jadi istri yang baik...meskipun dengan syarat dia tetap di ijinkan berkarir di dunia model"     

"Pokoknya rumit Pa..." Tukas Bu Rina dengan nada kesal dan resah.Pak Suryadi tersenyum simpul kearah istrinya.     

"Ternyata Panji itu nurun Mama ya...."     

"Maksud Papa????"     

"Iyaa...tidak berani jujur pada diri sendiri dan menerima kenyataan"     

"Maksud Papa apa sih"     

Bu Rina mulai gugup dan jadi gelisah.     

"Mama lebih menyukai Algis??"     

Bu Rina terpaku diam.     

Sebisa mungkin wanita itu bersikap tenang namun Pak suryadi masih bisa melihat dengan jelas ke gugupan istrinya.     

"Se-semua orang suka Algis kan Pa..sama Ajeng Mama juga suka kok..hehhe" jawab Bu Rina dengan senyum di paksakan     

"Mama...tau jelas kemana arah bicara Papa.Jadi gak usah menutupi Ma jujur saja"     

Bibir Bu Rina terkatup diam.Wanita paruh baya itu merundukkan kepala,menautkan jemari kedua tangannya. Meremas-remas rok hitam yang ia kenakan.     

"Maafkan Mama Pa...."     

Bu Rina mulai terisak.     

"Mama merasa bersalah sama Panji..tapi jujur..entah kenapa Mama sangat suka sama Algis berharap Algis bisa ada di rumah ini terus. Bahkan Mama gak merasa marah saat gak sengaja Mama melihat ada yang aneh antara mereka"     

Jelas Bu Rina panjang lebar sambil tersedu.     

"Ibu macam apa Mama ini" rutuk Bu Rina pada diri sendiri     

"Mengharapkan Algis anak laki laki jadi istri Panji huaaaaaaaaaa"     

Tangis Bu Rina semakin menjadi.Pak Suryadi meraih tubuh istrinya dan membawa wanita itu dalam pelukannya.Pria itu menepuk-nepuk lembut punggung istrinya,mencoba menenangkan Bu Rina.     

"Mama merasa Buruk Pa...hik..hik"     

"Kenapa merasa buruk....Kalo Algis bisa membuat anak kita jadi lebih baik kenapa gak???"     

Seketika Bu Rina menghentikan tangisnya. wanita itu melepaskan diri dari dekapan suaminya lalu menatap kearah Pak Suryadi.     

"Papa serius???? Ini tentang masa depan Panji loh Pa"     

Pak Suryadi mendesah,meraih tangan istrinya dan menggegam nya.     

"Papa memang jarang bicara dengan Panji,tapi bukan berarti Papa tidak tau apa-apa.Sekarang lebih baik untuk urusan pendamping hidup biarkan Panji memilih nya sendiri Ma..entah itu Ajeng atau Algis atau siapapun Asal orang itu mampu membawa Panji menjadi orang yang lebih baik dan bertanggung jawab Papa akan menerimanya"     

Bu Rina terharu dengan kata- kata suaminya.Ahhh dia sungguh beruntung mempunyai suami yang menurutnya adalah pria yang bijaksana dan pekerja keras.     

"Mama yakin Panji milih Algis Pa..."     

"Sok tau...Mama"     

"Iyaaa..Mama pernah lihat Panji dan Algis tidur pelukan,apa lagi kalo lihat mereka pandang pandangan Pa"     

"Mama kebanyakan nonton drama korea" ejek Pak Suryadi sambil bangkit berdiri berjalan masuk ke dalam rumah.     

"Udah gak nonton drama korea Pa, sejak Algis disini Mama nonton drama thailand" teriak Bu Rina     

"Apa lagi itu??"     

"Ses Ivan Banawan yang ajarin" teriak Bu Rina lagi.     

Pak Suryadi sudah tidak menghiraukan teriakan istrinya.Laki-laki itu memilih melanjutkan langkahnya meninggalkan istrinya di taman belakang.     

Sejak hari pertama kedatangan Algis di rumah ini Pak Suryadi sudah ada firasat hal ini akan terjadi.Jika di pikir untuk apa Panji membawa Algis kerumah ini,kalo pun Ajeng ternyata kabur di hari pernikahan nya bukan kah itu menguntungkan untuk Panji. Lalu buat apa putra nya itu mau repot membawa Algis pulang ke rumah. kalo tidak ada ketertarikan.     

Apa Panji berpikir orang tua nya akan sungguh-sungguh membuang nya jika ia tidak mau menikah dengan Ajeng,Mana mungkin Pak Suryadi melakukan itu, Panji adalah pewaris satu-satunya anak tunggalnya sanggup kah orang tua menjadikan anak nya glandangan. Itu tidak mungkin kalo pun iya itu hanya ancaman belaka.     

Pak Suryadi selama ini hanya membiarkan apa saja yang terjadi selama Algis dirumah ini.Jika ia mau,mudah saja Pak suryadi mengatasi segala nya dengan uangnya dia tidak akan rugi besar sekalipun resepsi pernikahan Panji batal.     

Namun pria itu memilih diam mengikuti tingkah polah yang di buat putra dan istrinya.Sebagai seorang Ayah Pria itu ingin melihat sejauh mana anak nya si Panji mampu memutuskan sesuatu yang besar dalam menentukan masa depannya.     

Arsenio pemuda berkulit tan itu cemberut sebab apa yang ia rencanankan jauh-jauh hari tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Sebelunya pemuda bergigi gingsul itu membayangkan akan menghabiskan waktu hanya berdua dengan Algis.     

tapi kenyataannya sekarang dia justru harus mentraktir teman-teman Algis.Tidak hanya itu satu teman Algis yang bernama Bastian selalu saja berusaha menjauhkan dirinya dari pemuda manis itu membuat Nio semakin sebal.     

Selesai nonton film di bioskop mereka berempat memutuskan untuk makan malam di sebuah restoran.Mereka duduk di meja yang tak jauh dari jendela kaca. Algis duduk tepat menghadap jendela,dari dalam restoran dia bisa melihat pemandangan luar.     

Bastian buru-buru duduk di sisi Algis ketika ia melihat Nio melangkah mendekati kursi Algis.Hal itu membuat Nio kembali merengut ingin rasanya Nio menggunduli pemuda bertubuh tinggi itu.Dengan rasa gondok Nio terpaksa duduk di samping Maura.Gadis itu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Bastian dan Nio.     

Pandangan Maura beralih ke wajah Algis. Sahabat manis nya itu lebih banyak diam,sorot matanya menyiratkan kesedihan,ia nampak tak peduli dengan segala hal yang terjadi di sekitarnya tatapan nya kosong ia seakan sedang memikirkan hal yang sangat berat.     

Algis bahkan tidak menyentuh hidangan di depan nya.Ia hanya mengaduk dan membolak balik kan sendok di atas piringnya.     

"Gue ke toilet dulu ya..."     

Pamit Nio saat pemuda itu sudah menghabiskan makanan di piringnya.     

Sedangkan Bastian sekarang sedang sibuk menerima telpon di luar restoran. Melihat hanya ada dirinya dan Algis,Maura menggunakan kesempatan itu untuk berbicara pada Algis.     

"Kok gak di makan...?" tanya Maura     

"Gak lapar...."     

"Kan lo belum makan"     

"Masih kenyang"     

"Gis....."     

"hmmm"     

"Apa ada yang belum lu ceritain ke Gue??"     

Algis mendongak kan kepala menatap sendu kearah Maura.     

"Cerita.....jangan di pendem sendiri"     

Kata Maura sambil mengusap pipi halus Algis.     

"Ra...Kalo Algis suka seseorang tapi orang itu laki laki,apa maura akan jijik sama Algis??"     

"Siapa???? Mas Panji??" Tanya Maura dengaan tenang.     

Algis mengangguk pelan.     

"Kenapa gue harus jijik sama lo, karna lo suka sama cowok,apa pun yang terjadi lo tetap sahabat gue Gis"     

"Tapi Algis gay kalo suka laki-laki kan..."     

"So what... lu lupa sama Gue yang selalu carikan jodoh cowok buat Lo"     

jawab maura dengan tawa.     

"Algis serius Ra...."     

"Gue juga serius.....Gak hanya ke elo Gis...pada siapa pun Gue gak akan membenci jijik atau apa pun hanya karna dia berbeda dari yang lain"     

Jelas Maura dengan senyum lembutnya.Mendengar itu hati si manis menjadi lega beban hatinya sedikit berkurang,apa yang ia khawatirkan tidak terjadi.Tidak ada ekpresi terkejut di wajah Maura gadis itu bersikap tenang seakan kejujuran Algis bukan lah sesuatu yang aneh.     

"Kok Maura tau..kalo orang nya Mas Panji"     

"Udah kelihatan dari sini"     

Maura menunjuk mata Algis dengan kedua jarinya.     

"Kelihatan banget ya Ra...."     

Maura mengganguk sambil tersenyum.     

"Tapi Algis harus kubur dalam dalam perasaan Algis kan ra...."     

Senyum Maura memudar,gadis itu menatap ke dalam mata sahabatnya.Ada kesedihan terpancar dari mata bulat itu.     

"Karna perasaan Algis itu salah..jadi Algis harus buang kan Ra,Algis gak boleh mencintai calon suami kak Ajeng.Algis gak boleh menyakiti hati semua orang kan...Algis gak boleh kecewakan Bapak dan Ibu,iya kan..."     

Kata Algis dengan suara bergetar.Maura meraih tubuh ramping Algis dan membawa dalam dekapan nya.     

"Perasaan lo gak salah Algis.....cinta gak pernah salah,cinta bisa berlabuh pada siapa pun hanya kadang rasa cinta datang di waktu dan keadaan yang tidak tepat..."     

Kata Maura berusaha menenangkan hati sahabatnya.     

"Cinta pertama Algis gak akan pernah terbalas Ra...."     

Algis semakin erat memeluk sahabatnya. Dua orang itu tidak peduli jika saat ini banyak mata yang memperhatikan mereka.     

Algis dan Maura juga tidak tau jika ada hati yang terluka mendengar percakapan mereka. Dua pemuda berdiri terpaku diam,keduanya beridiri pada dua sisi yang berbeda satu dari arah toilet dan satu lagi dari pintu masuk restoran.Siapa lagi jika bukan Bastian dan Arsenio.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.