My wife is a boy

Ngidam Rujak



Ngidam Rujak

0Jam dinding menunjukan pukul jam satu malam namun Algis belum juga bisa tidur.Mata bulat nya masih terbuka lebar. Ia menoleh ke sisi tubuhnya ada Panji yang tertidur pulas.Mas Panji pasti capek banget. Kata Algis dalam hati.     
0

Ia ingin membangunkan Panji tapi tidak tega,Panji terlihat pulas. Namun jika tidak di bangunkan ia pasti tidak akan bisa tidur hingga pagi.Algis galau ia gelisah.Antara ingin membangunkan Panji atau tidak.     

Algis mencoba memejamkan mata,mungkin jika dipaksa menutup mata lama-lama ia akan tertidur. Namun Algis salah,hingga pukul setengah dua malam Algis masih terjaga. Dia tidak ngantuk,matanya justru terbuka lebar. Hatinya makin gelisah tidak tenang.     

Setelah ia pertimbangkan akhirnya Algis mau tak mau ia beranikan diri membangunkan Panji yang tertidur.     

"Mas....mas Panji.."     

Algis menggoyangkan bahu lengan Panji.     

"Mas... Panji...bangun..."Bisik Algis di telinga Panji. Namun yang di bangunkan hanya menyahut "hemmm" sambil mengeratkan pelukannya pada guling yang ia peluk.     

"Mas.....bangun..." Algis kembali mengguncang tubuh Panji kali ini sedikit lebih kuat dari sebelumnya.     

"Hmmm...ada apa Gis,Masih ngantuk" kata Panji dengan suara serak. Mata nya masih terpejam.     

"Bangun Mas...."     

"Masih ngantuk,hari ini gak ada meeting,santai aja"     

"Bukan bangun karena udah pagi Mas.Algis pengen makan"     

Panji perlahan membuka matanya.     

"Mau makan??? Laper lagi?"tanya Panji.     

Panji mulai waspada.Ini penyakit minta aneh-aneh sepertinya kambuh lagi.     

"Iya,tapi gak pengen makan nasi"     

"terus mau makan apa??" tanya Panji hati-hati.     

"Algis pengen makan rujak mangga.Yang mangga nya setengah matang gitu mas, Rujak nya pedes manis.Seger kayak nya Mas.."     

Nah kan....tebakan Panji tidak meleset.     

Panji melirik jam dinding di kamarnya.Rasanya Panji ingin menangis sekarang. Hampir jam dua malam mau cari rujak mangga dimana.     

"Besok pagi ya...gak apa-apa kan"     

Algis merundukkan kepalanya.     

"Tapi Algis maunya sekarang. Pengen..." rengek si manis.     

"Jam dua malam mau cari rujak dimana?"     

Panji berusaha memberi pengertian pada kekasihnya yang manis itu.     

Algis mulai cemberut.     

Kalo sudah seperti itu,mau tak mau Panji harus menurutinya.     

"Ya udah aku Carikan.." Panji beringsut turun dari atas ranjang.     

"Ikuttttt..."     

"Gak usah..dirumah aja,ini jam dua malam Algis..."     

"Tapi Algis pengen ikut Mas..." rengek Algis dengan suara manja.     

Antara kesal karena masih ngantuk,tapi juga gemas.Ingin rasanya Panji memakan Algis hingga pagi hari.     

"Boleh ikut tapi gak boleh buka kaca mobil" kata Panji sambil memakaikan syal pada Algis.     

"Janji" kata Algis sambil mengangguk yakin.     

Sweater kebesaran gambar beruang yang Algis kenakan membuat tubuhnya yang mungil makin tenggelam.Ditambah gaya rambut poninya ,Algis terlihat sangat imut dan menggemaskan.     

Setelah dirasa yang Algis kenakan cukup hangat baru Panji keluar rumah untuk mencari rujak mangga yang Algis minta.Mereka berdua mulai keliling menyusuri jalan kota.Mencari dimana orang jual rujak mangga jam dua dini hari.     

Mobil Panji melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan kota.Sudah hampir stengah jam menyusuri jalan tapi Panji belum menemukan penjual rujak mangga yang ia cari.Sebenarnya melalui google map ada penjual rujak yang buka 24 jam tapi lumayan jauh dari permukiman rumahnya.     

"Kalo gak ada tunggu pagi hari ya.."     

"Gak mau Mas...."     

"Tapi jam segini mana ada yang jual rujak Gis,yang jualan masih pada tidur"     

"Ya usaha dulu Mas...."Algis kembali merengek "Mas Panji mau anak kita nanti ileran??"     

"Gak mau lah..."     

"Ya makanya harus dapat Mas..."     

Panji mendesah pelan. Tolong siapa orang yang menyebar kalimat jika istri ngidam tidak di turuti bayinya nanti akan ileran. Bisa tidak kalimat itu di musnahkan. Menyusahkan!     

Saat melihat penjual buah di pinggir jalan yang masih buka Panji buru-buru mengurangi kecepatan dan meminggirkan mobilnya di pinggir jalan. Kalo tidak menemukan penjual rujak mangga setidaknya ia bisa menemukan penjual buah yang masih buka dini hari.Panji turun dari mobilnya di ikuti Algis di belakangnya mereka berdua berjalan mendekati kios kecil penjual buah itu.     

"Cari apa Mas.."sapa bapak-bapak penjual buah.     

"Ada mangga Pak,yang setengah matang?"     

"Oh...ada,ada Mas kebetulan masih baru datang masih segar dan wangi"kata si penjual bersemangat seraya mengambil mangga yang di maksud dari keranjang buahnya.     

"Ini Mas mau minta berapa kilo?"     

"Satu kilo aja Pak" jawab Panji.     

"Mas...Algis mau rujak mangga,bukan mangganya aja" protes Algis.     

"Beli mangganya aja,kan nanti bisa bikin bumbunya di rumah"     

"Siapa yang mau bikin Mas?"     

Panji terdiam.     

Pria itu berpikir,benar juga siapa yang bikin.Tidak mungkin kan membangunkan Bi Inah atau Nur tengah Malam begini.Mengganggu jam tidur mereka.Lagi pula jam 9 malam adalah batas jam kerja mereka.Kalo Mama..apa lagi Mama.Lalu siapa yang akan membuat bumbunya dia sendiri bahkan tidak tau bagaimana cara menghidupkan kompor dengan benar apa lagi membuat bumbu rujak.     

"Makan mangga nya aja gak apa apa kan,besok Pagi aku belikan apa aja yang kamu mau.oke...???"     

Seketika Algis mencebikkan bibir mungilnya.Bola matanya yang bulat mulai berkaca-kaca.Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.Algis siap meraung menangis.     

Perlahan butiran bening jatuh membasahi pipinya yang halus.Algis mulai terisak.     

"Kok...nangis sih... Algis..."kata Panji dengan nada lembut.     

"Algis kan mau rujak kenapa di suruh makan mangganya aja. Gak mau Mas..."Algis makin terisak.     

"Mas Panjii pelitttt..."     

"Kok ngatain pelit,kalo yang jual itu ada di sini aku beli semuanya.Sama orang nya kalo perlu"     

Algis gak mau tau.Pemuda manis itu makin terisak,tangisnya semakin terdengar nelangsa.Panji hanya bisa mendesah pelan.     

"Maaf Mas....mbak nya ini lagi pengen makan rujak mangga ya..."     

Panji dan Algis menoleh kedatanganya suara itu bersamaan. Mbak???? mbak yang mana??.     

"Kalo sekitaran sini susah Mas yang buka 24 jam. Tapi kalo mbak nya mau saya bisa bantu.Kasian mbaknya Sampek nangis.Biar istri saya yang buatkan bumbunya" kata si penjual buah dengan ramah.     

Panji dan Algis masih terpaku diam.     

"Gimana Mas...mau di bikinin istri saya bumbunya?? gak lama kok."     

"I-iya Pak...mau..."jawab Panji cepat.     

"Bentar ya Mas..."     

"Bu...bisa bantu bikinin bumbu rujak gak...ini lho kasihan istrinya Mas ini kayaknya lagi ngidam pengen makan rujak mangga" kata si penjual buah pada istrinya,yang sedang sibuk merapihkan dagangannya.     

"Iya Pak..tunggu sebentar ya..." Istri penjual buah itu lalu melangkah kebelakang.     

"Maaf Pak jadi merpotkan kan"     

"Gak apa-apa Mas.Saya bisa ngerti.Kalo istri ngidam minta nya emang aneh-aneh Mas dan suka gak lihat waktu."     

Panji tersenyum kaku.Ternyata si penjual buah mengira Algis adalah seorang wanita.     

Malam itu Algis memang terlihat imut dan manis.Tubuhnya yang ramping tertutup rapat oleh sweater besar gambar beruang di padukan dengan celana panjang longgar.Sebuah syal warna abu-abu melilit rapat di leher hingga hampir menutupi dagunya.Wajar saja si penjual buah mengira Algis seorang wanita.     

Selang berapa menit istri penjual buah keluar dari arah belakang membawa satu kotak kecult bumbu rujak.Sambal kacang yang terlihat pedas dan segar.Melihat bumbu rujak itu mata bulat Algis berbinar senang.     

"Ini Mas..kayak nya ini cukup kalo buat makan sendiri. Semoga rasanya enak kayak yang di jual jual itu ya.."Istri penjual buah mengulurkan sambal rujak yang ia kemas dalam kotak Tupperware kecil.     

"Terimakasih Bu.."ucap Panji sembari menerima kotak kecil berisi sambal rujak. Lalu memberikannya pada Algis.     

"Berapa totalnya Pak..."     

"25 ribu saja Mas. ini mangganya" Si penjual menyerahkan satu plastik mangga yang baru saja ia timbang.     

Panji mengeluarkan dompetnya. lalu mengambil lima lembar uang seratus ribu dari dalam dompetnya.     

"Ini Pak...."     

Panji memberikan uang lima ratus ribu pada penjual buah.     

Si penjual buah bengong.     

"Lho...kok banyak banget Mas..."     

"Gak apa-apa pak,Saya berterima kasih karena sudah di tolong"     

"Waduhhh...gak usah Mas saya iklas..lagian hanya sambal rujak aja"     

"Gak apa-apa,ambil saja.Kalo gak ada bapak,istri saya pasti menangis sampai pagi"     

Pasangan suami istri penjual buah itu tertawa kecil.     

"Ya...pengantin baru dan hamil pertama Mas.. wajar kalo manja banget" kata istri penjual buah sambil tersenyum.     

Orang yang sedang di bicarakan hanya menundukkan kepala sambil senyum-senyum tersipu malu. Entah kenapa mendengar Panji mengakui dirinya sebagai istri didepan orang lain.Hatinya berbunga bunga.Padahal biasanya Algis paling tidak suka jika di samakan seperti seoarang perempuan.     

Setelah membayar mangga yang di beli dan mengucapkan terimakasih.Panji dan Algis kembali ke mobil mereka berdua. Panji membukakan pintu mobil depan lalu kemudian Algis masuk ke dalam mobil.Setelah itu Panji masuk ke dalam kursi kemudi.Tidak lupa ia memastikan Algis memasang sabuk pengamannya dengan benar.     

Panji membungkukkan tubuhnya ke arah perut Algis.     

"Hei...junior,lain kali bisa gak kalo minta apa-apa,jangan jam segini.Hmmm..." kata Panji seakan janin dalam perut Algis bisa diajak bicara.     

"Algis nyusahin ya Mas..."     

Panji tersenyum lalu mengusak pucuk kepala Algis.     

"Nyusahin kalo lagi minta aneh-aneh gini"     

"Ya udah lain kali Algis diam aja kalo pengen sesuatu" bibir Algis cemberut.     

Panji tersenyum gemas.     

"Tapi aku seneng di susahin kamu"Panji mengecup ringan bibir manis Algis.     

kedua pipi Algis merona merah.Pemuda manis itu kembali tersipu malu.     

Sesampainya di rumah,Algis duduk manis di ruang tengah,menunggu Panji yang sedang mengambil piring dan mangkuk di dapur.     

Panji menoleh kekanan dan kiri membuka setiap laci dapur. Pria itu tidak tau Pasti di mana Bi Inah menyimpan piring sendok dan yang lain nya.Anak semata wayang Pak Suryadi itu jarang sekali masuk dapur itu kenapa dia tidak hapal di mana letak piring dan sendok Apa lagi kebiasaan Bu Rina yang sering merenovasi dapurnya.Bentuk dan tata letak perabotan dapur sering berubah-ubah.     

"Mas lama banget sih...."     

Algis tiba-tiba berdiri di belakang Panji.     

"Lemari dapur sebesar ini dan aku gak tau piring nya ada di laci yang mana"     

"Mas Panji gak peduli sama sekitar,makanya gak tau apa-apa selain pekerjaan"     

"Pekerjaan dan kamu Gis" ralat Panji.     

Panji akhirnya menemukan letak piring yang ia cari.Lalu ia menyiapkan mangga setengah matang dan sambal yang tadi ia dapatkan dari penjual buah.     

"Nah.....udah siap di makan,cepat makan lalu istirahat ini sudah hampir pagi"     

Algis menarik piring yang disodorkan Panji. lalu memakan rujak mangga yang sangat ia ingin kan dari tadi.     

Satu iris mangga masuk mulut mungil Algis,ia mengunyah mangga itu tanpa ada ekpresi asam pedas atau apa pun. Panji yang melihat saja rasanya giginya terasa ngilu liurnya hampir netes.Algi mengambil satu iris lagi lalu mengunyah nikmat lagi.Panji hanya duduk diam sambil mengamati kekasihnya makan rujak mangga.     

"Udah..Mas..."Algis berhenti makan,piring di depannya ia dorong menjauh darinya.     

"lho...kok udah baru aja makan dikit. Kenapa gak enak ya..."     

"Enak kok rasanya pas"     

"Trus kenapa makan dikit banget?"     

"Udah gak pengen..."     

Apa????!!!! Panji mendelik.Rujak mangga yang di cari susah payah tengah malam hanya akan berakhir dengan kata "udah gak pengen" Gak bisa!!!.     

"Habisin....minimal makan lebih banyak Algis.."     

"Gak mau,udah gak pengen lagi"     

Panji mengambil garpu lalu menusuk satu iris mangga untuk ia suapkan ke Algis.     

"Aaaa...."     

"Gak mau..." Algis menggeleng kan kepalanya sambil menutup rapat bibir mungilnya.     

"Algis...."     

"Kalo Mas Panji maksa Algis aduin Mama"     

Panji mendesah pelan.Baiklah rupanya sekarang Algis punya sekutu di rumah ini.     

"Ngantuk Mas..."     

"Ya udah kalo gitu tidur sekarang.."     

"Gendong...." Algis mengulurkan kedua tangannya kearah Panji.     

Tanpa banyak kata lagi Panji langsung menggendong koala tubuh ramping Algis.Membawa si manis kembali ke kamar mereka berdua.     

"Manja banget..."     

"Yang penting Manjanya sama Mas Panji gak sama yang lain"     

Algis lalu menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Panji.Kedua tangannya merangkul erat leher pria kesayangannya.     

Bersambung.....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.