Menjadi Istri Sang Bintang Film

Kapan Saja dan di Mana Saja Bisa Cemburu



Kapan Saja dan di Mana Saja Bisa Cemburu

0Pasangan itu saling memandang, lalu sang pria langsung masuk ke kamar.     
0

Jiang Tingxu hanya menghela napas saat melihatnya. Ia juga langsung menutup pintu dan berbalik.     

Pada saat ini, mata pria itu melihat ke seluruh penjuru ruangan itu. Tatapan mata dan raut wajahnya seketika menjadi aneh.     

"Kenapa kamu tinggal di sini?" Tanya Mo Boyuan dengan nada tidak suka.     

Apa lagi yang ada di pikiran pria ini?     

"Panitia yang mengaturnya."     

Pria itu tidak mengatakan apapun lagi. Ia duduk di kursi yang ada di sampingnya, membuka tutup air mineral di atas meja, dan meminumnya.     

Ketika Jiang Tingxu melihatnya, dia merasa sedikit bingung, "Mo Boyuan, itu bekas minumku."     

Bukankah pria ini pecinta kebersihan?     

Pria itu meneguk air beberapa kali. Karena tergesa-gesa kemari, tenggorokannya terasa sangat kering.     

Benar saja, setelah beberapa kali meneguk air, rasanya jauh lebih baik.     

"Memangnya kenapa kalau bekasmu? Aku sudah sering bertukar air liur denganmu."     

Ucapan pria ini sungguh sembarangan!     

Jiang Tingxu seketika itu juga tidak bisa berkata apa-apa. Pipinya memerah.     

Pria nakal ini... apa tidak bisa berbicara baik-baik?     

Mo Boyuan sedikit pun tidak seperti sedang memasuki kamar orang lain. Ia seperti sedang berada dalam rumahnya sendiri.     

"Aku mandi dulu."     

Di sepanjang jalan yang dilewati hampir semuanya adalah pegunungan. Seluruh tubuhnya kini penuh lumpur dan debu.     

Mo Boyuan benar-benar lelah sekarang. Kalau tidak, ia akan langsung pergi ke kamar mandi sejak pertama kali memasuki pintu kamar.     

Setelah istirahat sejenak, ia baru melangkah lebar memasuki kamar mandi.     

Jiang Tingxu memandang pria yang berlalu lalang dengan bebas di dalam kamarnya. Ia sangat marah, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menatap pintu kamar mandi dengan melotot.     

Jika tatapan mata dapat membunuh orang, entah berapa kali Mo Boyuan telah dibunuh oleh mata istrinya.     

Tok tok tok...     

Lagi-lagi terdengar ketukan di pintu.     

Setelah Jiang Tingxu meredakan kemarahannya, ia baru beranjak untuk membuka pintu.     

"Dokter Jiang, Senior berniat mentraktir camilan malam, mau pergi tidak?"     

Senior yang dimaksud Guan Xiaodong adalah mantan asisten Ketua Gong. Karena menderita alergi parah, ia terpaksa tidak bisa melanjutkan acara.     

Namun, Ketua Gong menahan mereka agar tidak pulang dan membantu beberapa hal lain sambil menjalani pengobatan di sini.     

Jika tidak ada Mo Boyuan itu, Jiang Tingxu akan dengan senang hati pergi bersama mereka. Lagipula, jarang-jarang mereka bisa berkumpul bersama.     

"Tidak, aku tidak pergi. Aku baru saja selesai makan."     

"Ah? Benarkah tidak mau?"     

"Yah, aku tidak akan pergi. Kalian pergi saja."     

Guan Xiaodong pun akhirnya menyerah, "Baiklah, Dokter Jiang, selamat beristirahat."     

"Baiklah."     

Setelah Guan Xiaodong pergi, Jiang Tingxu kembali menutup pintu. Saat itu juga, Mo Boyuan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Betapa indahnya gambaran seorang pria tampan yang selesai mandi.     

Jiang Tingxu terkejut selama beberapa detik, setelah itu baru tersadar ketika pria itu berbicara.     

"Siapa yang datang?"     

"Rekan, ada senior yang mengajak makan camilan malam."     

Saat mendengar itu, ekspresi wajah Mo Boyuan berubah menjadi tidak senang, kemudian perlahan mendekati Jiang Tingxu yang masih berada di dekat pintu, "Lagi-lagi rekan pria dan senior apalah itu. Sayang, berapa banyak pria di sekitarmu?"     

"Memangnya apa masalahnya?"     

Bukankah ini hal biasa?      

Memang benar itu biasa saja, hanya saja pria ini selalu cemburu.     

Kapan pun dan di mana pun akan dipenuhi rasa cemburu!     

Merasakan napas pria ini semakin dekat, seluruh tubuh Jiang Tingxu juga perlahan mundur ke belakang, hingga ia tidak bisa mundur lagi.     

Badannya terasa lemas.     

"Mo Boyuan, minggir!" kata Jiang Tingxu dengan marah kepada pria di depannya.     

Namun, bukannya mendengarkan kata-kata Jiang Tingxu, Mo boyuan malah mengulurkan tangan di belakang pinggang Jiang Tingxu dan bibirnya tiba-tiba mengecup bibir merah lembut wanita itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.