Menjadi Istri Sang Bintang Film

Terlalu Memanjakan



Terlalu Memanjakan

0Kenyataan ini benar-benar sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh Ayah Mo!     
0

"Apakah kamu yakin dia adalah ibunya Tingxu?" tanya Ayah Mo dengan tidak yakin setelah mendengar ucapan putranya.     

Mo Boyuan mengangguk sebagai tanggapan.     

Ayah Mo mengerutkan kening dan melambaikan tangannya, "Kamu keluarlah dulu."     

Masalah ini perlu dipikirkan dengan tenang supaya pikirannya jernih.     

"Jangan lupa beri tahu Ibu."     

"Aku mengerti!"     

Mo Boyuan pun segera keluar dari ruang itu.     

...     

Pada saat ini, Jiang Tingxu sedang membolak-balik buku yang ia tinggalkan sebelumnya di dalam kamar. Gerakan Mo Boyuan masuk sangat pelan sehingga Jiang Tingxu tidak menyadarinya.     

"Apa yang sedang kamu baca?"     

Saat sebuah suara tiba-tiba terdengar di telinga Jiang Tingxu, ia bertanya dengan enggan, "Sejak kapan kamu masuk?"     

Apa pria ini tidak tahu aku terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba?     

"Kamu terkejut?"     

Jiang Tingxu terus membolak-balik buku di tangannya, seolah-olah ia tidak berniat untuk menjawab.     

Untungnya, Mo Boyuan tidak terus bicara omong kosong, ia lalu duduk di pinggir tempat tidur, "Aku baru saja memberi tahu Ayah tentang Nyonya Jun," ucapnya mulai menjelaskan dengan jujur.     

Seketika, gerakan membolak-balik buku di tangan Jiang Tingxu berhenti, "Lalu apa?     

"Bukan apa-apa. Semua orang sudah tahu identitasnya. Jadi, mereka akan menjaga sikap saat bertemu Nyonya Jun lagi."     

Meski demikian mereka hanyalah keluarga Jun. Jika memang benar-benar bertemu, tidak harus membuat keluarga Mo menjaga sikap.      

Jiang Tingxu tentu saja tidak berpendapat apa pun lagi. Lagi pula, lambat laun semua orang akan tahu tentang hal ini.     

Mo Boyuan melihat sekeliling ruangan. Meskipun ia jarang tinggal di sini dalam beberapa tahun terakhir, ia ingat dengan cukup jelas tentang semua yang ada di rumah.     

"Istri, di mana bantalku?" tanya Mo Boyuan tiba-tiba.     

Jiang Tingxu perlahan melihat ke arah pandang Mo Boyuan. Eh, hanya ada satu bantal yang tersisa di tempat tidur.     

Jiang Tingxu mulai memikirkan ke mana perginya bantal yang satunya.     

Belum lama ini, ia tidur dengan putranya di kamar ini. Jiang Tingxu hanya menghela napas saat mengingatnya. Ia dengan pelan menunjukkan ke sisi lain di bawah tempat tidur.     

Setelah menurunkan kepalanya, Mo Boyuan bisa melihat bantalnya sendiri tergeletak dengan tenang di lantai. Ia pun langsung bertanya, "Kenapa bisa ada di lantai?"     

Tentu saja Jiang Tingxu bisa merasakan kecurigaan pria itu kepadanya. Ia pun langsung menggelengkan kepalanya, "Bukan aku, putramu yang melakukannya!"     

Jiang Tingxu sudah dewasa. Ia tidak akan melakukan hal yang begitu kekanak-kanakan. Hanya saja, padahal pelayan mansion tua membersihkannya setiap hari. Kenapa tidak mengambil bantal yang tergeletak di bawah?     

Tentu saja, Jiang Tingxu tidak tahu bahwa putranya yang tidak mengizinkan pelayan mengembalikan bantal itu.     

Putra mereka adalah Pangeran Kecil yang manja dan sombong! Ini menandakan si Kecil tidak takut pada ayahnya sama sekali! Semua orang di mansion tua ini sangat memanjakan si Kecil.     

Akibatnya, bantal itu masih tergeletak di lantai yang dingin setelah berhari-hari.     

Mo Boyuan melangkah mendekat, membungkuk, dan mengambil bantal menyedihkannya yang tergeletak di lantai. Pada saat yang sama, ia menepuknya beberapa kali sebelum meletakkannya di tempat tidur berdampingan dengan bantal Jiang Tingxu.     

"Sayang, apa kamu tidak merasa anak nakal itu terlalu dimanja akhir-akhir ini?"     

Mo Boyuan merasa harus segera membereskan si Kecil. Supaya anak itu tahu bagaimana kejamnya dunia ini!     

Jika berani melempar bantal ayahnya, bukankah itu berarti dia akan berani melempar ayahnya keluar rumah di masa depan?     

Jangankan di masa depan. Tidak perlu menunggu waktu lama, karena si Kecil sebenarnya sudah menyarankan ide ini kepada ibunya     

Jiang Tingxu hanya menyesap bibirnya, "Dia masih kecil. Kenapa kamu tidak membicarakan sikapmu dulu? Kamu justru lebih keterlaluan daripada dia! Memangnya kamu tidak melihat bagaimana Ayah dan Ibu memperlakukanmu dulu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.