Menjadi Istri Sang Bintang Film

Mulut Ember!



Mulut Ember!

0Mo Boyuan akan pergi keluar, tetapi ia melihat putranya menatapnya dengan mata seperti seekor sapi.     
0

"Mo Zhining, apakah kamu mengalami kram mata?"     

Padahal jelas-jelas putranya itu sedang kesal dengan dirinya.     

"Cepat tidur. Jika kamu belum tertidur dalam satu menit, bangun dari sana dan kerjakan pekerjaan rumahmu!"     

Kata pekerjaan rumah adalah hal yang benar-benar paling dibenci oleh anak-anak. Segera, si Kecil langsung menutup matanya dengan erat.     

Mo Boyuan berdiri sambil menyilangkan tangannya di depan dada, tetapi ia tidak berbicara lagi.     

Sementara si Kecil sebagai pihak yang diancam langsung tertidur dalam waktu setengah menit.     

Namanya anak-anak memanglah anak-anak. Kemampuan mereka untuk tertidur dalam hitungan detik selalu membuat iri banyak orang.     

Mo Boyuan pun menarik handuk di tubuh si kecil yang sedang tidur, kemudian keluar.     

Ketika Mo Boyuan keluar, mesin kopinya yang sudah matang pun mengeluarkan suara dentingan.     

Untuk sementara waktu, ruangan itu penuh dengan aroma kopi yang kuat dan sangat menyegarkan.     

Jiang Tingxu membuka pintu kamar mandi dan ada semburan aroma harum dan manis. Ia menoleh dan melihat pria itu sudah membawa dua cangkir kopi. Sepertinya ia merasakan tatapan istrinya dan melihat ke samping.     

"Biji kopi yang diberikan orang lain beberapa waktu lalu rasanya enak, mau mencobanya?"     

Jiang Tingxu menyeka rambutnya dan berjalan ke depan sambil berkata, "Aromanya enak."     

Mo Boyuan dengan lembut menyerahkan cangkir itu dan Jiang Tingxu mengambilnya kemudian menyesapnya dengan lembut.     

Pria itu sudah mengambil handuk dan mulai menyeka rambut istrinya dengan terampil.     

Setelah beberapa kali melakukannya, Mo Boyuan sudah bisa melakukannya dengan terampil.     

Tidak sampai secangkir kopi habis diminum dan air di rambut istrinya mengering, Jiang Tingxu berkata, "Apa yang dikatakan Gu Yanzhi saat dia menghubungimu?"     

Karena putra mereka tiba-tiba pulang, percakapan sebelumnya belum terselesaikan.     

Mo Boyuan menyisir rambut istrinya dengan jarinya. Gerakannya terlihat sangat ringan. Pada saat yang sama, ia menjawab, "Mengapa kamu peduli dengan istri keluarga Jun dari Jincheng?"     

"Lalu?"     

"Oh, lalu aku memberi tahu Kakak Ipar kalau Nyonya Jun kemungkinan ibu mertuaku!"     

"Mo Boyuan, ember sekali mulutmu!"      

Kenapa pria ini memberi tahu Gu Yanzhi begitu cepat? Jika Bibi Wen tahu, apa yang harus aku katakan?     

Jiang Tingxu sangat marah hingga kepalanya hampir berasap.     

Sepertinya Mo Boyuan tidak bisa mengharapkan kata-kata yang indah dari istrinya untuk menggambarkan dirinya.     

Sebelumnya Jiang Tingxu bertanya, sekarang malah mengatai suaminya sendiri dengan mulut ember!     

Mo Boyuan hanya bisa diam.     

Jiang Tingxu tidak bodoh. Karena Gu Yanzhi yang menelepon Mo Boyuan secara langsung, tidak mungkin ia tidak mengatakan apa-apa.     

Setelah mengambil napas dalam-dalam, Jiang Tingxu kembali bertanya, "Bagaimana jawaban Gu Yanzhi?"     

Mo Boyuan menyesap kopinya. Suhu dan rasanya sudah sangat pas dan enak. "Kami bicara banyak. Istriku, yang kamu maksud yang mana?"     

Jiang Tingxu tiba-tiba menjadi pucat, "Jangan berpura-pura, Mo Boyuan, katakan saja!"     

Apa Mo Boyuan menganggap aku tidak bisa memahaminya?     

"Sepertinya istriku benar-benar ingin tahu kapan istri Nyonya Jun menikah dengan keluarga Jun?"     

"Kalau aku mengatakannya padamu, apa untungnya bagiku?"     

Kenapa pria ini berbelit-belit dan banyak bicara omong kosong?!      

Jiang Tingxu pun menjadi marah, "Mo Boyuan!"     

"Aku hanya bercanda, memangnya tidak boleh? Baiklah, aku akan mengatakannya. Tapi, janji jangan menangis meski apa pun yang terjadi."     

Setiap kali wanita ini menangis, Mo Boyuan benar-benar kehilangan akal sehatnya.     

Ia merasa sangat sakit. Jika bisa, ia akan memotong jantungnya dan mengirimkannya ke wanita ini.     

Jiang Tingxu hanya menjawab dengan samar, "Tidak akan."     

Ia bukanlah anak kecil, melainkan seorang wanita dewasa. Ia sadar bahwa tidak akan bisa menyelesaikan masalah hanya dengan menangis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.