Menjadi Istri Sang Bintang Film

Siapa bilang harus dapat izin?



Siapa bilang harus dapat izin?

0Gu Yanzhi sangat marah hingga membuatnya tidak mampu berkata-kata.     
0

Untungnya, Mo Boyuan tidak berani bertindak terlalu jauh, karena ia sadar yang meneleponnya itu adalah kakak iparnya, "Ehem, aku akan pulang dan menemani istriku, bagaimana menurutmu, Kakak ipar?"     

"Pergi sana!"     

Wajar saja keduanya saling bermusuhan selama ini. Semua ucapan Mo Boyuan selalu bisa membuat Gu Yanzhi marah.     

"Baiklah, aku mendengarkanmu, Kakak ipar."     

"Besok kalian kemari dan bertemu Ibu!" Begitu selesai bicara, Gu Yanzhi langsung menutup sambungan telepon tanpa memberi Mo Boyuan kesempatan bicara.     

Kemungkinan apa yang telah disetujui Mo Boyuan dengan adikku sebelumnya hanyalah tipuan! Kenapa juga aku bisa khawatir apakah Mo Boyuan mau datang atau tidak ke rumah besok?     

Bagaimanapun, mau datang atau tidak terserah saja! Namun, aku juga ingin tahu perkembangan kasus ini. Sepertinya pria ini akan tetap mengikuti ke mana pun adikku pergi.     

Mo Boyuan melihat ponselnya sambil tersenyum tak berdaya, sedangkan wajah tiga pria dewasa di sebelahnya tampak datar.     

Senior sekaligus bos mereka ketika berhadapan dengan kakak iparnya ternyata sama saja dengan orang lain.     

Jika tidak melihat sendiri sikap Mo Boyuan yang seperti ini, bisa dipastikan tidak akan ada orang yang memercayainya. Sikap Mo Boyuan sungguh di luar dugaan dan sangat konyol.     

Mo Boyuan tentu merasakan tatapan mengejek dari beberapa orang ini.     

"Kalian lanjutkan saja, aku pergi dulu."     

Mereka tidak berani menghentikan Mo Boyuan, "Senior, hati-hati!"     

Ketika Mo Boyuan hampir sampai di pintu koridor, asisten khusus Guan memanggil, "Bos. Apabila diperbolehkan, saya ingin meminta semua informasi tentang keluarga Mu dan keluarga Shen yang telah ditemukan sebelumnya. Lebih baik jika bisa dikirim ke email saya nanti."     

Meskipun asisten khusus Guan telah mendapatkan beberapa informasi, Mo Boyuan bukanlah orang yang langsung memberikan detailnya.     

Karena masalah ini berkaitan dengan istri bosnya, tentu dia harus lebih berhati-hati.     

"Baiklah." Mo Boyuan mengangguk, lalu berbalik dan pergi.     

...     

Ketika sampai di rumah, Mo Boyuan bergegas ke kamar dan melihat istrinya sedang duduk di sofa sambil menonton TV.     

Meskipun TV menyala, pikiran istrinya sudah melayang ke suatu tempat.     

Bahkan, ia tidak menyadari bahwa pria itu telah masuk ke rumahnya.     

Mo Boyuan memandangnya selama beberapa detik dan berkata, "Sedang memikirkan apa?"     

Jiang Tingxu yang mendengar suara tiba-tiba ini pun langsung kembali sadar, "Shhh, kenapa kamu muncul?"     

Pertanyaan istrinya itu menimbulkan kesan seperti Mo Boyuan adalah orang yang bermasalah.     

"Baru saja tiba." Mo Boyuan duduk di samping Jiang Tingxu dengan percaya diri.     

Jiang Tingxu meliriknya dengan rasa jijik yang tidak disembunyikan, "Bukankah kamu memberitahuku tidak akan muncul di depanku?"     

Jiang Tingxu tidak menyadari. Meski tatapan, nada bicara, dan gerak-gerik lainnya terlihat seperti sangat membenci pria ini, sebenarnya hatinya berbeda.     

Kalau tidak, bagaimana bisa ia sangat tenang seperti sekarang? Bahkan ia tidak menyadari pria itu sudah duduk di sisinya.     

Terutama, aura dan aroma pria ini sudah sangat familiar baginya.     

Mo Boyuan bersandar di sofa seperti seorang bos besar, "Yah, Kakak Ipar baru saja meneleponku."     

"Kakakku?" Jiang Tingxu sedari tadi menunggu panggilan dari Gu Yanzhi. Tanpa diduga, pria itu menghubungi Mo Boyuan lebih dulu.     

"Apa yang dia katakan padamu?" tanya Jiang Tingxu.     

Mo Boyuan tersenyum penuh makna, "Ingin tahu? Kalau begitu cium aku dulu, baru aku akan memberitahumu. Bagaimana?"     

"Kekanakan! Jangan harap!" Jiang Tingxu segera memalingkan wajahnya.     

Mo Boyuan berdeham karena penolakan yang terus terang dari istrinya, "Sayang, sekali saja, boleh, ya?"     

"Mimpi sana!"      

Bahkan dalam mimpi pun jangan harap dapat ciuman dariku!     

Tepat pada saat berikutnya, Jiang Tingxu tidak punya waktu untuk mengelak. Pria ini langsung menahan tubuhnya dan menciumnya dengan ganas.     

Siapa bilang harus izin dulu? Ucapan Mo Boyuan barusan hanyalah pemberitahuan saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.