Menjadi Istri Sang Bintang Film

Istriku, Ini Rumah Kita



Istriku, Ini Rumah Kita

0Jantung Jiang Tingxu berdetak kencang karena marah dan menatap Mo Boyuan dengan tajam.     
0

Pria ini semakin kurang ajar, Jiang Tingxu tidak akan jatuh ke dalam permainannya. Jika Mo Boyuan tidak mau pergi, Jiang Tingxu yang akan pergi!     

Namun, ketika berbalik, tatapan Jiang Tingxu tiba-tiba mengarah ke ruang kerja. Ia berhenti sejenak lalu berjalan ke depan dan melihat dengan cermat.     

Ia melihat seluruh dinding telah menghilang dan semua benda yang ada di ruang kerja sebelumnya telah diganti. Sekarang ruang itu berubah menjadi kamar anak-anak.     

"Mo Bo Yuan!"      

Untuk sesaat, seluruh ruangan dipenuhi dengan raungan marah Jiang Tingxu.     

"Istriku, ada apa?" Nada bicara Mo Boyuan sangat tenang.     

"Jelaskan, ke mana temboknya?"     

"Sudah dihancurkan."     

"Bagaimana dengan barang-barangnya? Itu milik orang lain!"     

"Siapa bilang itu milik orang lain?"      

Sepertinya Jiang Tingxu lupa, sekarang pria ini adalah pemilik rumah.     

Oleh karena itu, sangat normal dan masuk akal untuk membongkar dinding atau mengganti furnitur.     

"Hei hei, istriku, tidakkah menurutmu ruang ini akhirnya menjadi lebih besar setelah tembok itu dijebol?"     

Pasangan kecil yang tinggal di rumah yang luasnya kurang dari 80 meter persegi benar-benar sangat mengesalkan bagi Mo Boyuan!     

Setelah dibongkar, rencananya akan ada empat kamar, dua ruang keluarga, dan dua kamar mandi. Jiang Tingxu hanya bisa menerimanya dengan enggan.     

Jiang Tingxu tidak ingin berbicara dengan pria itu lagi dan berjalan ke kamar sebelah.     

Setelah membuka pintu, ternyata tidak ada satu benda pun di dalamnya yang berubah, seketika ia merasa lega. Jika tidak, ia pasti akan menghabisi pria itu!     

Entah Mo Boyuan memang tidak ingin mengganti yang ada di ruangan itu atau tidak berani memindahkannya.     

Siapa yang membuat pria ini begitu banyak berubah hingga takut Jiang Tingxu akan marah.     

Orang yang bisa membuat Mo Boyuan tunduk tetaplah seorang wanita dan kemungkinan hanya ada seorang di dunia.     

Terlebih lagi sikapnya begitu pasrah dan sangat manis kepada istrinya.     

Jiang Tingxu mendengus, "Mo Boyuan, siapa yang mau serumah denganmu?"     

Meskipun mereka berdua pernah berterus terang satu sama lain, tampaknya Jiang Tingxu tidak pernah mengatakan bahwa ia akan memaafkan pria ini untuk semua hal yang pria ini lakukan.     

Beberapa hal bisa dimaafkan. Tetapi beberapa hal tidak dengan mudah untuk dimaafkan!     

Mo Boyuan tentu saja memahami makna mendalam dari kata-kata Jiang Tingxu. Ia sedikit mengerutkan kening dan kemudian menatap wanita di depannya dengan serius, "Ini rumah kita!"      

Kata demi kata ditekankan begitu tegas.     

Tidak peduli dimaafkan atau tidak, benci atau tidak, tapi bajingan tiada tanding di depan Jiang Tingxu ini tidak akan menyerah.      

Jiang Tingxu hanya bisa diam. Ia melangkah menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras, "Aku mau tidur, jangan ganggu."     

Mo Boyuan ditinggal di luar pintu oleh istrinya lagi. Ia tersenyum dengan enggan, baru kemudian menghela napas. Ia kembali ke sofa dan membuka laptopnya lagi untuk mengerjakan pekerjaannya.     

Sedangkan di dalam kamar, Jiang Tingxu memukul bantal beberapa kali sebelum akhirnya kemarahannya mereda. Ia pun berbaring dan menutup matanya untuk tidur.     

Awalnya, ia pikir tidak akan bisa tidur karena marah. Tanpa diduga, ia tertidur dalam beberapa menit segera setelah ia menyentuh bantal.     

Ia dibangunkan oleh suara ketukan seseseorang di luar pintu.     

"Sayang, ini jam setengah dua belas. Bangun dan makanlah, setelah itu tidurlah lagi."     

Jiang Tingxu tidak bergerak, tetapi orang di luar tampak sangat sabar. Karena tidak ada suara dari dalam, ia akan mengetuk beberapa kali lagi setiap beberapa menit sekali.     

Jiang Tingxu sangat kesal sehingga ia terpaksa membuka selimut dan turun dari tempat tidur.     

Ia membuka pintu dengan wajah gelap, tetapi pria di luar pintu tersenyum cerah, "Sayang, makanlah."     

Tentu saja, Jiang Tingxu tidak terus berwajah suram. Ia berusaha menarik sudut mulutnya beberapa kali dan melihat ke samping. Tanpa diduga, makanan telah diletakkan di atas meja.     

Ia melihat kotak makanan di samping. Kemungkinan itu dibuat oleh mansion tua atau dikirim dari Gunung Zichen.     

Jiang Tingxu sebenarnya benar-benar lapar. Ia pun mendengus, "Kamu makanlah dulu, aku akan mandi."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.