Menjadi Istri Sang Bintang Film

Punya Mata Dewa?



Punya Mata Dewa?

0Jiang Tingxu membeku sejenak, kemudian berkata kepada orang-orang di depannya, "Tidak semua orang, beberapa orang sudah tahu."     
0

"Siapa?"      

Berita besar seperti ini masih tidak tersebar? Sungguh Jiang Tingxu ini memang orang yang hebat!     

"Bagaimana mungkin hubunganku dan Ketua Wen layak digosipkan oleh kalian?"     

Memangnya kenapa? Hah, tentu saja perlu!     

Si Tidak Manusiawi yang terkenal di seluruh rumah sakit, siapa yang tidak ingin tahu tentangnya?     

Berapa banyak magang yang takut menjadi sasaran Si Tidak Manusiawi ini?     

Melihat mata para gadis kecil di depannya yang terbuka lebar, Jiang Tingxu merasa mereka sedikit lucu, "Baiklah, Ketua Wen dan aku sebenarnya adalah anggota keluarga biasa."     

Jiang Tingxu tidak akan mengatakan secara gamblang. Ia tidak akan mungkin berkata kepada semua orang bahwa Ketua Wen hampir menjadi ibu tirinya.     

Oleh karena itu, sangat tepat untuk menggambarkannya dengan anggota keluarga. Sekarang tergantung pada imajinasi setiap orang.     

"Kepala perawat!"     

Kepala Perawat Ye awalnya juga asyik mendengarkan gosip ketika tiba-tiba mendengar Dokter Jiang memanggil dirinya, ia dengan cepat menjawab, "Ya, ada apa?"     

"Bersiaplah, Ayah Ni akan dibawa langsung ke departemen bedah toraks besok pagi."     

Semua orang terkejut mendengarnya.     

"Ha?"     

Jiang Tingxu melirik ke arah mereka semua, "Ayah Ni punya masalah jantung, jadi harus dibawa ke bedah toraks, memangnya tidak boleh?"     

"Boleh, boleh."     

"Tentu saja boleh." Mereka hanya perlu memastikan saja.     

"Kalau begitu kalian kerja kembali, aku akan kembali ke kantor."     

"Baiklah."     

...     

Setelah kembali ke kantor dan sempat bermalas-malasan sebentar, pasien mulai datang satu per satu.     

Masalhanya biasa saja. Salah satunya adalah seorang wanita paruh baya yang datang ke ruang gawat darurat karena sakit kepala.     

Tetapi ketika ia datang, ia bilang terkena flu. Jadi ia mau diberi obat flu dan pereda nyeri.     

Jiang Tingxu sudah menjelaskannya berkali-kali. Tubuh adalah sistem yang mudah masuk angin, jadi hanya meresepkan beberapa obat umum, "Bibi, aku baru saja mengukur suhu tubuhmu. Kamu tidak demam, juga tidak memiliki gejala pilek lainnya."     

Brak!      

Wanita paruh baya itu menggebrak meja, "Hei, apa tidak bisa kamu tinggal meresepkan obat yang aku minta? Mengapa dokter sekarang banyak bicara?"     

Jiang Tingxu tiba-tiba mengerutkan kening, "Bibi, ada peraturan di rumah sakit. Kami tidak bisa meresepkan obat begitu saja jika ada yang salah."     

Kalau asal meresepkan obat saja, apa masih bisa disebut rumah sakit?     

Rumah sakit harus bertanggung jawab atas semua pasien yang juga bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan rumah sakit.     

Bibi itu menjadi marah, "Kenapa? Aku hanya masuk angin kecil. Jika kamu tidak mau meresepkan obat, apakah aku harus menjalani pemeriksaan? Apa kalian hanya berusaha mendapatkan sebanyak mungkin uang dari pasien?"     

Jangankan Jiang Tingxu, Dokter Liao yang duduk di sudut dan pasien di depannya seketika menatap ke arahnya tanpa berkata-kata setelah mendengar ucapan bibi itu.     

Jiang Tingxu menarik napas dalam-dalam, "Bibi, jangan salah paham. Baik itu obat atau pemeriksaan, itu bukan tanggung jawab dokter. Dokter hanya melihat gejala penyakit, mendiagnosis, dan meresepkan obat!"     

Banyak pasien yang suka membuat masalah tanpa sebab. Sejak kapan pasien memberi uang langsung kepada dokter?     

Bukankah mereka semua pergi ke bagian keuangan untuk pembayaran? Tapi kenapa semuanya salah dokter?     

Dokter memeriksa untuk menentukan secara akurat apakah ada masalah pada tubuh! Mana mungkin dokter memiliki mata dewa yang langsung bisa mendiagnosis dengan sekali tatap?     

Memangnya dokter bisa melihat penyakit yang ada di dalam tubuh hanya dengan mata telanjang?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.