Menjadi Istri Sang Bintang Film

Itu Ayahku



Itu Ayahku

0Sudah bisa dipastikan anak itu yang selalu mengatai Ning Ning sebagai yatim piatu yang tidak memiliki ayah dan ibu.     
0

Sekarang setelah Ning Ning mengatakan itu dengan bangga, anak itu kembali berkata dengan suara yang lebih lemah, "Kalau begitu... di mana ayahmu? Kenapa dia tidak datang?"     

Apa mungkin Ning Ning hanya punya ibu dan tidak punya ayah? Tapi, walaupun ayahnya Ning Ning tidak datang, bukan berarti ia tidak punya ayah, bukan?     

Tanpa ayah, tidak mungkin seorang ibu melahirkan anaknya sendiri, kan?     

Si Kecil segera mengangkat tangannya dan menunjuk ke sisi yang jauh sembari memperkenalkan dengan bangga, "Ayahku yang sedang naik mobil itu."     

Mo Boyuan sepertinya merasakan sesuatu, jadi ia melihat ke belakang. Matanya bertatapan dengan putranya, kemudian si Kecil segera melambaikan tangannya.     

Mo Boyuan tidak bisa melakukan hal kekanak-kanakan seperti melambaikan tangan begitu, jadi ia hanya mengulurkan dua jarinya dan memberi isyarat kepada putranya untuk pamit pergi lebih dulu.     

"Sampai jumpa, Ayah," teriak si Kecil.     

Setelah Mo Boyuan naik, mobil langsung keluar dari gerbang taman kanak-kanak.     

Panggilan keras dari si Kecil membuat wali kelas yang sedang mengobrol dengan Jiang Tingxu tentang kehidupan anak di taman kanak-kanak menoleh ke sumber suara, tetapi ia hanya melihat bagian belakang mobil, "Eh, Ayah Mo ternyata juga datang kemari?"     

Setiap kali Jiang Tingxu mendengar kata 'Ayah Mo atau Ibu Mo', hatinya seperti tersengat listrik.     

"Eh, iya. Ada sesuatu mendesak yang ayahnya harus lakukan, jadi dia pergi dulu."     

"Tidak masalah. Sekolah akan memulai liburan musim panas setengah bulan lagi. Sebelum liburan, kami akan mengadakan perkemahan musim panas. Pada saat itu, kami membutuhkan partisipasi dan kerja sama dari para orang tua."     

Perkemahan musim panas?     

Kepala Jiang Tingxu langsung terasa penat, "Apakah orang tua wajib berpartisipasi, Ibu Guru?"     

"Benar, ayah dan ibu harus hadir!"     

Ah! Kemungkinan... agak sulit terlaksana.     

Jika Mo Boyuan benar-benar datang untuk berpartisipasi, pasti bisa menyebabkan kerusuhan, bukan?     

"Eh, saya akan memberitahu ayahnya lebih dulu."     

Jiang Tingxu tentu harus memberi tahu Mo Boyuan. Terkait apakah mereka bisa datang atau tidak, itu bergantung pada keputusan Mo Boyuan sendiri.     

"Baiklah, saya harap orang tua Mo akan datang. Hal ini juga baik untuk pertumbuhan anak-anak."     

"Saya pasti akan datang."     

Setelah mengobrol dengan guru, Jiang Tingxu melambai kepada putranya.     

Begitu si Kecil melihatnya, ia dengan cepat berkata kepada teman-temannya, "Ibuku memanggilku. Aku mau ke sana dulu."     

"Ah, baiklah. Pergilah."     

Kerumunan terbuka, kemudian si Kecil pun berlari menuju ibunya.     

Jiang Tingxu memegang tangan putranya, "Baik-baik di sekolah, ya. Ibu mau berangkat bekerja."     

"Oh!" Si Kecil menjawab dengan tidak senang.     

Jiang Tingxu mengusap kepala kecil putranya lagi, "Baiklah, baiklah, tersenyumlah."     

Hanya saja senyumannya malah menjadi seperti akan menangis dan sepertinya beberapa saat lagi si Kecil benar-benar akan menangis, "Ning Ning tidak mau sekolah!"     

"Bagaimana bisa begitu? Semua anak harus pergi ke sekolah. Bersikaplah baik. Ibu akan menjemputmu setelah pulang bekerja, oke?"      

Namun, si Kecil tidak tahu bahwa ibunya sedang shift malam pada hari ini. Jika ia pulang lebih awal, ia bisa memeluk dan menciumi putranya. Jika ia pulang terlambat, ia hanya bisa melihat dua aktivitas si Kecil, pergi ke sekolah dan tidur.     

Melihat putranya menangis, Jiang Tingxu memegang tangan putranya dan berjalan menuju kerumunan anak-anak.     

Setelah sampai di depan mereka, Jiang Tingxu menyapanya dengan senyuman, "Halo, aku ibunya Mo Zhining, senang bertemu kalian."     

"Halo, Bibi!"     

"Bibi cantik sekali!"     

Kecil-kecil sudah pandai bicara seperti ini, besar nanti pasti bisa memenangkan hati perempuan dengan ucapannya.     

Jiang Tingxu pun tidak bisa menahan tawa setelah mendengar ada anak yang memujinya, "Terima kasih, tapi Bibi mau pergi bekerja. Karena Ning Ning tidak mau pergi dari Bibi, tolong temani Ning Ning bermain, ya?"     

"Tentu saja boleh!"     

"Aku sudah mengenal Mo Zhining sejak awal. Kami juga duduk di meja yang sama. Jangan khawatir, Bibi. Aku akan melindunginya!"     

"Baiklah, kalau begitu Bibi ucapkan terima kasih lebih dulu kepada kalian."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.