Menjadi Istri Sang Bintang Film

Keluargamu Punya Pesawat!



Keluargamu Punya Pesawat!

0"Wow, ternyata keluargamu punya pesawat? Luar biasa!"     
0

Semua anak-anak yang yang ada di situ juga sangat kaya. Tidak akan pernah ada plot seperti di serial TV saat seseorang dari keluarga miskin bersekolah di taman kanak-kanak bangsawan.     

Masalahnya adalah biaya sekolah taman kanak-kanak ini saja lebih dari upah minimum tahunan keluarga biasa yang terdiri dari tiga atau empat orang dewasa.     

Berapa upah minimum per bulan di Yuncheng sekarang? Kurang dari lima ribu!     

Jika seseorang bisa memperoleh lebih dari 10.000 yuan sebulan, 20% dari penghasilan pasti hanya bisa menyekolahkan anaknya di sekolah yang biasa-biasa saja!     

Biaya sekolah TK ini 150.000 per semester, berarti 300.000 setahun. Belum lagi ditambah biaya buku pelajaran, uang saku, dan sebagainya, setidaknya 400.000 hingga 600.000 untuk setahun.     

Di antara teman-teman kaya si Kecil hanya ada beberapa keluarga yang memiliki pesawat pribadi.     

Bukannya mereka tidak mampu membelinya, tetapi mereka tidak akan sering membutuhkan pada saat-saat biasa.     

Faktor lainnya adalah biaya perawatan per tahunnya bisa untuk membeli satu pesawat lagi. Memang harganya murah untuk membeli satu pesawat. Pesawat pribadi kecil untuk penerbangan domestik hanya beberapa juta yuan saja.     

Semua orang tentu tidak bodoh. Lebih praktis dan hemat biaya untuk menghabiskan jutaan yuan dengan membeli mobil daripada menghabiskan jutaan untuk membeli pesawat.     

Xiao Ning Ning tidak bisa mengerti. Apa hebatnya memiliki pesawat? Sepertinya ada lebih dari satu di keluarga yang memilikinya!     

Untungnya, Xiao Ning Ning tidak mengatakan ini, karena Jiang Tingxu telah datang.     

"Ning Ning~"     

Begitu mendengar suara ibunya, Xiao Ning Ning dengan cepat berbalik dan bergegas ke pelukan Jiang Tingxu.     

Pada saat ini, wali kelas juga mendekat, "Halo, apakah Anda walinya Mo Zhining?"     

Jiang Tingxu pun mengangguk, "Benar, saya ibunya. Halo, Guru."     

"Saya wali kelas Mo Zhining. Saya bermarga Xiang, sebelumnya saya belum pernah bertemu dengan Ibu Mo, apakah Anda sibuk bekerja?"     

Eh? Ibu Mo?     

Ini benar-benar pertama kalinya Jiang Tingxu dipanggil seperti itu, jadi ia sedikit terkejut.     

"Begitulah, saya bekerja di rumah sakit. Saya tidak benar-benar punya banyak waktu luang. Maaf, Guru, saya selalu saja tidak bisa datang untuk bertemu dengan Anda."     

Saat mendengar bahwa orang tua Mo Zhining bekerja di rumah sakit, mana mungkin si guru tidak mengerti bahwa Ibu Mo adalah seorang dokter?     

Kalau memang pekerjaan Ibu Mo adalah dokter, maka bisa dimaafkan. Karena mereka benar-benar sibuk, sungguh sangat sibuk.     

"Ibu Mo, jangan katakan itu. Karena kalian belum pernah datang ke sekolah, jadi ada beberapa situasi dari kalian yang tidak kami mengerti. Sekarang kita harus menjalani prosedur dan harus bertanya sesuatu. Apakah tidak keberatan?"     

"Tidak apa-apa, Guru. Apakah ada hal lain yang perlu Anda ketahui? Masih ada waktu sekarang, saya bisa menjelaskannya sesegera mungkin."     

Jiang Tingxu sungguh tidak tahu, ternyata ada banyak prosedur di TK. Sontak hatinya merasa sangat bersalah. Entah itu dirinya atau Mo Boyuan, sebagai orang tua, keduanya benar-benar acuh tak acuh terhadap anak mereka sendiri.     

Wali kelas juga tampaknya melihat rasa bersalah di wajah Jiang Tingxu. Ketika ia bisa menebak, ia pun tahu apa alasannya. "Ibu Mo, jangan terlalu banyak berpikir. Kami dapat memahami pekerjaan Anda yang sibuk. Namun, betapapun sibuknya Anda, tentu tidak boleh mengabaikan pertumbuhan anak Anda sendiri! Anak-anak masih kecil. Inilah saatnya untuk menetapkan pandangan dengan benar. Jika mereka kurang mendapat perhatian dan pendampingan dari orang tua, tentu akan berdampak pada masa depan mereka."     

"Guru, saya mengerti. Saya akan menghabiskan lebih banyak waktu dengannya di masa depan." Ucapan Jiang Tingxu ini sangat tulus dari hati yang terdalam.     

"Baiklah, dengan begitu semuanya akan menjadi lebih baik. Ibu Mo, saya ingin bertanya lagi, apa pekerjaan Ayah Mo?"     

"Dia pekerja seni dan penulis!"      

Bolehkah disebut demikian?     

Guru tidak melanjutkan bertanya, karena itu saja sudah cukup untuk mendapatkan apa yang ingin ia ketahui.     

Tidak jauh dari sana, anak-anak juga mengobrol dengan antusias.     

"Mo Zhining, jadi kamu punya ibu, ya?"     

Saat mendengarkan pertanyaan ini, si Kecil cemberut, "Tentu saja aku punya ibu. Aku bukan lahir dari dalam batu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.