Menjadi Istri Sang Bintang Film

Putranya mengeluh



Putranya mengeluh

0"Wah! Ada besawat!"     
0

Jiang Tingxu segera membenarkan ucapan putranya, "Nak, bukan besawat, tapi pesawat."     

Mata si Kecil berkedip-kedip mendengar perkataan ibunya, "Benar, kan? Ning Ning tadi bilang pesawat!"     

Untuk sesaat, bahkan Wen Jie tidak bisa menahan tawa.     

Mo Boyuan tidak tega membiarkan istrinya diganggu oleh putranya. Ia mengulurkan satu tangannya dan langsung memeluk si Kecil. Ia langsung meletakkan si Kecil ke kursi dalam pesawat.     

"Duduklah dan jangan membuat masalah dengan ibumu."     

"Mengerti, Ayah pasti selalu begini, sukanya menggertak Ning Ning."     

Putranya mengeluh~     

Jiang Tingxu membantu Bibi Wen dan melihat Mo Boyuan yang memarahi si Kecil di sisi lain. Ia pun langsung berkata, "Jangan memarahinya terus menerus."     

Tentu saja Jiang Tingxu sangat menyayangi putranya. Selain itu, anaknya telah dididik dengan sangat baik sejak kecil, beberapa kali lebih baik daripada anak-anak lain pada usia yang sama.     

Mo Boyuan melirik si Kecil yang tersenyum dan menjawab, "Aku tidak memarahinya, aku hanya menyuruhnya duduk dengan benar."     

Baiklah, tampaknya status Mo Boyuan di keluarganya sendiri menurun drastis.     

Jiang Tingxu hanya berdeham mendengar gerutuan pria itu, ia juga tidak melanjutkan ucapannya.     

Pesawat sudah naik secara perlahan. Saat ini si Kecil melihat ke luar jendela dengan mata penasarannya.     

Setelah pesawat naik ke ketinggian tertentu, ekspresi terkerjut segera terlihat pada wajah si Kecil, "Wow~ wow~ indah sekali. Banyak awan yang mengambang!"     

Mo Boyuan memutar mata mendengar ucapan putranya, lalu mengalihkan pandangannya dari si Kecil yang menyebalkan itu.     

Perkiraan waktu penerbangan dari Jincheng ke Yuncheng adalah satu jam. Total perjalanan butuh waktu selama satu jam 20 menit termasuk take off dan landing.     

Karena semua orang tidak terburu-buru, Mo Boyuan secara khusus meminta pilot untuk terbang lebih lambat. Ini juga demi memuaskan rasa ingin tahu si kecil.     

Hampir jam 12 siang, pesawat mendarat di taman bermain taman kanak-kanak tempat si Kecil bersekolah.     

Tepat beberapa menit sebelum waktu pulang sekolah. Di taman kanak-kanak itu, kecuali kelas kecil pendidikan jasmani, anak-anak lain masih berada di dalam kelas.     

Namanya anak kecil tentu mereka akan sangat senang saat melihat pesawat.     

Beberapa guru menghabiskan banyak energi dan akhirnya baru bisa menghentikan anak-anak yang berlarian mendekati pesawat.     

"Anak-anak, berdiri di tempat kalian berada dan jangan pergi ke sana. Bahaya, mengerti?"     

"Guru, itu pesawat!"     

"Ya, itu pesawat. Guru melihatnya, tapi kita tidak boleh pergi ke sana!"     

Di pesawat, Xiao Ning Ning berdiri di pintu kabin dan takut turun. Ia segera menatap lurus ke arah Mo Boyuan yang berdiri di belakangnya, lalu membuka tangannya pada saat bersamaan, "Ayah, gendong Ning Ning."     

Di saat sekarang si Kecil baru memanggil ayahnya? Bukankah tadi terus mengomel pada ayahnya? Memang anak kecil, rasa senang, suka, marah, sedih dan kesal bisa berubah dengan cepat!     

Mo Boyuan menghela napas beberapa kali sebelum menggendong si Kecil. Ayah dan anak itu turun dari pesawat terlebih dahulu. Ia melihat mata si Kecil terpejam, seperti kelinci kecil yang ketakutan.     

"Eh, itu Mo Zhining!"     

Secara kebetulan, kelas kecil pendidikan jasmani yang sedang ada di lapangan adalah kelas Xiao Ning Ning.     

"Mo Zhining, Mo Zhining, kemarilah!"     

Beberapa hari ini si Kecil tidak masuk sekolah. Begitu bertemu lagi dengan teman sekelas, meskipun wajahnya terlihat tidak suka, ia masih berlari ke arah mereka tanpa ragu-ragu.     

Anak-anak segera mengepung Ning Ning, hingga membentuk lingkaran.     

Seseorang bertanya dengan rasa ingin tahu, "Mo Zhining, apakah pesawat itu milikmu?"     

Xiao Ning mengangguk dan mengakuinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.