Menjadi Istri Sang Bintang Film

PTSD



PTSD

0Perasaan Jiang Tingxu tidak terlalu baik setelah mendengar penjelesan yang belum pernah ia dengar sebelumnya dari Mo Boyuan.     
0

"Kenapa kamu tidak pernah mengatakannya padaku?"     

Jika saja Mo Boyuan mengatakannya, banyak hal tidak akan menjadi seperti sekarang ini.     

"Buat apa aku mengatakan semua ini? Lagi pula, jika suamimu ini bisa menyelesaikannya, itu berarti bukan apa-apa!"     

Karena masalah itu bisa diselesaikan, jadi tidak perlu disebutkan lagi.     

Namun, Jiang Tingxu tetap tidak setuju. Ia mendorong pria di depannya dan melangkah mundur, "Mo Boyuan, kamu selalu seperti ini. Kamu tidak mengatakan apa-apa padaku dan kamu tidak berniat memberitahuku sama sekali. Apakah aku tidak pernah kamu percaya? Atau apakah kamu pikir aku akan selalu menjadi anak kecil yang tidak bisa apa-apa dan perlu dilindungi?"     

Mo Boyuan menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku hanya ingin kamu bahagia selamanya!"     

Jiang Tingxu malah terkekeh, "Bahagia? Apakah kamu pikir aku bahagia? Mo Boyuan, bukannya kamu melakukan semuanya diam-diam. Dengan aku tidak melakukan apa-apa, kamu pikir aku akan bahagia? Aku bukan bunga yang tinggal di rumah kaca, bukan pula seorang pengecut yang hanya bisa bergantung pada orang lain! Aku ingin dipercaya, memiliki pemahaman akan segala sesuatu, dan rasa hormat yang sama. Mengerti?"     

Dua hal terpenting antara suami dan istri adalah saling percaya dan komunikasi!     

Kebetulan pria ini sudah terbiasa mengabaikan dua hal ini.     

Sebenarnya, itu adalah pemikiran yang ada pada setiap pria. Kebanyakan berpikir bahwa mereka dapat menyelesaikan hal-hal ini sendiri, sementara wanita tidak perlu mengkhawatirkannya.     

Bukannya tujuan dari menikahi orang yang dicinta adalah untuk disayang dan dicintai? Jika tidak, buat apa menikah? Tapi begitu istrinya mengatakan hal ini, tentu saja membuat Mo Boyuan benar-benar berpikir.     

Setelah Jiang Tingxu berteriak, kemarahannya seolah berkurang. Hanya saja, meski kemarahan mereda, bukan berarti ingatan masa lalu itu juga hilang.     

Pada akhirnya, hal-hal yang terpendam dan menekan di lubuk hatinya seakan mulai lepas kendali.     

Jiang Tingxu menarik napas dalam-dalam, mencoba membuat dirinya merasa lebih baik.     

Mo Boyuan menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan istrinya, "Istriku?"     

Ia hendak mendekat, namun langsung dihentikan oleh Jiang Tingxu, "Berhenti di sana, jangan mendekat!"     

Mo Boyuan tidak berani bergerak dan dengan cermat mengamati sikap istrinya.     

"Aku tidak akan mendekat, kamu jangan cemas. Katakan padaku bagian mana yang tidak nyaman?"     

Jiang Tingxu yang seperti ini pasti tidak sedang baik-baik saja seperti yang baru ia katakan.     

Sebagai seorang dokter, Jiang Tingxu secara alami mengetahui kondisi fisik dan psikologisnya, "Aku harus tenang, kamu keluarlah dulu."     

Bagaimanapun reaksi itu mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang dialami Jiang Tingxu tidaklah sederhana.     

Mo Boyuan sangat cemas, tapi saat ini ia tidak berani mendekat, "Baiklah, aku akan menunggu di luar. Ingatlah untuk memanggilku jika sudah tenang."     

"Hm."     

Setelah mendengar jawaban dari istrinya, Mo Boyuan pun berbalik pergi.     

Ia sangat bimbang, Apakah aku harus tetap tinggal atau pergi? Apakah keadaan istriku memburuk? Tapi kenapa?     

Reaksinya barusan bukanlah reaksi yang biasa saja.     

Mo Boyuan tetaplah orang yang sudah pernah mengalami berbagai hal. Matanya menyipit karena merasakan bahaya dalam sekejap.     

Jiang Tingxu keluar dari kamar mandi dan duduk di samping tempat tidur. Ia menggosok pelipisnya yang sakit seperti akan meledak. Ia pun menghela napas dalam-dalam, Mo Boyuan, Mo Boyuan, mana mungkin kamu tahu neraka apa saja yang sudah aku alami? Haha.     

Sementara Jiang Tingxu memikirkan itu, pria yang duduk di sofa luar membuka ponselnya sembari mencari di Google tentang PTSD.     

Hasil pencarian menunjukkan bahwa gangguan stres pasca-trauma (PTSD) mengacu pada reaksi emosional dan fisik seseorang setelah mengalami beberapa peristiwa besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.