Menjadi Istri Sang Bintang Film

Tidak Sebanding dengan Serigala Abu-Abu



Tidak Sebanding dengan Serigala Abu-Abu

0"Buat apa aku menipumu?"     
0

Memang tidak ada gunanya menipu si Kecil.     

Si Kecil mengerucutkan bibirnya dan sorot matanya memancarkan keraguan. Dalam hati ia bimbang apakah perlu mengatakan itu kepada ayahnya atau tidak. Tapi, jika memberitahu ayahnya, maka itu berarti ia mengkhianati ibunya!     

Bagi si Kecil, tawaran ayahnya ini benar-benar menggiurkan!     

Mana ada anak kecil yang senang saat mendapat pelajaran tambahan?     

"Jiang Tingxu bilang, setelah pulang nanti akan mengantar Ning Ning ke sekolah saat ada waktu, kemudian dia berkata akan membawa Ning Ning ke rumah Nenek Wen."     

"Apa lagi?"     

"Oh, masih ada lagi. Itu... Ayah adalah orang mesum!"      

Karena tidak memakai apa pun setelah mandi, Jiang Tingxu berpikir bahwa itu tidak bagus untuk pertumbuhan mental si Kecil.     

Saat Mo Boyuan mendengar kata "mesum" dari mulut putranya, seketika raut wajahnya langsung berubah.     

Mesum? Kalau begitu lain kali aku akan menunjukkan sisi mesumku yang sebenarnya.     

Karena satu kali ia sudah diberi gelar mesum, padahal ia bukanlah orang mesum, maka sekalian saja ia yang akan membuktikan kemesuman itu.     

Mo Boyuan perlahan menggertakkan giginya, ia mendapati si Kecil gemetar saat melihatnya. Di dalam pikiran si Kecil kini tidak tahu perhitungan macam apa yang sedang dibuat oleh ayahnya.     

"Pergilah sarapan."     

Si Kecil bergegas ke meja dan tidak ingin terus merasakan aura mencekam yang ada di sekitar ayahnya.     

Mo Boyuan memasuki kamar lalu mengeluarkan pakaian yang akan dia pakai hari ini dari kopernya kemudian memakainya.     

Setelah berganti pakaian, Jiang Tingxu keluar dari kamar mandi dan mendapati pria itu menatap ke arahnya dengan tatapan yang tajam.     

Seolah-olah dirinya akan ditelan hidup-hidup oleh pria di depannya sebentar lagi.     

Sebenarnya apa yang terjadi dalam waktu sesingkat tadi?     

Si Kecil melihat ke arah kamar mandi. Ia merasa sangat bersalah karena baru saja mengkhianati ibunya sehingga tidak berani melihat ibunya sama sekali.     

Ketika Jiang Tingxu lewat di depan Mo Boyuan, tiba-tiba sekujur tubuhnya merinding.     

"Haha!" Mo Boyuan tiba-tiba terkekeh.     

Jiang Tingxu mengerutkan kening, baru saja saat ia ingin bertanya apa yang salah dengan pria ini tiba-tiba pria ini malah langsung melangkahkan kakinya berjalan menuju putranya.     

Pertanyaan yang tadinya sudah di ujung tenggorokan pun kembali Jiang Tingxu telan.     

...     

Ayah dan anak itu menunggu Jiang Tingxu berganti pakaian sebelum mereka makan.     

Si Besar berwajah masam dan si Kecil berwajah bersalah. Sarapan kali ini begitu tenang dan situasi ini jarang terjadi sebelumnya.     

Jiang Tingxu dan Mo Boyuan makan dengan porsi yang lebih banyak, sehingga si Kecil selesai makan terlebih dulu. Si Kecil pun segera berkata, "Ayah, Jiang Tingxu, Ning Ning akan pergi ke Nenek Wen dan Uncle!"     

"Ingat harus menjadi anak yang penurut, ya."     

"Ya, ya." Si Kecil pun segera pergi sembari melompat-lompat.     

Hanya ada dua orang yang tersisa di ruangan itu.     

Jiang Tingxu makan sarapannya dengan tenang, tetapi kecepatannya semakin lambat.     

Mo Boyuan sudah selesai makan dan menunggu beberapa saat. Ia melihat istrinya pagi ini makan lebih banyak dari biasanya.     

Jarinya mengetuk meja dua kali.     

"Ehem, ada apa?" tanya Jiang Tingxu yang sudah tidak bisa menahan diri lagi.     

Mo Boyuan akhirnya paham. Seketika ia merebut sumpit Jiang Tingxu dan langsung melemparkannya ke dalam mangkuk, "Sayang, kita bicara."     

Sontak Jiang Tingxu mengangkat alis mendengar kata-kata serius itu, "Bicara tentang apa?"     

Pria itu tersenyum, "Hm, bicara tentang bagaimana mendapatkan keadilan!"     

"Hah?"      

Keadilan macam apa?     

Begitu Jiang Tingxu menoleh, pria itu dengan cepat mengangkat dagunya. Sesaat berikutnya, pasangan itu sudah berciuman.     

Bagaimanapun juga, mana mungkin kelinci putih kecil bisa mengalahkan serigala abu-abu besar yang sedang mengibaskan ekornya dengan gembira?     

Jika saja bukan karena salah satu dari mereka tidak sengaja menjatuhkan piring kecil di atas meja, ciuman itu tidak akan berhenti dengan cepat.     

Meski begitu, penampilan Jiang Tingxu saat ini terlihat tertindas dan menyedihkan.     

Pria itu melihat pecahan piring di lantai dan sangat kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.