Menjadi Istri Sang Bintang Film

Sudah Berapa Lama, Masih Saja Cemburu



Sudah Berapa Lama, Masih Saja Cemburu

0Mo Boyuan tidak membuat suara apa pun, tetapi hanya memeluk ibu dan anak itu. Dalam diam, ia memberikan dukungan dan kenyamanan.     
0

Sebenarnya, begini saja sudah cukup. Karena begitu membuat kata-kata penghiburan, kemungkinan Jiang Tingxu akan menangis lebih keras!     

Saat melihat putranya tidak mengerti, Mo Boyuan mengelus kepala kecil putranya, "Tetap bersama ibumu, mengerti?"     

Si Kecil itu menganggukkan kepalanya, "Ya!"     

Mo Boyuan baru saja mengambil barang-barang yang diserahkan Leng Zheng. Ia lalu menyenggol lengan Gu Yanzhi pada saat yang bersamaan.     

Setelah Gu Yanzhi melihatnya, ia tentu saja mengerti bahwa ia dan Mo Boyuan harus pergi ke tempat yang biasa digunakan untuk membakar kertas dupa.     

Untungnya, tidak ada penggemar di sekitar sini. Jika tidak, saat mereka melihat dua sosok teratas industri hiburan sedang membakar kertas dupa di sini, dikhawatirkan akan menjadi berita yang luar biasa.     

Lagi pula, di zaman ini, kebanyakan orang menjadi ateis dan tidak percaya dengan ritual seperti ini sama sekali.     

Tapi nyatanya, selama beberapa tahun-tahun ini, Mo Boyuan dan Gu Yanzhi datang ke sini setahun sekali. Meskipun belum pernah bertemu dalam beberapa tahun ini, mereka berdua tidak ragu untuk saling menghormati dalam ritual ini.     

Sedangkan si Kecil yang berdiri tidak jauh dari sana, melihat dua pria dewasa itu sedang menyalakan api dan membakar barang-barang. Dia menarik-narik lengan Jaiang Tingxu.     

Jiang Tingxu sudah berangsur tenang dan mulai menjelaskan kepada putranya, "Tidak apa-apa. Mereka mengantarkan barang-barang ke Kakek."     

Hah? Mengantarkan... barang? Bukankah mereka sedang membakar kertas?     

Menyadari bahwa penjelasannya pasti berbeda dari apa yang dibayangkan si Kecil, Jiang Tingxu tidak berniat untuk terus menjelaskan, "Ya, jika kamu memiliki sesuatu yang ingin kamu katakan kepada Kakek, kamu bisa berbicara di depan batu nisan yang nanti akan langsung bisa didengar Kakek!"     

"Baiklah, Ning Ning akan pergi sekarang."     

Si Kecil bergegas maju dan Wen Jie bertanya padanya, "Apa yang kamu lakukan di sini?"     

"Eh, Jiang Tingxu bilang Ning Ning bisa berbicara dengan Kakek. Katanya Kakek dapat mendengar dari sini."     

Wen Jie mengangguk dengan cepat, "Ya, ibumu benar. Kalau begitu Ning Ning katakan kepada Kakek, Nenek Wen akan mendengarkan doa Ning Ning."     

Wen Jie melangkah mundur. Di sana, si Kecil benar-benar berjongkok di batu nisan dan berkata, "Kakek, Ning Ning datang menemuimu untuk pertama kalinya hari ini. Ternyata Kakek sangat hebat dan seorang pahlawan!"     

Setelah itu, si Kecil terus berbicara, sedangkan Wen Jie berdiri bersama Jiang Tingxu.     

"Ayahmu sudah pasti tidak sendirian di sana karena banyak rekan seperjuangan yang menemaninya. Hanya saja dia pasti mencemaskanmu. Namun, setelah kamu memiliki suami yang baik seperti Xiao Mo di sisimu, ayahmu pasti tidak khawatir lagi."     

Jiang Tingxu malah berkata, "Ayahku tidak hanya mengkhawatirkanku, tetapi juga Bibi Wen dan Gu Yanzhi. Dia dulu sangat mengkhawatirkan Gu Yanzhi."     

Wen Jie menggelengkan kepalanya, "Kamu ini~"      

Terus saja cemburu, padahal sudah bertahun-tahun berlalu!     

Tidak peduli berapa tahun, ingatan yang disimpan Wen Jie pada tahun-tahun itu adalah salah satu dari sekian banyak kenangan bersama Ayah Jiang! Oleh karena itu, memang seharusnya tetap menyimpan semua kenangan yang dulu pernah dilakukan bersama. Jika dilupakan begitu saja, kenangan itu akan lenyap ditelan waktu.     

"Bibi Wen, ngomong-ngomong tentang Keluarga Gu, sebenarnya aku pernah bertemu sekali dengan Paman Gu di Yuncheng."     

Saat membicarakan mantan suaminya, wajah Wen Jie tetap sangat tenang, "Ya, saat dia mencariku di rumah sakit waktu itu, dia bilang dia dipindahkan ke kantor polisi Yuncheng.     

"Jika memang Nyonya tua Gu sudah tidak tertolong lagi, maka Yanzhi ...."     

Wen Jie menghela napas, "Aku tadi sudah membujuknya di dalam mobil, tapi anak itu tidak mau mendengarkan!"     

Jiang Tingxu mengerucutkan bibirnya, "Jika dia benar-benar tidak ingin pergi, ya sudah lupakan saja, lagi pula Keluarga Gu juga punya begitu banyak anggota keluarga!"     

Jiang Tingxu tidak ingin mempersulit Gu Yanzhi. Di satu sisi, kakaknya terluka dan di sisi lain, tidak semudah itu untuk bisa memutus hubungan darah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.