Menjadi Istri Sang Bintang Film

Harus Berbakti kepada Ayah Mertua



Harus Berbakti kepada Ayah Mertua

0Mana mungkin Gu Yanzhi bisa mengatakan bahwa ia ingin sekali memukuli pria sialan yang memegang adik perempuannya itu? Sungguh menyakitkan melihatnya!     
0

Beberapa orang tidak menyadari bahwa ada mobil hitam yang diparkir di luar gerbang. Setelah mengawasi situasinya, orang-orang di dalam menghubungi seseorang, "Devil, mereka sudah sampai."     

Di sisi lain telepon, terdengar sebuah suara menjawab, "Hm, aku mengerti. Aku segera keluar."     

Namun, Jiang Tingxu sudah memasuki gerbang pemakaman dan tetap berpapasan dengan orang itu.     

Karena tidak akrab, saat berjumpa pun mereka tidak saling menyapa. Meskipun bertemu,mereka seperti orang asing yang hanya lewat begitu saja.     

Mo Boyuan dan Jiang Tingxu berjalan di barisan paling akhir. Ketika orang itu lewat, Jiang Tingxu menatapnya dengan heran.     

Namun, ia segera tersadar kembali karena Mo Boyuan, "Apa yang kamu lihat? Apakah pria itu lebih tampan dari aku?"     

Ketika berbicara tentang ketampanan, hanya ada sedikit orang yang bisa dibandingkan dengan Raja Film Mo.     

Banyak artis pria pendatang baru di industri hiburan memiliki wajah yang setipe dengan Mo Boyuan. Hanya saja tidak ada yang bisa memiliki apa yang Tuhan berikan untuk Mo Boyuan.     

Tidak peduli seberapa banyak para aktor itu melakukan operasi plastik, mereka tidak akan bisa menandingi ketampanan Mo Boyuan!     

Aura bawaan menentukan segalanya! Mo Boyuan lahir dari keluarga kaya raya. Ia langsung berdiri di puncak piramida segera setelah ia lahir. Hal-hal inilah yang tidak bisa ditiru oleh orang biasa.     

Orang-orang mengatakan bahwa perbedaan antara orang kaya baru dan orang kaya sejati bisa dibedakan dengan sangat jelas.     

Jiang Tingxu menghela napas beberapa kali. Ia tidak ingin terus berbicara dengan orang narsis ini!     

Pria ini adalah pria yang tidak akan menyerah dan tidak akan membiarkan istrinya pergi, "Katakan, apakah aku atau dia yang lebih tampan?"     

"Bisa diam, tidak?"      

Pertanyaan macam apa itu? Apakah pria ini tidak bisa menghilangkan sifat kekanakannya?!     

Wajah Mo Boyuan menunjukkan rasa canggung. Dalam 30 tahun hidupnya, ia tidak pernah berpikir dirinya akan bertindak begitu naif!     

Namun, karena pertanyaan itu sudah ditanyakan, ia harus mendapatkan jawabannya meskipun bersikeras dan harus bersiap menerima kenyataan terburuk!     

"Jawab dulu pertanyaanku."     

Jiang Tingxu berusaha menarik tangannya beberapa kali, namun ia tidak bisa lolos, "Aku tidak mau menjawabnya, lepaskan aku. Jika kamu tidak melepaskannya, aku akan memanggil orang-orang!"     

"Siapa yang akan kamu panggil?"     

"Kakakku ada di sini!"     

Begitu teringat kakak iparnya, api kesombongan Mo Boyuan yang tidak takut pada siapa pun kini tiba-tiba padam.     

"Bagaimana pria itu bisa setampan aku? Jika kamu memilihnya, matamu benar-benar harus diobati," ucap Mo Boyuan mengoceh dengan sembarangan.     

Jiang Tingxu pura-pura tidak mendengarnya. Setelah mengibaskan tangan pria itu, ia langsung berjalan cepat. Sementara pria yang ditinggalkannya itu, hanya terdiam dan mengikutinya dari belakang.     

...     

Ketika mereka sampai di makan Ayah Jiang, terlihat jelas bahwa area sekitar batu nisan telah dibersihkan dengan sangat bersih. Seperti memang dibersihkan setiap hari.     

Wajar saja, Mo Boyuan sudah membayar biaya pembersihan tambahan ke pihak pengelola makam setiap tahun. Kalau tidak, bagaimana mungkin kuburan ayah Jiang begitu bersih setiap harinya?     

Orang yang punya banyak uang memang mengerikan sejak zaman kuno!     

Namun, ada sepasang bunga krisan segar di depan batu nisan ayah Jiang, yang sepertinya baru saja diletakkan.     

Siapa yang sudah mampir ke sini sebelumnya?      

Leng Zheng dan rekan-rekannya membawa sekeranjang bunga yang telah mereka siapkan sebelumnya dan mulai meletakkannya di sekitar batu nisan satu per satu. Terakhir, mereka mengeluarkan dua botol alkohol Maotai dan menaruh satu dupa tembakau di atasnya.     

Tembakau dan alkohol, sebagai menantu, Mo Boyuan harus berbakti kepada ayah mertuanya!     

Mata besar si Kecil menatap pada orang-orang dewasa di sekitarnya yang kini menatap kuburan dengan wajah sedih. Ia pun berusaha menahan diri untuk tidak bertanya.     

Si Kecil lalu mengikuti Wen Jie untuk mengambil dua karangan bunga dari keranjang dan meletakkannya di sebelah dupa dan alkohol.     

Sebenarnya, si Kecil sudah bisa membaca situasi. Jika dibandingkan dengan anak lain, kemungkinan besar anak lain akan bertanya lebih dulu apa yang harus dilakukan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.