Menjadi Istri Sang Bintang Film

Menggoda Ibu Mertua



Menggoda Ibu Mertua

0Mo Boyuan tidak hanya tinggi dalam IQ. Kecerdasan emosionalnya juga sangat tinggi. Tapi sepertinya EQ-nya ini tidak ia perlihatkan ke sembarang orang.     
0

Itu hanya akan ditunjukkan kepada orang-orang spesial. Kebetulan semua orang di mobil ini memenuhi syarat untuk menikmati kecerdasan EQ-nya.     

"Jiang Tingxu, Ning Ning ingin main ponsel," ucap si kecil secara tiba-tiba.     

"Jangan bermain terlalu lama, hanya dua puluh menit."     

"Baiklah."     

Saat Jiang Tingxu akan menyerahkan ponselnya, pria yang duduk di sebelah kemudi itu juga menyerahkan ponselnya pada si Kecil, "Ponsel ibumu bisa ada telepon masuk kapan saja, bagaimana kalau ada kejadian yang tidak terduga? Bagaimana kalau gara-gara kamu mainkan malah jadi mengganggunya? Pakai yang ini saja."     

Si Kecil tidak setuju dengan apa yang dikatakan ayahnya dan segera protes, "Ning Ning tidak mengganggu Jiang Tingxu!"     

"Tidak boleh!"     

Saat melihat sikap tegas ayahnya, si Kecil hanya mengerucutkan bibirnya dan tidak punya pilihan lain selain mengambilnya.     

Si Kecil yang menahan diri seperti ini sungguh terlihat menyedihkan.     

Jiang Tingxu diam-diam mengambil kembali ponselnya dan merasakan Bibi Wen yang sedang terkekeh di sebelahnya. Jiang Tingxu mencoba memejamkan matanya.     

Tetap Jiang Tingxu tidak bisa dengan mudah mengabaikannya begitu saja. Ia juga tidak bisa mencegah kesan baik terhadap Mo Boyuan yang kembali dirasakan Wen Jie!     

Seorang pria yang berada di puncak dunia hiburan sangat yakin dan tanpa ragu memberikan ponselnya untuk dimainkan putranya tanpa pikir panjang. Terlebih lagi di sana ada ibu dari putranya. Pria itu sama sekali tidak khawatir jika ada sesuatu yang tiba-tiba muncul di ponsel itu.     

Tindakan Mo Boyuan secara otomatis menunjukkan bahwa tidak ada hal jahat di hatinya, apalagi sesuatu yang ia tutupi di belakang istrinya.     

Ini benar-benar sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Mo Boyuan mendapatkan kesan baik dari ibu mertuanya secara bertubi-tubi.     

Wen Jie juga orang yang berpengalaman, ia sangat sensitif dalam hal seperti ini.     

Bagaimanapun, ayah Gu Yanzhi waktu itu... ah, sudahlah. Sudah bertahun-tahun berlalu, tidak layak untuk disebutkan kembali.     

"Xiao Mo, lain kali suruh Ting Ting agar lebih sering membawamu ke rumah untuk makan bersama."     

Ketika bisa mendapatkan hati ibu mertua, itu berarti identitasmu telah diakui!     

Wajah Mo Boyuan tersenyum lebih cerah, "Ah, baiklah. Aku yakin aku nanti akan sering datang berkunjung. Maaf jika nanti malah merepotkanmu, Bibi Wen."     

"Mana mungkin, bagus kalau kamu bisa datang setiap hari."     

"Baiklah, aku akan datang setiap hari kalau ada waktu."     

Wen Jie sangat senang digoda. Sementara Jiang Tingxu di satu sisi sudah menutup matanya, namun ia tidak tidur.     

Keduanya di dalam mobil berbicara begitu banyak, jadi bagaimana mungkin Jiang Tingxu bisa tidur?     

Dalam hatinya, ia membenci pria ini yang tidak tahu malu dan berbicara seenaknya.     

Siapa juga yang mau setiap hari datang bersamamu? Siapa yang setuju?     

Di dalam mobil ini, suasana menjadi lebih hangat.     

Para pengawal yang kini mengemudi telah dilatih dengan intensitas tinggi setiap harinya. Mereka tidak perlu istirahat di tengah jalan. Mereka berkendara langsung ke Jincheng dengan satu pedal gas.     

Setelah melewati gerbang tol Jincheng, Wen Jie melihat ke luar jendela, "Setiap aku kembali setiap tahun, aku selalu menyadari ada perubahan besar. Tampaknya panda ini tidak ada di situ saat aku berkunjung terakhir kali."     

"Benar." Wen Jie memiliki ingatan yang baik, bahkan dapat mengingat jika memang tidak ada sesuatu di rerumputan ini setahun yang lalu.     

Si Kecil hanya melirik. Ia terlihat tidak terlalu tertarik.     

Kakek dan Nenek Mo pernah membawa Ning Ning untuk melihat panda raksasa yang asli dua hari yang lalu. Ketika sudah melihat yang asli, tentu saja dia tidak tertarik pada yang palsu.     

Wen Jie melanjutkan, "Apakah langsung pergi ke makam?"     

Mo Boyuan dengan cepat menjawab, "Tidak, Bibi Wen. Kita sudah menempuh perjalanan selama beberapa jam. Lebih baik kita pergi ke hotel dan beristirahat sebelum pergi ke makam. Aku sudah menyuruh orang untuk mempersiapkan hotel sebelumnya, jadi tidak akan menunda jadwal apa pun."     

Wen Jie tidak berkomentar lagi. Ketika sampai di depan sebuah hotel resor yang belum resmi dibuka untuk umum, mobil mereka terhalang oleh beberapa mobil yang sudah datang terlebih dahulu.     

Gu Yanzhi, yang berada di mobil pertama, melihat wajah orang-orang yang turun dari mobil di depan dengan tatapan tajam. Alisnya yang tebal segera berkerut dan berkata kepada pengawal yang mengemudi, "Percepat atau putar balik. Jangan sampai ibuku melihat mereka."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.