Menjadi Istri Sang Bintang Film

Pertemuan Offline



Pertemuan Offline

0Jangankan di departemen lain, bahkan di departemen mereka sendiri pun juga ada.     
0

Sejak hari pertama Jiang Tingxu magang di UGD, sudah ada orang yang memperhatikannya.     

Ini sungguh memalukan. Jiang Tingxu langsung menarik kepala perawat pergi ke ruangan lain.     

"Pffft~ Dokter Jiang, wajahmu memerah? Benar juga, sudah sewajarnya anak muda itu pemalu."     

Setelah mendengar godaan dari kepala perawat, Jiang Tingxu merasa semakin tidak enak hati, "Berhenti bicara. Ini sungguh memalukan."     

Tapi jelas, kepala perawat tidak berpikir begitu. "Apanya yang memalukan? Santai saja. Orang-orang itu hanya bercanda. Kamu terlalu menganggap mereka serius, makanya jadi terasa memalukan. Perlakukan mereka seperti biasanya saja. Bukankah sebelumnya kalian semua akur-akur saja?"     

Ucapan kepala perawat ada benarnya. Setelah Jiang Tingxu tenang, kepala perawat pun meninggalkannya untuk melanjutkan pekerjaan.     

Di sisi kantor utama, Pei Rusi berdiri di depan patung kerangka manusia dengan ekspresi berpikir. Wajahnya semakin serius dari waktu ke waktu.     

Tidak lama kemudian, ia tersenyum sambil menggumamkan sesuatu pada dirinya sendiri. Karena kantor utama ini cukup luas, kantor lain tidak akan bisa mendengar apa yang sedang ia gumamkan.     

"Ketua, tolong tanda tangan."     

Seorang dokter laki-laki datang dengan sebuah dokumen yang perlu ditandatangani.     

Pei Rusi mengambil dokumen itu dan membacanya. Ia mengeluarkan pena dari saku jas putihnya. Setelah membuat beberapa coretan, ia kemudian menulis namanya.     

"Baiklah, ini."     

"Terima kasih, Ketua. Kenapa Ketua terus menatap patung kerangka ini? Apa ada masalah?"     

Pei Rusi menggelengkan kepalanya dan menjelaskan, "Tidak, aku hanya baru menyadari sesuatu."     

Sebelumnya, Pei Rusi memang salah mengartikan.     

Pei Rusi memang memiliki kesan yang baik terhadap Dokter Jiang. Namun, selama ini ia menganggap perasaannya hanyalah sekedar untuk menghargai dokter muda ini.     

Karena meskipun Dokter Jiang baru saja menyelesaikan magangnya, keahliannya sudah di atas rata-rata.     

Lebih terampil daripada kebanyakan dokter yang telah berpraktik selama bertahun-tahun dalam bidang klinis.     

Orang yang cakap, di mana pun mereka berada, pasti akan selalu dihargai oleh orang lain.     

Tapi sekarang, Dokter Jiang sudah menikah dan punya anak. Jika Pei Rusi benar-benar nekat untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan perasaannya, maka ia akan menghancurkan keluarga orang lain. Sejak kecil, ia dididik untuk tidak melakukan hal seperti itu. Ia masih punya kesadaran atas dirinya sendiri.     

Jika Pei Rusi melakukannya, itu namanya menghancurkan diri sendiri dan orang lain!     

Pikiran Pei Rusi saat ini tentu saja tidak diketahui siapa pun kecuali dirinya sendiri.     

Karena masih ada sekitar sepuluh menit sebelum jam istirahat selesai, semua orang jadi punya waktu lebih untuk bersantai di kantor.     

Jiang Tingxu bersandar di kursinya sambil membolak-balik data pasien. Dokter Liao dengan tenang memainkan mahjong di ponselnya, sementara Dokter Guan terus berteriak sambil bermain video game di ponselnya.     

Pada akhirnya, Dokter Guan kalah.     

"Wow, sialan! Aku tidak mau main lagi. Permainannya jelek, tidak asyik!"     

Jiang Tingxu penasaran, kursinya pun meluncur ke belakang, "Permainan apa yang kamu mainkan?"     

"Honor of Kings."     

Apa itu?     

"Dokter Jiang, apakah kamu ingin bermain game? Aku akan bermain denganmu."     

Jiang Tingxu langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak bisa bermain game sejak aku masih kecil."     

Itu pasti benar. Jiang Tingxu terlalu rajin dalam pelajaran, sehingga tidak memiliki waktu untuk bermain dan selalu kalah dalam permainan. Karena sangat memalukan, ia memilih untuk tidak bermain saja.     

"Ini sangat seru."     

"Tidak. Omong-omong, katamu kamu bertemu banyak teman setelah main game. Bagaimana dengan mereka? Apakah masih berlanjut?"     

Begitu membicarakan hal ini, raut wajah Dokter Guan sedikit terkejut dan kesal.     

"Hah, jangan sebutkan. Padahal saat online bisa menjadi teman yang cocok, tapi setelah bertemu, mereka ternyata bermuka dua. Memang mereka bisa bermain game dengan handal, tapi mulut mereka terus saja bicara tentang perempuan!"     

Eh... perempuan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.