Menjadi Istri Sang Bintang Film

Menggigit Orang



Menggigit Orang

0Meskipun Mo Xu diabaikan ibunya, tetap tidak mengubah fakta bahwa ia benar-benar kelaparan.     
0

"Bibi, ambilkan aku piring dan sumpit."     

"Baik, Tuan muda kedua. Tunggu sebentar."     

Mo Xu duduk di kursi kakak iparnya dan mulai menggoda keponakan kecil yang duduk di sebelahnya, "Aku tadi mendengar... kalau kamu ingin menemani tidur?"     

Quadra Kill!     

Tiba-tiba tatapan ganas dan kemarahan si Kecil meluap kepada Mo Xu.     

Kesabaran si Kecil sudah habis!     

Kenapa Paman kedua masih saja menyebutkan masalah ini!     

Apa mereka tidak bisa melupakannya?     

Tentu saja mereka tidak melupakan ucapan Ning Ning begitu saja, bahkan Mo Xu pun menambahkan, "Kapan giliranmu menemani Paman kedua tidur?"     

Penta Kill!     

Si Kecil yang marah tidak bisa menahan diri lagi. Wajahnya garang seperti singa kecil. Seolah-olah ia memamerkan giginya yang tajam, lalu menerkam tangan Mo Xu dan menggigitnya.     

"Awh! Itu sakit!"     

Tidak butuh waktu lama, seluruh ruangan sudah dipenuhi dengan suara kesakitan Mo Xu.     

Gigi kecil yang tajam itu menggigit kulitnya dengan keras hingga membuatnya kesakitan.     

Bukannya Mo Xu tidak bisa melepaskan diri, tetapi jika ia memaksa menarik tangannya, itu pasti akan menyakiti si Kecil. Jadi, ia hanya bisa menahan diri.     

Orang-orang di meja makan sebenarnya sedang menikmati pemandangan itu. Tapi setelah beberapa saat, Ibu Mo dengan cepat mendekat dan perlahan berkata, "Ning Ning anak baik, coba dengarkan Nenek. Lepaskan tangan pamanmu dulu, ya?"     

Pada saat ini, Kakek Mo dan Ayah Mo juga menyadari tindakan itu tidak baik. Mereka satu per satu berdiri mengikuti Ibu Mo.     

"Aduh, cicitku yang baik. Jangan gigit Paman keduamu, dagingnya tidak enak."     

Mo Xu yang kesakitan dan hampir menangis sudah bersiap menunjukkan aktingnya setelah mendengar ucapan dari kakeknya.     

Untungnya, singa kecil yang marah itu akhirnya melepaskan tangannya.     

Kulit di punggung tangannya membentuk bekas gigitan berwarna merah.     

"Wow, Mo Zhining. Dasar bocah nakal!"     

Namun, begitu Mo Xu mengeluarkan kalimat itu, mulutnya segera ditutup oleh ibunya, "Kenapa teriak-teriak? Kamu mengagetkan Ning Ning. Kalau kamu terus seperti itu Ibu akan memukulimu!"     

Mo Xu mengerutkan alisnya dan ingin sekali meminta belas kasihan karena dirinya sedang terluka sekarang.     

Ayah Mo berdiri di belakangnya dan hanya menepuk-nepuk pundak Mo Xu untuk menenangkannya, "Obati lukamu dulu."     

Tentu saja Ning Ning bebas dari kewajiban bertanggung jawab atas tindakannya.     

Jika disuruh memilih antara putra sendiri atau cucu, tentu saja lebih memilih cucu.     

Mo Xu mengikuti Paman Jin dengan perasaan sedih. Kotak obat telah disiapkan di atas meja teh.     

"Paman Jin, pelan-pelan."     

"Tentu, saya akan berusaha sebaik mungkin."     

Sedangkan Ibu Mo yang masih berada di sebelah si Kecil sibuk menasihati cucunya itu, "Jangan berkelahi dengan paman keduamu. Itu tidak baik."     

Sebenarnya si Kecil juga memiliki sedikit rasa takut di hatinya. Ini pertama kalinya ia menggigit orang. Ketakutan dan rasa bersalah tentu menghantuinya.     

Ibu Mo menarik si Kecil ke dalam pelukannya, "Sudah, sudah, tidak apa-apa. Paman keduamu memiliki kulit kasar dan daging yang tebal. Ia hanya terluka sedikit saja dan akan baik-baik saja setelah dua hari."     

Melihat cucunya terdiam, Ibu Mo segera melirik ke arah Ayah Mo untuk meminta bantuan.     

Ayah Mo jauh lebih tenang daripada istrinya, "Ning Ning, ayo lanjutkan sarapan dengan Kakek. Sebentar lagi paman keduamu juga akan bergabung."     

Namun, si Kecil tidak menggubris perkataan Ayah atau Ibu Mo. Justru dengan lemas ia berjalan ke Kakek Mo, "Kakek buyut~"     

Bisa dibilang, selama ini si Kecil menghabiskan waktu paling lama dengan Kakek Mo. Sementara dengan Ayah dan Ibu Mo hanya bertemu pada saat panggilan video.     

Pada masa-masa seperti ini, anak-anak sudah pasti akan mencari orang yang paling akrab dan dekat dengannya.     

Kakek Mo tidak mengatakan apa-apa lagi. Seperti biasa, ia hanya terkekeh dan meraih tangan cicit kecilnya, "Kakek buyut ada di sini."     

Begitu mendengar ucapan dari kakek buyutnya, raut wajah si Kecil menjadi lebih baik.     

Mo Xu telah diobati. Dua plester menggemaskan menempel di telapak tangannya. Terlihat sangat tidak sesuai dengan citra dirinya.     

Setelah kembali ke meja makan, Mo Xu melihat si Kecil berpindah duduk di samping Kakek Mo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.