Menjadi Istri Sang Bintang Film

Makan Diam-Diam



Makan Diam-Diam

0"Kamu senang bisa keluar?"     
0

"Ya, aku sangat senang. Ning Ning sangat senang bisa keluar dan bermain!"     

Bahkan anak ini mengatakan sangat hingga dua kali, itu berarti si kecil mengatakannya dengan jujur.     

Jiang Tingxu membelai kepala kecil putranya, "Kalau begitu, Ibu akan sering mengajakmu keluar kalau ada waktu."     

"Bagus!"     

...     

Kecepatan MRT sangat cepat. Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di stasiun dekat universitas.     

Namun, di stasiun ini juga sangat ramai. Jiang Tingxu tidak berani membiarkan putranya pergi sendiri, jadi ia menggendong Si Kecil dengan erat.     

Sebenarnya hanya butuh satu atau dua menit untuk keluar, tetapi saat ini butuh waktu lebih lama untuk bisa keluar.     

Setelah berhasil keluar, ibu dan anak itu menghirup udara segar dalam-dalam.     

Ini pertama kalinya Si Kecil menghadapi begitu banyak orang secara langsung. Tatapan matanya menjadi lebih bersemangat.     

Jiang Tingxu menurunkan si kecil, "Selanjutnya, jalan sendiri, ya."     

"Ya, baiklah."     

Lokasi restoran hot pot sangat mudah dicapai. Jaraknya tidak jauh dari stasiun, hanya butuh dua menit dengan berjalan kaki.     

Memang layak menjadi restoran dengan komentar tertinggi, karena pada saat ini juga tempatnya sudah penuh.     

Saat sedang mengantre, tiba-tiba Jiang Tingxu mendengar ada yang berkata, "Apakah kalian tahu? Aku dengar hari ini ada bintang yang datang ke sini."     

"Siapa?"     

"Gu Yanzhi!"     

"Ah, benarkah? Kak Yanzhi datang ke sini?     

"Kemungkinan beritanya memang benar, tetapi dia sudah pergi. Aku dengar dia datang ke sini siang tadi."     

Saat mendengar nama Gu Yanzhi, telinga Jiang Tingxu berusaha mendengar lebih tajam.     

Si Kecil kebetulan memperhatikan tingkah laku ibunya, lalu ia berbisik, "Jiang Tingxu, apakah kamu kenal Gu Yanzhi?"     

'Eh, bukankah anak ini terlalu pintar? Sampai bisa memahami pikiran.'     

"Kenal."     

Mendengar jawaban ibunya, Si Kecil mengerutkan bibirnya sebelum berbicara lagi. "Ning Ning pernah mendengar Paman Zhou menyebut nama ini sebelumnya. Katanya dia punya hubungan yang buruk dengan Ayah!"     

'Ternyata begitu... tapi, bahkan anak ini sampai tahu hubungan antara dua orang itu tidak baik. Ini sedikit keterlaluan'     

"Yah, Gu Yanzhi sebenarnya cukup baik."     

Jiang Tingxu pun tidak tahan untuk tidak mengatakan sesuatu tentang Gu Yanzhi.     

Namun siapa sangka, Si Kecil langsung mengangguk, "Ya, Ning Ning juga berpikir begitu. Sepertinya karena Ayah itu orangnya terlalu sombong!"     

Bisa dibilang, sebagai seorang anak, ia memiliki pemahaman yang mendalam tentang ayahnya.     

Ayah Si Kecil memang orang yang arogan.     

Pada saat ini, gadis-gadis muda itu melanjutkan, "Kak Yanzhi saja muncul, kenapa Raja film Mo kita tidak pernah kelihatan batang hidungnya? Dia seperti tidak hidup di negara ini saja."     

Begitu ada yang mengatakan ini, orang di sebelahnya langsung berbisik, "Kamu terlalu bermimpi. Kamu kira Raja film Mo itu siapa? Dia adalah Pangeran Agung keluarga Mo. Bagaimana bisa kita bertemu secara kebetulan dengan orang yang tidak biasa seperti dia?"     

Jiang Tingxu dan putranya menjauh tanpa suara karena tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Kenapa saat ia pergi ke mana pun selalu saja mendengar nama pria itu?     

Untungnya, setelah menunggu beberapa saat, tiba saatnya giliran ibu dan anak itu. Akhirnya, tidak perlu lagi mendengarkan gosip-gosip itu.     

Karena bersama Si Kecil, Jiang Tingxu langsung memesan bebek lebih dulu. Baru diikuti dengan menu yang diperlukan untuk hot pot, seperti babat, kulit, usus angsa, daging sapi, dan lain-lain.     

Tentu saja, anak-anak tidak bisa makan ini, jadi Jiang Tingxu juga memesan banyak sayur.     

Ibu dan anak itu makan penuh dengan keringat. Benar-benar tidak bisa berhenti.     

Si Kecil dengan cekatan mengambil bakso dari sisi ibunya, sementara ibunya tidak memperhatikan.     

Ketika Jiang Tingxu melihat ke sampingnya, Si Kecil sudah memegang sendok sambil meniup bakso itu.     

Jiang Tingxu rasanya ingin menangis sekaligus tertawa.     

"Satu kali ini saja, lain kali tidak boleh."     

Karena Si Kecil sudah makan baksonya, tidak mungkin juga memintanya untuk memuntahkannya.     

Si Kecil sangat puas, lalu tersenyum dengan manis kepada ibunya sambil mengangguk, "Ya, ya, baiklah!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.