Menjadi Istri Sang Bintang Film

Bahasa Tubuh Mengatakan Sebaliknya



Bahasa Tubuh Mengatakan Sebaliknya

0Jiang Tingxu menemukan restoran hot pot dengan banyak komentar bagus yang diberikan oleh orang-orang. Letaknya di dekat universitas, cukup jauh dari rumah mereka.      
0

Jiang Tingxu melihatnya dengan serius. Semua komentar itu memang komentar asli dari pengunjung, bukan komentar yang dibuat-buat oleh restoran itu sendiri.     

Dengar-dengar, bahkan banyak artis diam-diam datang ke restoran ini.     

Satu-satunya hal buruk adalah saat sore hari selalu ada kemacetan super padat di daerah sekitar universitas. Pada umumnya, semua orang datang untuk makan.     

Oleh karena itu, Jiang Tingxu tidak memilih mengemudi sendiri ke sana, melainkan memilih untuk naik MRT.     

Si Kecil berpikir, 'Selama bersama dengan Jiang Tingxu, aku ikut saja.'     

Stasiun MRT masih jauh dari apartemen. Dibutuhkan sekitar lima atau enam menit dengan berjalan kaki. Jika ditambah dengan Si Kecil, setidaknya butuh waktu sepuluh menit untuk sampai.     

Untungnya, penghijauan di sekitar jalan dilakukan dengan baik. Trotoar ditutupi oleh pepohonan dan angin bertiup sepanjang jalan sehingga membuat udara tidak terlalu panas.     

"Jiang Tingxu, mengapa kamu pernah naik MRT?"     

Di tengah perjalanan, Si Kecil mengajukan pertanyaan dengan ragu-ragu. Pada nada bicaranya tersirat sedikit kesombongan. Tapi juga ada rasa iri. Iri kepada ibunya sendiri.     

Tentu saja Jiang Tingxu menyadari tatapan iri dari putranya, ia pun menarik sudut bibirnya, "Ibu dulu sering naik MRT saat masih kuliah. Di luar kampus kami ada stasiun MRT, jadi sangat mudah pergi ke mana pun. MRT juga sangat cepat!"     

Si Kecil mulai menghitung jarinya sambil bergumam, 'TK, SD, SMP... SMA, kuliah.'     

"Jiang Tingxu, Ning Ning masih butuh waktu yang sangat lama untuk kuliah!"     

"Eh, benar juga. Memangnya ada apa?"     

Si Kecil menisap ingus di hidungnya sambil mengerucutkan bibir, "Tidak apa-apa. Aku hanya berpikir masih butuh waktu yang lama untuk masuk kuliah."     

Jiang Tingxu tertawa, "Nak, itu tidak akan lama. Semua akan tiba dalam sekejap mata. Lihat saja, kamu telah tumbuh sangat besar, bukan? Padahal dulu hanya seperti bakso."     

'Hah?'     

"Apakah dulu Ning Ning adalah bakso?"     

Saat membayangkan bentuk bakso yang bulat, Si Kecil menggelengkan kepalanya dan dari lubuk hatinya yang paling dalam tidak mau mengakuinya.     

"Iya, benar. Bakso yang menggemaskan. Kamu ingin melihat fotonya?"     

Jiang Tingxu masih memiliki foto putranya sesaat setelah lahir di dalam ponselnya.     

Awalnya, Si Kecil ragu-ragu tapi akhirnya mengangguk, "Ya, mau lihat."      

Sifat yang khas dari anak ini adalah bicara terus terang.     

"Tunggu sebentar, aku akan mencarinya di ponsel."     

Ketika Jiang Tingxu melihat ponselnya, Xiao Ning Ning menarik sudut pakaian ibunya dengan penuh perhatian. Itu agar Jiang Tingxu tidak menginjak daun kering atau benda lainnya.     

Jika ada batu atau benda lain, ia akan menarik ibunya ke arah lain.     

Karena waktu sudah berlalu kira-kira tiga tahun, jadi Jiang Tingxu mencari sedikit lebih lama, "Ini Nak, lihatlah."     

Ketika Si Kecil melihat wajah dengan kulit keriput kemerahan seperti pantat monyet itu, ia merasa sedang melihat foto seorang lelaki tua kecil dan itu membuatnya terkejut setengah mati.     

"Jiang Tingxu, apa... apa kamu menunjukkan foto yang salah? Itu pasti bukan Ning Ning, kenapa jelek sekali?!"     

"Pffft~ Hahaha~ Yah, itu kamu saat baru saja keluar dari perut Ibu. Semua bayi memang seperti ini. Setelah beberapa waktu berlalu, dia akan terlihat lebih baik. Kalau tidak percaya lihat saja sendiri."     

Si Kecil tidak bisa menerimanya. Ia sedikit menyipitkan matanya dan melihat foto-foto di ponsel Jiang Tingxu secara lebih dekat. Setelah melewati beberapa foto, seperti yang dikatakan ibunya, saat sudah tumbuh besar terlihat lebih enak dilihat.     

Mata bayi Ning Ning yang awalnya tertutup, tiba-tiba terbuka menjadi mata besar dan berkaca-kaca. Warna kulitnya putih lembut dan seluruh tubuhnya montok, seperti roti kukus kecil.     

Benar-benar mirip seperti bakso.     

Namun, meskipun di bibir bilang tidak suka, setelah melihatnya sendiri, Si Kecil pun mengedipkan mata dengan enggan. Ia mengulurkan tangan untuk melihat ponsel dengan lebih jelas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.