Menjadi Istri Sang Bintang Film

Mo Zhining, Sudah Kerjakan PR?



Mo Zhining, Sudah Kerjakan PR?

0Tepat ketika Jiang Tingxu siap untuk memulai dengan Iodophor dan kapas, pasien wanita yang tadi menangis dan berteriak kesakitan itu tiba-tiba terdiam, "Dokter, tunggu sebentar!"     
0

Jiang Tingxu tertegun sejenak dan melihat pasien wanita itu mengeluarkan ponsel dari tasnya, "Itu, aku akan memotret dan membuat status dulu."     

Cekrek, cekrek, wanita itu mengambil banyak foto dari lukanya yang mengeluarkan darah dengan ponselnya.     

Sungguh, perilaku yang centil dari wanita muda ini membuat semua orang yang ada di ruangan terkejut!     

"Hei Nona, kamu yakin teman-temanmu ingin melihat kakimu yang berdarah-darah itu?" Jiang Tingxu hanya bisa mengomentari dalam hati.     

"Baiklah sudah. Dokter, Anda bisa mulai!"     

Jiang Tingxu tertegun untuk waktu yang lama, kemudian baru berdeham, "Ehem."     

Ketika kaki pasien wanita itu sudah selesai dibersihkan, telepon di saku jas putihnya berdering.     

"Dokter Jiang, ada telepon." Kepala perawat yang sedang berurusan dengan pasien lain mengingatkan Jiang Tingxu untuk mengangkat telepon.     

"Aku akan menyelesaikan ini dulu, baru aku angkat."     

Gendang telinga Jiang Tingxu rasanya akan remuk, dia benar-benar tidak sanggup lagi!     

Untungnya, teknologi yang digunakan Jiang Tingxu sangat bagus, dan kecepatan tangannya lebih cepat daripada dokter lain. Dia membungkus luka hanya dalam beberapa detik saja dan semua pekerjaannya pun rapi.     

"Jangan sampai lukanya terkena air hingga beberapa hari, jangan makan makanan pedas, lalu silahkan tunggu sebentar di sana, sebentar lagi akan ada perawat yang datang untuk memberimu suntikan."     

"Oke, oke, terima kasih, Dokter."     

Setelah itu, pasien wanita itu digendong pacarnya ke kursi di samping.     

Jiang Tingxu membersihkan semua barang di nampan dan mengeluarkan ponsel dari sakunya.     

"Hah? Panggilan dari Ning Ning?"     

Jiang Tingxu keluar dari ruang itu untuk menghubungi anaknya.     

Panggilan itu terhubung dengan sangat cepat, "Jiang Tingxu!" Suara menggemaskan dari si kecil pun meledak.     

Setiap kali mendengar suara putranya, hati Jiang Tingxu seolah dilumuri dengan madu.     

"Ya, ada apa menghubungiku?" Tanya Jiang Tingxu dengan lembut.     

"Jiang Tingxu, suruh para paman itu mengirimkan makanan untuk Ning Ning. Ning Ning ada di rumah!"     

"Eh?"     

"Kamu tidak di mansion tua?"     

"Ya, Ning Ning kembali lagi, Ning Ning lebih suka menunggumu di rumah."     

Pemikiran si kecil begitu sederhana, hanya saja, ada seorang pria yang menatap dengan ganas di sebelah si kecil.     

Jiang Tingxu sama sekali tidak tahu bahwa putranya bukan satu-satunya orang yang ada di rumah. Jiang Tingxu tahu ada Xiao Hua Hua yang mengawasi putranya, jadi tidak masalah jika putranya sendirian di rumah.     

Ketika mendengar apa yang dikatakan Ning Ning dan meminta seorang paman untuk mengantarkan makanan, tentu saja Jiang Tingxu paham bahwa putranya sedang menyuruhnya untuk memesankan makanan!     

"Kalau begitu, kamu ingin makan apa?"     

Di telepon, si kecil berpikir serius. "Steak, hamburger, kentang goreng, jus... lalu, Ning Ning juga ingin makan melon, yang dipotong kecil-kecil seperti waktu itu."     

"Boleh, kamu tunggu di rumah dengan baik, jangan menyentuh peralatan listrik di rumah. Ibu akan langsung pulang setelah selesai kerja."     

Jiang Tingxu benar-benar lupa bahwa radi pagi dia sudah berjanji pada seorang pria untuk pergi ke pesta amal!     

"Ya, ya, Ning Ning tahu."     

"Baiklah, Ibu tutup dulu, ya. Lalu ibu akan memesankan makanan untukmu."     

"Baiklah!"     

Di akhir panggilan telepon, si kecil melirik pria di sebelahnya. Pandangan si kecil itu penuh makna, "Ayah sangat menyedihkan. Jiang Tingxu tidak mengatakan dia ingin memesan untukmu!"     

Ck, ck, ck....     

Mo Boyuan menerima tatapan putranya dan langsung menjawab dengan mata dingin sambil bertanya, "Mo Zhining, apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaan rumahmu?"     

Tiba-tiba, si kecil yang baru saja menatap dengan bangga itu pun mulai berwajah sedih, "Ning Ning jatuh hari itu, dan kemudian... terluka. Kata Kakek, beberapa hari ini Ning Ning boleh tidak masuk kelas dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah, Kakek menyuruh Ning Ning istirahat di rumah. Ayah. Lihat, lihat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.