Menjadi Istri Sang Bintang Film

Paman Tak Dikenal Memberi Makanan untuk Ibu



Paman Tak Dikenal Memberi Makanan untuk Ibu

0"Berhenti! Mo Zhining, berhenti di sana!"     
0

"Eh?"     

Si kecil yang melesat seperti peluru pun akhirnya menghentikan langkah, dia mendongak, sama sekali tidak memahami maksud ayahnya.     

Mo Boyuan mundur dua langkah, kemudian baru berkata, "Jangan dekati aku!"     

Si kecil yang kotor mengerucutkan bibirnya. "Ayah, aku merindukanmu."     

Wajah Mo Boyuan berkedut, sebaliknya dia malah bertanya, "Di mana Kakek buyut?"     

Si kecil pun menunjuk ke arah belakang. "Kakek buyut sedang memancing."     

"Sepertinya ini adalah salah satu hobi Kakek tua itu sekarang, jadi Kakek menggali kolam ikan di halaman belakang rumahnya…"     

"Ayah, kapan kamu kembali?"     

"Kenapa kamu banyak bertanya?"     

"Kapan aku kembali, apa aku harus melaporkan semua kegiatanku padamu, anak nakal?"     

Saat ini, tubuh si kecil yang penuh lumpur itu tanpa sadar mendekat dan tiba-tiba terbang ke arah Mo Boyuan.     

"Ayah peluk!"     

Kaki Mo Boyuan langsung dipeluk oleh si kecil.     

Dia bukannya tidak bisa menghindar, tapi kalau Mo Boyuan menghindar, si kecil yang nakal ini pasti akan menerjang tanah.     

"Apa bisa dibilang anak ini tidak tahu malu?"     

"Anak ini ternyata mewarisi gen 'luar biasa' yang tidak tahu malu?"     

Si kecil yang memegang kaki ayahnya dan menggosokkan dirinya dengan sangat nyaman, lumpur di tubuh si kecil langsung menempel di kaki si pria yang terobsesi dengan kebersihan ini.     

"Mo-Zhi-Ning!"     

Dalam hati Mo Boyuan terus mengulangi bahwa anak ini adalah anak kandungnya sendiri, anak biologisnya....     

Namun, si kecil terlihat jelas tidak takut pada Mo Boyuan.     

"Ayah, kamu tidak mau memeluk Ning Ning? Jiang Tingxu setiap hari akan memelukku!"     

Mo Boyuan akhirnya mengambil si kecil yang memeluk kakinya, lalu mengangkat anak itu dan menggendongnya ke dalam pelukan.     

"Kamu tinggal bersama ibumu akhir-akhir ini?" Tanya Mo Boyuan.     

"Ya, sebelumnya Jiang Tingxu datang menjemput Ning Ning sepulang kerja setiap hari, tapi sekarang ada bibi Hua Hua."     

"Bibi Hua Hua?"     

Meskipun si kecil tidak melihat ekspresi penasaran di wajah ayahnya, namun dia tiba-tiba mengatakannya sendiri dengan lantang kepada ayahnya.     

"Bibi Hua Hua adalah Xiao Hua Hua, dia adalah temannya Jiang Tingxu. Karena Jiang Tingxu sangat sibuk, sekarang bibi Hua Hua yang mengantar dan menjemput Ning Ning. Lagi pula, Hua Hua sangat kuat!"     

Mo Boyuan berjalan masuk dengan memeluk bocah laki-laki.     

"Apa lagi yang terjadi selama tidak ada aku?" Tanya Mo Boyuan.     

Si kecil sama sekali tidak merasa bahwa dirinya masuk jebakan ayahnya.     

"Banyak sekali!"     

"Katakan padaku."     

"Jiang Tingxu akan membawa Ning Ning keluar untuk makan makanan lezat. Ning Ning juga mengunjungi mal yang sangat ramai. Ning Ning duduk di keranjang belanja sambil didorong. Oh iya, Ayah, Ning Ning melihat Jiang Tingxu menyelamatkan seorang paman yang jatuh terkapar tidak sadarkan diri."     

Si kecil terus bicara tanpa henti, Mo Boyuan yang mendengarkan dengan serius pun terkejut.     

"Masih ada lagi?"      

"Eh? Memangnya ada lagi?" Si kecil menggosok kepalanya dengan tangannya yang berlumpur sambil berpikir dengan cermat.     

"Oh, benar, ketika Ning Ning dan Jiang Tingxu ada di rumah, ada paman yang sering mengantarkan makanan untuk kami, dan juga ada makanan lainnya."     

"Paman?"     

Saat mendengar ini, Mo Boyuan hampir membuang si kecil dari gendongannya.     

"Paman apanya?" Raut wajah Mo Boyuan sudah terlihat sangat jelek.     

Jika Mo Boyuan masih tenang setelah mendengar informasi dari putranya ini, tentu itu hal yang aneh.     

Mo Boyuan sendiri tidak di rumah, tetapi ada pria lain yang merayu istri dan putranya, bukankah itu namanya menumbuhkan bibit perselingkuhan?     

Si kecil pun menggelengkan kepala, "Tidak tahu, Ning Ning tidak mengenal mereka."     

Pria itu sangat marah sehingga dia mendengus, tetapi mendengar ucapan putranya dengan jelas.     

"Mereka?"     

Tiba-tiba, kemarahan yang baru saja menyelimuti Mo Boyuan pun menghilang dalam sekejap. Kali ini si kecil yang ditatap merasa bulu kuduknya berdiri.     

Sebelum si kecil bisa bereaksi, dia sudah dilempar ke bawah oleh ayahnya.     

"Jalan sendiri!" ujar Mo Boyuan dengan kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.