Menjadi Istri Sang Bintang Film

Tangan Kejam Tuan Mo



Tangan Kejam Tuan Mo

0"Heh! Dasar anak nakal tidak berguna!"     

Mo Boyuan langsung berjalan pergi. Sedangkan putranya yang dia anggap bodoh di belakangnya sama sekali tidak peduli.     

Setelah beberapa saat, Xiao Ning Ning yang bingung akhirnya mendapatkan kembali pikirannya, dan sepasang mata yang indah itu menatap tajam pada ayahnya.     

"Ayah terlalu jahat! Dia berani memanfaatkan Ning Ning!"     

Jiang Tingxu saat ini sama sekali tidak tahu bahwa dia telah dijual oleh putranya sendiri kepada suaminya.     

...     

Halaman belakang.     

Paman Jin yang berjaga di samping kakek Mo melihat begitu Mo Boyuan datang, wajah tuanya tidak bisa menahan kegembiraan.     

"Tuan muda sudah kembali?"     

"Ya, Paman Jin."     

"Tuan muda dan Tuan silakan berbicara terlebih dahulu. Saya akan pergi melihat keadaan di depan."     

Paman Jin segera pergi, tapi Kakek Mo masih tampak seperti Dewa tua. Dia menggerakkan pancingnya dari waktu ke waktu untuk melihat apakah ada ikan, mengabaikan cucunya yang berdiri di belakangnya!     

Bagaimana mungkin Mo Boyuan tidak tahu bahwa kakeknya sedang marah kepadanya? Hanya saja, sepertinya dia tidak melakukan kesalahan, bukan?     

"Kakek?"     

"Hmh~" Sebuah dengusan dingin terdengar dari Kakek.     

Kakek Mo memang marah!     

"Kakek, siapa lagi yang membuatmu marah?"     

Kakek pun akhirnya mendongak setelah mendengar pertanyaan ini, tatapannya begitu jelas bahwa orang yang membuatnya marah adalah orang yang sedang berada di hadapannya!     

Mo Boyuan menarik sudut mulutnya tanpa daya.     

"Bagaimana bisa aku mencari gara-gara? Beberapa waktu ini, aku tidak berada di negeri ini."     

Beberapa saat berikutnya....     

Entah bagaimana orang tua itu melakukannya, dia mengambil pancing dan memukulkannya ke cucunya.     

"Bocah sialan, bagaimana kau bisa mencari gara-gara denganku? Memangnya kau tidak memikirkannya? Kalau kau tidak dibereskan, kau benar-benar berpikir tidak ada yang bisa menyembuhkanmu?"     

Gambaran yang tidak muncul di halaman belakang selama bertahun-tahun pun kembali terulang.     

Tentu saja, sebagian besar waktu yang muncul itu adalah, Mo Xu yang dikejar dan dipukuli oleh keluarganya!     

Si kecil mengikuti ayahnya, tapi dia dicegah oleh Paman Jin sebelum memasuki halaman.     

Si kecil sebelumnya pasti akan memberontak dengan berbagai cara, namun kali ini dia sangat tenang.     

"Kakek Jin, apa kamu tahu Ayah akan dipukuli?" Tanya si kecil dengan penasaran.     

Paman Jin tersenyum. "Kebencian Kakek terhadap Tuan muda besar sudah terlalu lama menumpuk!"     

Karena itu, sebagai orang yang telah melayani orang tua itu hampir sepanjang hidupnya, bagaimana mungkin Paman Jin tidak mengetahui hal ini?     

"Kenapa?"     

Paman Jin berdeham, "Hm, karena Tuan sangat menyayangi Nyonya muda."     

"Jiang Tingxu?"     

"Ya!"     

Mulut si kecil berdecak, awalnya dia ingin membantu ayahnya, tapi saat mendengar ini, kaki kecilnya bertahan di tempat.     

Sementara Mo Boyuan dikejar oleh kakeknya dengan pancing, dia tidak bisa berlari terlalu cepat, dia harus berlari dengan kecepatan kakeknya. Pancing itu sangat panjang sehingga dia benar-benar bisa dicambuk dari waktu ke waktu.     

Kemudian, setelah kakek dan cucu itu saling mengejar selama lima menit, akhirnya mereka berhenti.     

Dalam hati Kakek pun sudah membuat perhitungan. Setidaknya dia sudah melepaskan lima atau enam cambukan. Karena sudah seperti ini, kali ini hentikan dulu hukumannya.     

Orang tua yang memiliki lengan dan kaki tua tidak cukup kuat bahkan jika dalam hati merasa tidak puas!     

Kakek Mo berkata dengan terengah-engah, "Anak nakal, kemari kamu!"     

Mo Boyuan menyentuh ujung hidungnya. "Kakek, kau ingin memukulku lagi?"     

Jika memang iya, Mo Boyuan tidak akan mendekat.     

Kakek Mo melotot. "Kau itu tahan banting, memangnya berguna jika aku memukulmu lagi? cepat kemari!"     

Mo Boyuan pun ke depan untuk memapah Kakek Mo dan berjalan menuju paviliun untuk beristirahat.     

"Kakek, bagaimana bisa aku membuatmu marah?"     

Kenapa Kakek begitu kejam memukuli Mo Boyuan?     

Kakek Mo meneguk teh, dan akhirnya perasaannya menjadi agak tenang, kemudiab dia baru mendongak.     

"Menurutmu?" Tanya Kakek Mo balik kepada Mo Boyuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.