Menjadi Istri Sang Bintang Film

Berteman dengan Kalkun



Berteman dengan Kalkun

0"Ya, itu memang mobil Nyonya muda."     
0

Si kecil langsung tersenyum cerah, dia kemudian mengambil tas sekolahnya dari tangan Paman Jin.     

"Kakek Jin, Ning Ning dan Jiang Tingxu pergi dulu. Kakek Jin bantu Ning Ning menjaga Kakek buyut, ya!"     

"Anak ini masih memiliki hati nurani. Lihatlah, dia bahkan masih mencemaskan kakek buyutnya."     

"Baiklah, baiklah, Tuan muda kecil jangan mengkhawatirkan hal itu."     

Menjaga dengan baik Tuan Mo memang sudah menjadi kewajiban Paman Jin.     

Mobil putih itu telah berhenti, lalu Jiang Tingxu keluar dari mobil untuk menyapa Paman Jin.     

"Paman Jin."     

"Nyonya muda, hari ini pulang kerja lebih awal?"     

"Ya, minggu ini jadwal pagi."     

Paman Jin pun mengangguk, "Tuan muda kecil sudah menunggu Anda sangat lama, sedangkan Tuan masih memancing ikan di halaman belakang. Apa Nyonya muda ingin masuk untuk menyapa Tuan?"     

Jiang Tingxu menggelengkan kepala, "Tidak, aku harus ke bandara untuk menjemput seorang teman, kali ini aku tidak mampir dulu, bantu aku menyampaikan salam untuk Kakek, Paman Jin."     

Si kecil yang ada di samping Jiang Tingxu pun merasa penasaran setelah mendengar ibunya akan menjemput seseorang di bandara.     

"Jiang Tingxu, siapa yang akan kita jemput di bandara?"     

"Jiang Tingxu bilang seorang teman? Tapi yang aku tahu, sepertinya Jiang Tingxu tidak punya teman selain Bibi Su dan Bibi Shen?" Pikir si kecil dalam hati.     

"Sebenarnya siapa yang akan dijemput Jiang Tingxu di bandara?" Dia merasa semakin penasaran.     

Jiang Tingxu pun mengusap dengan lembut kepala kecil putranya.     

"Seorang Bibi yang sangat hebat."     

"Hm?"     

"Sangat hebat? Memangnya, seberapa hebat orang itu?"     

Si kecil mengerucutkan bibir sambil berpikir keras, namun tangannya sudah membuka pintu mobil dan langsung duduk di kursi belakang.     

Jiang Tingxu Xu hanya tersenyum melihat putranya, kemudian kembali menatap Paman Jin.     

"Paman Jin, kami pergi dulu."     

"Baiklah, baiklah. Hati-hati di jalan, Nyonya muda."     

"Ya. Oh, iya, Paman Jin tidak perlu repot-repot menjemput Ning Ning besok pagi, akan ada orang yang mengantarnya kemari."     

Paman Jin ingin bertanya siapa yang akan mengantar Tuan muda kecil, namun saat ia akan bicara, ia menahannya lagi.     

"Baiklah!"     

...     

Di dalam mobil.     

Setelah Jiang Tingxu masuk ke dalam mobil, dia melihat si kecil yang duduk dan memasang sabuk pengamannya dengan benar di belakang.     

"Baiklah, kita langsung pergi."     

Mungkin si kecil masih belum terbiasa ditatap ibunya sendiri secara langsung seperti ini, jadi dia hanya menjawab, "Baiklah."     

...     

Mobil yang mereka kendarai melaju cukup kencang. Mereka pun tiba di bandara tiga menit lebih awal dari waktu yang dijanjikan Jiang Tingxu kepada Xiao Hua Hua sebelumnya, yaitu tiga puluh menit.     

Di kejauhan, Jiang Tingxu melihat sosok seksi yang ramping dan cantik sedang berdiri di pinggir jalan dengan sebuah koper sambil minum kopi, rambutnya bahkan dicat warna merah terang, tampilannya begitu mencolok di antara yang lain.     

Orang-orang yang lewat pun pasti akan menatapnya meski hanya sejenak.     

Si kecil yang duduk di belakang kursi juga melihat wanita itu. Jiang Tingxu membunyikan klaksonnya, lalu berhenti di depan wanita seksi itu dan menurunkan jendela mobil     

"Hei, Xiao Hua Hua, ayo masuk ke mobil."     

"Eh?"     

Xiao Hua Hua terdiam sejenak begitu melihat orang yang ada di dalam mobil.     

Karena terlalu banyaknya mobil yang lalu-lalang di depannya, Xiao Hua Hua hampir tidak tahu mobil mana yang membunyikan klakson. Untung saja Jiang Tingxu membuka kaca mobil, jadi dia bisa mengetahui mobil mana yang menjemputnya.     

Xiao Hua Hua pun membuka pintu mobil. Setelah duduk, dia terkejut karena ada seorang anak kecil yang menatapnya dengan tatapan jijik.     

Tatapan si kecil ini bukan tatapan jijik biasa, tapi terlihat sangat tidak menyukainya.     

"Jiang Tingxu, ini temanmu?"     

Jiang Tingxu menjawab "iya", tapi dia juga mendengar ada yang tidak beres dengan nada bicara putranya.     

"Ada apa?"     

Si kecil pun berdecak, lalu menjawab, "Sejak kapan kamu berteman dengan ayam kalkun?"     

Jiang Tingxu langsung terbatuk begitu mendengar ucapan putranya.     

Xiao Hua Hua pun juga begitu, dia bahkan sampai menyemburkan kopi starbucks yang dia minum dari mulutnya, lalu dia menatap si kecil di sampingnya dengan tatapan tidak percaya.     

"Siapa yang kamu bilang ayam kalkun?" Tanya Xiao Hua Hua.     

"Apa aku salah dengar? Apa-apaan ayam kalkun itu?"     

Si kecil seperti tidak takut, dia malah terus melanjutkan, "Memangnya siapa lagi selain kamu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.