Menjadi Istri Sang Bintang Film

Tiba-Tiba Merasa Tidak Nyaman Saja



Tiba-Tiba Merasa Tidak Nyaman Saja

0Hari ini rumah keluarga Mo jauh lebih hidup dari biasanya.     
0

Si kecil yang tadi terjatuh tidak perlu mengikuti beberapa kelas hari ini, dia benar-benar sangat bersemangat.     

"Kakek sangat baik, Kakek adalah yang terbaik~" Si kecil terus-menerus memuji Kakek Mo, Kakek Mo pun terus tertawa.     

"Karena ini kakek yang berbicara, kalau ayah di sini dia pasti tidak akan berkata apa-apa lagi!"     

"Tidak perlu belajar, ini benar-benar sangat menyenangkan!"     

"Eh, oh iya. Di mana Jiang Tingxu?"     

Jiang Tingxu sedang berdiri di ruangan yang sudah lama tidak ia datangi. Dia melihat sebuah foto pernikahan yang ada di dinding, lalu naik ke meja untuk menurunkan foto itu.     

Foto itu adalah foto pernikahannya. Sekarang, dia merasa dirinya dalam foto itu adalah wanita bodoh yang tersenyum manis dan merasa sebagai wanita paling bahagia di dunia, sedangkan di sebelahnya pengantin pria sama sekali tidak menunjukkan senyum, bahkan terlihat tidak peduli.     

Namun kenyataannya?     

"Heh!"     

"Sepertinya foto ini benar-benar merusak pemandangan." Jiang Tingxu mengambil gunting yang ada di sebelahnya, lalu dia memotong foto itu menjadi beberapa bagian dengan bunyi "krek' beberapa kali.     

"Kebahagiaan hanyalah bualan. Baru setengah jalan sampai ke langit, semoga di kemudian hari menemukan jalan masing-masing!" Kata Jiang Tingxu dalam hati.     

Tiba-tiba si kecil masuk dan melihat pemandangan itu. "Jiang Tingxu, kamu... kenapa kamu memotong foto itu menjadi berkeping-keping?"     

Jiang Tingxu pikir dia akan merasa lega setelah melakukan hal ini secara diam-diam. Tapi siapa yang menyangka, perbuatannya dipergoki oleh putranya sendiri secara langsung.     

Jiang Tingxu tidak tahu bagaimana menjelaskan perbuatannya.     

"Aku ...."     

Tanpa diduga, si kecil malah berlari mendekat lalu mendekatkan kepalanya ke tumpukan foto yang sudah disobek dan berserakan di lantai.     

"Ck ck ck, sayang sekali, semuanya rusak."     

Jiang Tingxu bertanya-tanya apa maksud putranya, dia pun bertanya dengan suara pelan.     

"Lalu?"     

Jiang Tingxu hanya melihat si kecil mendengus dua kali.     

"Bagus kalau begitu. Setiap kali melihat foto ini, aku merasa Ayah sedang menatapku! Menakutkan sekali!"     

Jawaban ini membuat mulut Jiang Tingxu berkedut beberapa kali, dan kemudian mengambil tumpukan potongan foto itu, lalu membuangnya ke tempat sampah.     

"Baiklah, kenapa kamu ke sini?"     

Si kecil itu meloncat-loncat di belakang ibunya.     

"Mencarimu."     

Setelah membersihkan kertas yang sudah dipotong berkeping-keping di lantai, Jiang Tingxu duduk di kursi balkon, si kecil dengan terampil naik ke kursi di hadapannya.     

Pelayan membawakan jus segar dan dua piring makanan ringan.     

Ibu dan anak itu terlihat sangat menikmati suasana minum jus dan makan makanan ringan.     

Si kecil masih merasa penasaran, meski sudah ditahan akhirnya dia menanyakan kegelisahannya. "Jiang Tingxu, apakah kamu benar-benar akan bercerai dengan Ayah?"     

Yang si kecil ketahui, dulu Jiang Tingxu sangat menyukai foto pernikahan itu. Dia selalu membersihkan debu di foto itu, bahkan dia melakukannya dengan hati-hati.     

Tapi barusan, Jiang Tingxu malah memotong foto pernikahan itu menjadi berkeping-keping dan tidak bisa dirangkai lagi.     

Si kecil memang pintar, dia sudah menebak hal ini sebelumnya. Sekarang, dia sudah yakin sepenuhnya.     

Jiang Tingxu terlihat ragu ketika mendengar ucapan putranya, sampai akhirnya dia mengangguk dan mengakui.     

"Ya!"     

"Lalu, apa kamu sudah berbicara dengan kakek tentang ini sebelumnya? Apa kakek setuju?"     

"Setuju."     

"Oh…" Lalu si kecil menundukkan kepala dengan perasaan tertekan.     

Setelah meletakkan gelasnya, Jiang Tingxu mengulurkan tangan untuk mengusap kepala si kecil.     

"Ada apa?"     

"Tidak ada. Kalau kakek sudah setuju, berarti kamu dan ayah pasti bercerai. Ning Ning akan menjadi anak yang benar-benar terkena dampaknya di masa depan."     

Siapapun yang mendengar kata-kata itu dari mulut si kecil, pasti akan merasa sangat sedih, apalagi ibu kandungnya sendiri.     

"Ning Ning ..."     

"Jiang Tingxu, tidak perlu dijelaskan, Ning Ning akan baik-baik saja. Ning Ning hanya, tiba-tiba merasa tidak nyaman, nanti juga akan segera merasa baik-baik lagi."     

Ini benar-benar menyakitkan. Air mata si kecil mulai mengalir setetes demi setetes, dari tangisan dalam diam menjadi tangisan yang semakin keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.