Menjadi Istri Sang Bintang Film

Aku Ingin Bercerai



Aku Ingin Bercerai

0Jiang Tingxu sayang dengan tiga orang dalam kehidupan terakhirnya, Bibi Wen, Kakek Mo, dan terakhir anaknya Ning Ning.     
0

Jiang Tingxu datang ke rumah keluarga Mo ketika ia berusia enam tahun. Selama hampir 20 tahun, Kakek Mo selalu menyayanginya dan tidak pernah berubah.     

Apalagi dalam beberapa tahun terakhir. Karena Jiang Tingxu magang di rumah sakit, dia hanya bisa beberapa kali pulang ke rumah tua ini. Setiap dia kembali, kakek Mo selalu bersemangat menyambutnya.     

"Kakek, aku sendiri saja yang menuangkan tehnya."     

Kakek Mo melambaikan tangannya. "Tidak, tidak perlu, aku saja. kedua tangan itu kamu gunakan untuk menyelamatkan orang dengan pisau bedah. Tanganmu sangat berharga, jangan sampai terkena panas."     

Jiang Tingxu pun tersenyum dengan hangat saat mendengar ucapan kakek ini.     

"Bagaimana bisa kakek berkata seperti itu? Lagi pula, aku bukan anak kecil lagi."     

Kakek Mo mengangkat alisnya dan berkata, "Di mataku, kalian semua masih anak-anak!"     

Memang benar, Kakek Mo hampir berusia 90 tahun. Baginya, anak-anak muda di keluarga ini sama saja dengan anak kecil.     

Jiang Tingxu merasa teh ini sangat enak, terlebih karena teh itu diseduh oleh kakek Mo.     

Teh Dahongpao dari gunung Wuyi yang asli ini dilelang beberapa tahun yang lalu dengan harga tinggi yaitu 208.000 yuan. Dalam beberapa tahun terakhir hanya ada 25 gram yang dijual, itu artinya seharga 5.220.000 yuan.     

Setelah meminum secangkir teh, Jiang Tingxu terlihat sangat kebingungan.     

Kakek Mo memperhatikannya. Bagaimana mungkin dia tidak bisa melihat ekspresi dari cucu menantunya?     

Kakek Mo meletakkan cangkirnya. "Bertengkar dengan Boyuan lagi?" tanya kakek Mo.     

Jiang Tingxu yang mendengar itu pun menggelengkan kepala.     

"Bukan."     

"Apa ... ada orang yang mengganggu kamu di rumah sakit? Jangan takut, beri tahu Kakek."     

Siapa yang berani mengganggu anggota keluarga Mo, maka orang itu tidak akan bisa menikmati sisa hidupnya.     

Mata kakek pun menjadi tajam.     

Jiang Tingxu dengan segera menjawab.     

"Tidak, Kakek, tidak ada yang menggangguku. Para pemimpin dan rekan-rekan di rumah sakit sangat baik."     

"Ck!"     

Tatapan mata kakek berubah sangat seperti sedang membalik halaman buku. Baru saja tatapannya begitu mematikan, sekarang tatapan itu hilang dalam sekejap dan berubah menjadi senyuman, menjadi kakek yang baik hati!     

Jiang Tingxu mencibirkan bibirnya, tatapannya juga tertuju pada kakek.     

"Kakek, aku sudah membuat keputusan!"     

"Hm? Tingxu punya keputusan apa? Katakan, Kakek akan mendengarkan," kata Kakek sambil mengangkat cangkir, kemudian meminum tehnya.     

Kerutan di alis Jiang Tingxu mulai mengendur, kemudian ia menarik napas dalam-dalam.     

"Aku ingin bercerai!"     

"Akhirnya bisa terucapkan!"     

"Pyarrr!"     

Cangkir teh berharga di tangan kakek langsung jatuh ke lantai dan pecah.     

"Tunggu, Tingxu, apa yang kamu bicarakan barusan?"     

Kakek Mo merasa dirinya sedang bermimpi!     

Sejak dulu Jiang Tingxu selalu mengejar Mo Boyuan, semua teman-temannya tahu akan hal itu, apa lagi keluarganya sendiri.     

Jadi, Kakek Mo sama sekali tidak percaya ketika mendengar kata-kata itu dari Jiang Tingxu!     

Sekarang Jiang Tingxu merasa bisa melanjutkan ucapannya..     

"Kakek, aku bilang aku ingin bercerai!"     

Tangan kakek pun gemetar setelah mendengar ucapan Jiang Tingxu lagi.     

"Tingxu, apa yang kamu katakan itu serius?"     

"Ya, Kakek, aku sudah mengambil keputusan."     

Kakek bersandar sejenak di kursinya, tiba-tiba pandangannya menjadi sangat gelap.     

Jiang Tingxu tidak berbicara lagi, dia sudah mengatakan apa yang seharusnya dia katakan. Lalu ia berdiri untuk mendekati kakek, lalu memeriksa denyut nadi kakek.     

Untungnya, Kakek Mo hanya terkejut. Tekanan darahnya sedikit tinggi, tapi seharusnya masih dapat dikendalikan.     

Ruangan itu menjadi sangat sepi. Setelah beberapa menit, Kakek Mo mulai berbicara lagi, dan suaranya menjadi jauh lebih serak dari sebelumnya.     

"Tingxu, apa kamu benar-benar yakin dengan keputusan ini?"     

"Ya."     

Kakek memejamkan mata dengan ekspresi yang terlihat jelas sangat kecewa. Tapi dia hanya menggelengkan kepala.     

"Baiklah. Karena kamu sudah memutuskan, Kakek pun tidak mungkin bisa mencegah. Hanya saja, Tingxu, masalah ini bukanlah masalah kecil, kamu harus berpikir jernih lagi dan lagi sebelum mengambil langkah. Jangan biarkan dirimu menyesalinya. Mengerti?"     

Bagaimana mungkin Kakek Mo tidak melihat masalah antara cucu dan cucu menantunya selama bertahun-tahun?     

Terutama Boyuan, anak itu terlalu kejam. Tidak ada yang bisa mengerti apa yang sebenarnya dia inginkan!     

Awalnya Kakek berpikir ketika kedua anak ini lebih dewasa, mereka akan bisa menyelesaikan beberapa masalah. Tapi sekarang....     

Wajah Jiang Tingxu terasa sedikit dingin. Kakek Mo mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.     

"Apa aku harus menangis?"     

Awalnya Jiang Tingxu berpikir dirinya tidak mungkin meneteskan air mata dalam hidupnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.