Menjadi Istri Sang Bintang Film

Apa Mungkin Dicampakkan Kakakku?



Apa Mungkin Dicampakkan Kakakku?

0Mo Xu menjerit kesakitan. Paman Jin segera mendekat untuk membantunya berdiri.     
0

"Tuan muda kedua, apa perlu dipanggilkan dokter?"     

Shhh~     

Mo Xu menarik napas karena kesakitan dan berusaha untuk berbicara, "Tidak perlu!"     

Jika benar-benar memanggil dokter keluarga, maka hanya dalam waktu beberapa jam semua orang di dunia hiburan akan mengetahui hal yang memalukan ini!     

"Pangeran kedua dari keluarga besar Mo, CEO dari Grup Mau, tidak boleh menyebarkan kerugian seperti itu!"     

Si kecil dengan perlahan mendekati Mo Xu, kemudian melihat dari atas dan ke bawah.     

"Paman, Ning Ning rasa kamu terluka. Apa benar tidak mau memanggil dokter? Ning Ning tidak mau membiarkan paman jadi cacat!"     

Perkataan dari keponakannya ini hanya membuat Mo Xu semakin marah.     

"Sialan, Mo Zhining, siapa yang bilang hanya karena jatuh bisa membuat orang jadi cacat? Apa menurutmu pamanmu ini sangat lemah?"     

Xiao Ning mengangguk dengan sangat serius.     

Pffftt~     

Kali ini, anggukan Ning Ning sangat bersemangat.     

"Aku ini masih kuat. Mo Zhining, dasar anak nakal, jangan mengkhawatirkan hal yang tidak jelas! Cepat kerjakan PR sana!"     

Mo Zhining memang benar-benar peduli kepadanya, entah hal itu baik atau tidak, dia benar-benar peduli!     

Dalam hati Jiang Tingxu tersenyum. Kemudian, ia benar-benar tidak bisa menahan tawanya, seketika tawanya meledak begitu saja.     

Jiang Tingxu melihat Xiao Ning Ning berjalan dengan kesal sambil menggerutu kepada Mo Xu, lalu pergi bersembunyi di belakang ibunya.     

Tentu saja tatapan mata Mo Xu langsung tertuju pada Jiang Tingxu.     

"Xiao Jiang Jiang, untuk apa tawa itu, apa kamu sedang menertawakan Kakak Xu ini?"     

Untungnya Jiang Tingxu sudah terbiasa mendengar panggilan itu sejak kecil, "Oh, Xiao Xu Zi, kamu tidak salah dengar. Aku memang sedang menertawakanmu!"     

Mo Xu hanya satu tahun lebih tua dari Jiang Tingxu, dan keduanya tumbuh bersama. Hubungan mereka berdua tidak seburuk yang dilihat semua orang.     

Sejak pertama kali Jiang Tingxu tinggal di rumah keluarga Mo, Mo Xu selalu menganggap Jiang Tingxu benar-benar menggemaskan dan disayang semua orang.     

Tapi hal ini malah membuatnya berpikir sedang direndahkan, karena itu dia selalu ingin mengejar kakak, untuk hal ini tidak perlu disebutkan.     

"Padahal dulu dia gadis cantik yang selalu disayang, tapi sekarang berubah jadi kakak ipar." Bagi Mo Xu, Jiang Tingxu sudah tidak menggemaskan sama sekali!     

Sudah sejak beberapa tahun ini mereka tidak pernah saling menatap ketika bertemu. Mo Xu sangat terkejut kerika Jiang Tingxu memanggilnya Xiao Xu Zi. Dia pun memandang wanita itu dengan tatapan curiga.     

"Heh, sudah lama tidak melihatmu. Xiao Jiang Jiang, kamu sudah banyak berubah. Sepertinya kamu kembali terlihat seperti dulu, kenapa? Kamu sudah dicampakkan kakak? Karena itu kamu menyudahi sikapmu yang palsu itu!?     

Jika Jiang Tingxu yang dulu mendengarnya, ia pasti akan langsung memukul Mo Xu tanpa ragu. Tapi sekarang... tatapan itu, terlihat seperti tatapan yang sedang menghina?     

"Dicampakkan?"     

Entahlah, tidak jelas merujuk siapa yang mencampakkan siapa?     

Mo Xu melihat ke sudut mata Jiang Tingxu. "Gadis ini, sebenarnya sedang menghina siapa?"     

Tiba-tiba, suara Kakek Mo terdengar berteriak dari ruangan.     

"Tingxu, kenapa kamu tidak masuk?"     

Jiang Tingxu berhenti berbicara dengan Mo Xu, kemudian tatapannya tertuju pada putranya yang ada di sampingnya.     

"Aku masuk. Kamu temanilah pamanmu. Lagi pula, sepertinya dia sekarang sudah jadi orang cacat."     

Xiao Ning juga ingin masuk, tapi Jiang Tingxu ragu untuk mengajaknya. Ada beberapa hal yang harus dia beritahukan kepada Kakek Mo. kalau tidak, dia akan merasa segan kepada pria tua yang selalu mencintainya itu. Tapi hal itu tidak baik jika didengar oleh si kecil yang sensitif.     

Begitu melihat maksud dari Jiang Tingxu, si kecil jadi mencibir, dia hanya bisa menuruti ucapan ibunya.     

...     

Di dalam rumah, Kakek Mo duduk di kursi kayu kuning. Ketika dia melihat cucu menantu kesayangannya masuk, dia dengan cepat melambai untuk menyuruh Jiang Tingxu duduk di sebelahnya.     

"Tingxu, kamu sudah lama tidak datang menemuiku yang tua ini!" Ucap Kakek Mo yang mengeluh, sambil menuangkan teh untuk Jiang Tingxu.     

"Cobalah. Ini teh Dahongpao dari Gunung Wuyi yang baru tiba. Aku tidak mau memberikannya kepada orang lain!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.