Bandit Cantik

Pengejar Shen Yan



Pengejar Shen Yan

0Yan Jinyi menyadari sepertinya Huo Chengyu tidak terpengaruh sama sekali dengan perceraiannya bersama Shen Yan.     
0

Tidak hanya itu, hubungannya dengan wanita ketiga itu pun bahkan semakin dekat.     

Sudah lama sekali Yan Jinyi tidak bertemu dengan Shen Yan, dia sangat merindukannya. Jadi, dia pulang lebih awal hari ini dan melakukan panggilan video dengan wanita itu.     

Di tempat Shen Yan sudah larut malam. Saat ini, dia sedang duduk di mejanya seraya menggambar. Meja itu sudah penuh dengan desain manuskripnya.     

Shen Yan masih selembut dan semenawan sebelumnya, dia mengenakan gaun tidur sutra berwarna hijau tua, rambutnya terurai berantakan menutupi bahu, dia terlihat kasual dan santai.     

"Kakak Ipar, kenapa semakin lama kamu semakin cantik saja?" Yan Jinyi bersiul di depan layar ponselnya sambil bercanda.     

Pipi Shen Yan sedikit bersemu merah, "Jinyi, aku sudah bukan kakak iparmu lagi, ayo ganti nama panggilanmu."     

"Aku sudah terbiasa, kalau tidak…." Yan Jinyi tiba-tiba menyeringai, "Aku memanggilmu Yanyan saja, bagaimana?"     

Yanyan terdengar bagus, terutama karena membuat mereka terlihat lebih akrab.     

Shen Yan terbatuk, tidak ada yang memanggilnya seperti itu sejak dia masih kecil, bahkan orang tuanya pun lebih sering memanggilnya Xiao Yan.     

"Yanyan, bagaimana menurutmu dengan panggilan ini?"     

Shen Yan tampak tak berdaya, "Terserah kamu saja."     

Tiba-tiba, matanya menangkap sesosok bayangan, Yan Jinyi meninggikan suaranya, "Yanyan, apakah ada pria tampan potensial yang mengejarmu baru-baru ini?"     

Shen Yan langsung menjadi sedih, "Jinyi, kebetulan aku baru saja akan bertanya pendapatmu."     

Yan Jinyi terbelalak, "Jadi ada, ya?"     

"Seorang senior di kampusku. Sebenarnya, dia mengejarku sejak aku masih kuliah, tetapi dia pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studinya setelah aku tolak. Baru-baru ini … aku bertemu dengannya lagi di Negara M. Dia ingin mengejarku lagi, apalagi dia selalu datang menghantuiku."     

"Tampan tidak, kaya tidak, lalu apa pekerjaannya?"     

"Dia seorang arsitek. Sebelumnya, kami menghadiri sebuah pameran lukisan bersama, dan di pameran itulah kami bertemu lagi."     

'Arsitek, ya?'     

'Kedengarannya lumayan potensial. Tidak peduli siapa dia, asalkan dia adalah pelamar Shen Yan.'     

Pada saat ini, Huo Chengyu berjalan menuju sofa di seberang Yan Jinyi dan duduk di sana, ia memegang buku bahasa Inggris dan membacanya dengan serius.     

Yan Jinyi berdehem sebelum kembali bicara lagi, "Selama dia mampu menjagamu, itu tidak masalah. Yanyan kami sangat baik dan cantik, jadi orang-orang yang mengejarmu tentu bukan orang sembarangan. Lagi pula, kalian berdua sudah cukup umur untuk menikah. Jika kamu merasa cocok, terima saja dia. Jarang ada orang yang bisa menyukaimu sejak kuliah hingga sekarang."     

Yan Jinyi menyalakan pengeras suara untuk memperkuat volume suara. Segera setelah itu, suara Shen Yan pun mulai terdengar.     

"Jinyi, tunggu sebentar. Aku akan membuka pintu."     

Ucap Shen Yan diikuti oleh suara langkah kecil.     

Kemudian, suara seorang laki-laki yang terdengar sangat indah datang dari telepon .     

"Xiao Yan, aku dengar dari asistenmu kalau kamu bekerja lembur. Kebetulan aku lewat sini, jadi aku membawakanmu makan malam."     

Suara pria itu terdengar sangat hangat dan lembut, membuat orang merasa sangat nyaman mendengarnya.     

Yan Jinyi menurunkan pandangannya, dari suaranya saja dia sudah bisa menebak kalau pria itu pasti tampan.     

"Senior Shen, tidak baik makan selarut ini."     

"Kamu sangat kurus, jadi jangan takut gemuk. Cobalah. Pemilik restoran ini berasal dari Shengjing, dan makanan yang dia masak juga memiliki cita rasa khas Shengjing,"     

Yan Jinyi akhirnya bisa melihat pria itu muncul di layar. Pria itu mengenakan pakaian olahraga putih, tampak seperti pria dewasa yang periang dan energik. Poin utamanya adalah dia sangat tampan.     

"Yanyan, cepat kenalkan aku dengan kekasih barumu!"     

Setelah itu, ia melirik Huo Chenyu dengan sudut matanya.     

Dia masih duduk di sana dan membaca buku, sikapnya tampak setenang Gunung Tai, seolah-olah dia tidak terpengaruh sama sekali dengan pelamar baru Shen Yan.     

'Baj*ngan Si*lan.'     

'Tunggu saja sampai kamu menyesalinya suatu hari nanti.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.