Bandit Cantik

Kalau Begitu, Biarkan Saja Bercerai



Kalau Begitu, Biarkan Saja Bercerai

0Yan Jinyi masih tenang, "Kalau begitu, biarkan saja bercerai."     
0

"Ha?" Huo Qingyuan merasa telah salah mendengaR. Ia curiga bahwa orang yang ada di ujung telepon bukanlah Kakak Ipar Keduanya.     

"Tidak. Kakak Ipar Kedua, apa kamu tidak mendengar dengan jelas apa yang aku katakan? Kakak Pertama dan Kakak Ipar Pertama, mereka….."     

"Aku tahu, mereka bercerai. Kenapa ribut sekali sih? ini hanya masalah kecil. Lebih baik kamu belajar sana. Bagaimana mungkin seorang mahasiswi lebih memperhatikan gosip seperti ini daripada belajar."     

'Kakak Ipar Kedua, bagaimana kamu bisa begitu tenang? Bukankah Kakak Ipar Pertama adalah wanita yang paling kamu sukai?"     

"Bersih-bersih dan tidurlah."     

Setelah menutup sambungan telepon, Yan Jinyi memandang Huo Xishen sambil berkata jumawa, "Kakakmu dan Kakak Ipar bercerai."     

Huo Xishen memasukkan tangannya ke dalam saku mantel, raut wajahnya terlihat acuh tak acuh, bahkan tidak tampak gejolak emosi setelah ia mendengar kabar itu, seolah-olah mereka bukanlah anggota keluarganya.     

"Hm."     

"Kamu tidak terkejut?"     

'Bukankah Huo Chengyu paling dekat dengan Huo Eranjing?'     

Huo Xishen mengangkat kelopak matanya, dia menjawab dengan suara rendah, "Jika tidak ada perasaan di antara mereka, cepat atau lambat mereka akan bercerai juga."     

"..."     

Yan Jinyi merasa kata-kata pria itu sebenarnya tertuju padanya.     

"Tuan Huo, jangan khawatir, tunggu…."     

Tanpa memberi Yan Jinyi kesempatan untuk menyelesaikan ucapannya, Huo Xishen memotongnya dengan keras, "Hubunganku dan istriku sangat baik. Jadi Istriku, kamu tidak perlu khawatir kalau aku akan meminta cerai."     

'Tapi aku yang akan melakukannya!' Teriak Yan Jinyi dalam hati.     

Setelah kembali ke kamar, Yan Jinyi mengambil ponselnya sambil bersandar di balkon untuk menelpon Shen Yan.     

Biasanya, Shen Yan akan segera menjawab panggilannya, tapi kali ini, butuh beberapa panggilan berturut-turut hingga dia menjawabnya.     

"Halo, Jinyi?" Suara Shen Ya terdengar sedikit serak dan sengau. Samar-samar, Yan Jinyi juga bisa mendengar suara musik yang berisik di belakang.     

"Kakak Ipar, kamu di mana?"     

"Aku di bar. Jinyi, akhirnya aku kembali lajang hari ini. Aku di sini untuk merayakannya."     

Yan Jinyi akhirnya mengerti bahwa Shen Yan mungkin mabuk.     

'Seorang wanita cantik sendirian di tempat berbahaya seperti bar yang penuh dengan orang jahat. Apalagi Shen Yan sangat lembut, aku takut dia akan dimakan oleh pria br*ngsek!'     

"Kakak Ipar, jika ada yang berani menggertakmu, langsung lemparkan saja gelasmu. Jangan takut, jika terjadi sesuatu, aku yang akan bertanggung jawab untukmu." Ucap Yan Jinyi sambil menepuk dadanya.     

"Bagaimanapun juga, aku adalah Nona Muda Pertama keluarga Shen, siapa yang berani menggertakku … Jinyi, aku tutup dulu telponnya. Ayo kita bertemu setelah kamu kembali nanti…."     

Yan Jinyi yakin jika Shen Yan sudah terlalu banyak minum. Biasanya, Shen Yan tidak akan bicara dengan nada seperti ini.     

Mendengar sambungan telepon yang sibuk, Yan Jinyi segera mencari nomor ponsel Huo Qingyuan. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya memilih untuk menggulir buku kontaknya lagi.     

'Lupakan saja, lebih baik aku telepon Tan Sangang.'     

Sementara itu, Tan Sangsang baru saja membantu Mumu mandi dan bersiap menceritakan dongeng sebelum tidur saat tiba-tiba dia mendapatkan telepon dari Yan Jinyi.     

Sekarang, Yan Jinyi sudah jarang menelponnya, dia bahkan lebih dingin dan acuh tak acuh daripada Tuan Huo.     

Firasatnya mengatakan bahwa ada yang tidak beres di sini.     

Benar saja…     

Di tengah malam seperti ini, wanita itu menelponnya untuk meminta bantuannya 'menyelamatkan' sang kakak ipar.     

Yan Jinyi menunggu lama, dan baru merangkak ke tempat tidur dengan tenang setelah Tan Sangsang mengiriminya sebuah video. Tak lupa, dia juga mewanti-wanti Tan Sangsang untuk tidak menyentuh Shen Yan.     

Keesokan harinya.     

Huo Xishen mengantarnya secara pribadi ke lokasi syuting, pria itu tidak ikut turun mobil. Setelah memastikan Yan Jinyi bergabung dengan kru, pria itu akhirnya pergi.     

Yan Jinyi membawa beberapa bahan baku berlian di tasnya, jadi dia bertingkah begitu waspada sekarang, seolah-olah semua orang terlihat seperti pencuri.     

"Jinyi, kenapa Tuan Huo tidak mampir saja dulu, setidaknya dia bisa pergi setelah makan siang."     

Dengan lirikan dingin pada Tao Wei, dia bertanya, "Apakah makanan di sini seenak seperti yang ada di hotel bintang lima?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.