Bandit Cantik

Hati-hati Tinju Kami Tidak Memiliki Mata



Hati-hati Tinju Kami Tidak Memiliki Mata

Sekelompok orang asing itu saling memandang. Mereka terlihat jelas tidak mengerti apa yang dikatakan Yan Jinyi, tetapi pria berdarah campuran yang menjadi pemimpin itu sontak tertawa dan memandang Yan Jinyi dengan tatapan menghina.     

"Gadis kecil, apa kamu sedang bermain rumah-rumahan? Cepat minggir. Hati-hati tinju kami tidak memiliki mata."     

Yan Jinyi menutup telinga, "Serahkan barang itu atau selamatkan nyawa kalian. Cepat pilih satu."     

Wanita itu mengangkat dagunya dengan angkuh. Saat melakukannya, dia sudah mirip dengan bandit wanita.     

"Terlepas dari hal-hal lain, Nyonya Muda Kedua memang berpotensi menjadi bandit, aktingnya mirip sekali." Bisik Hao Jianqiang.     

Qin He memelototinya, "Cepat panggil anggota tim lainnya dan minta mereka datang untuk membantu."     

Pada awalnya, kesannya terhadap Yan Jinyi sedikit berubah, tapi karena tindakannya sekarang…     

Qin He merasa pasti ada yang salah dengan otak Yan Jinyi.     

Pria berdarah campuran itu tertawa terbahak-bahak. Ia melemparkan korek api ke tangannya, lalu tiba-tiba melemparkannya kembali ke arah Yan Jinyi.     

Yan Jinyi pun sontak minggir ke samping dengan gesit hingga korek api itu melewatinya dan berakhir jatuh ke tanah dengan suara keras.     

Senyum di wajah Yan Jinyi lenyap seketika, matanya menatap dingin pria berdarah campuran itu, "Minta maaf."     

"Apa?"     

Yan Jinyi mengulangi dengan sabar, "Aku menyuruhmu untuk minta maaf."     

"Apa kamu tahu siapa aku? Dilihat-lihat kamu cantik juga, bagaimana kalau bermain dengan Kakak-kakak saja?"     

Melihat tangan cabul yang hendak meraih bahunya, tatapan Yan Jinyi berubah semakin dingin, dia kemudian mengayunkan batang pohon yang ia pegang hingga mendarat di lengan pria berdarah campuran itu tanpa ampun.     

Pria itu pun langsung meringis kesakitan seraya memelototi Yan Jinyi, "Apa kamu ingin cari mati?"     

Angin malam yang menggigit berhembus hingga membuat dedaunan bergesekan.     

Qin He dan yang lainnya menyaksikan aksi Yan Jinyi melewati sekelompok orang itu seperti ikan lumpur.     

Gerakan yang dia gunakan juga aneh, mereka yang juga berpengalaman dalam banyak pertempuran pun terpana karena tidak dapat mengetahui gerakannya sama sekali.     

Sekelompok pria asing bertubuh tinggi besar yang tampaknya dapat menghancurkan seorang wanita dengan satu remasan tangan itu terpana oleh ayunan tangan Yan Jinyi dan tak berdaya untuk melawan.     

Segera setelah itu, Yan Jinyi tiba-tiba berdiri diam, sementara sekelompok pria kekar sudah jatuh tergeletak di tanah sambil meratap.     

Di hadapan banyak orang, Yan Jinyi berjalan angkuh menuju truk. Sopir truk yang sedang duduk di bangku kemudi pun menatap Yan Jinyi dengan menggigil.     

"Kenapa kamu gemetar, berikan padaku barangnya." Perintah Yan Jinyi kejam.     

Sopir truk semakin gemetar. Akhirnya dengan gemetar, dia menyerahkan kuncinya pada Yan Jinyi, "Kunci truk, bukan kunci pintu belakang….."     

"Buka pintunya."     

"Aku….."     

Yan Jinyi menyipitkan mata, menatapnya dengan tangan bersedekap dada, "Hm?"     

Merasakan hawa dingin yang menyeramkan, sang sopir pun membuka pintu dan merangkak keluar truk sebelum tersandung-sandung membuka pintu belakang.     

Yan Jinyi berbalik sedikit dan menatap pintu belakang dengan waspada.     

Begitu pintu belakang dibuka, yang terlihat adalah sebuah kotak besi tebal.     

Yan Jinyi mendorong sopir itu ke samping dan naik ke dalam mobil. Tutupnya lumayan berat, wanita itu mengerahkan seluruh tenaganya untuk membuka tutup, hingga akhirnya bahan baku pun langsung terlihat dari dalam kotak tersebut.     

"Rejeki nomplok, aku mendapat rejeki nomplok kali ini."     

Mata Yan Jinyi berbinar, dia bersiul ke arah Qin He dan yang lainnya.     

Qin He dan para anggota Tim No.1 saling memandang, sebelum kemudian berjalan menuju truk seperti robot.      

Ketika Yan Jinyi memerintahkan seseorang untuk menurunkan kotak tersebut, pria berdarah campuran itu bangkit perlahan.     

Namun, sebelum dia bangkit sepenuhnya, Yan Jinyi sudah menatap tajam dirinya, membuat pria itu menciut dan berbaring di tanah lagi.     

Qin He yang diam-diam melihat apa yang terjadi di depannya pun tak kuasa menelan ludahnya sendiri.     

Ini…..     

Terlalu mendadak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.