Bandit Cantik

Menyeretmu ke Neraka Lagi



Menyeretmu ke Neraka Lagi

0"Jinyi, penggemarmu menggemaskan sekali."     
0

Yan Jinyi menjawab dengan bangga, "Tentu saja. Aku kan sangat menggemaskan, bagaimana mungkin mereka tidak menggemaskan juga?"     

"..."     

'Dia masih sangat narsis.'     

Keduanya berjalan di sepanjang jalan selama beberapa saat.     

Salju telah banyak mencair, dan toko-toko mulai buka satu demi satu. Yan Jinyi mendadak merasa sedikit emosional. Hal-hal seperti ini tidak terjadi di zamannya dulu.     

Dulu, selama tahun baru, setiap rumah akan dihiasi dengan lampu warna warni, lampion besar, serta kertas merah cerah berisi bait keberuntungan yang ditempel di jendela. Membuat suasana tahun baru terasa sangat meriah.     

Sementara tempat ini memberi kesan acuh tak acuh pada setiap orang.     

Kota ini dipenuhi dengan orang-orang yang dingin.     

"Jinyi, kenapa kamu melamun?"     

"Tidak apa-apa." Yan Jinyi kembali tersadar dan melihat ke arah seberangnya.     

Ada mobil mewah yang terparkir di sana, tepat di sebelah restoran tadi.     

Mungkin karena tahun baru belum berakhir, jadi pengunjung di restoran sangat sedikit.     

Saat ini, seorang pria dengan jas hitam keluar dari dalam restoran.     

Di belakangnya, ada seorang pengawal bersetelan hitam, sementara di sebelahnya, terlihat seorang wanita cantik dengan penampilan menawan. Keduanya masuk ke dalam mobil mewah tersebut sambil saling mengobrol dan tertawa.     

Tiba-tiba, pria itu mengangkat kepalanya saat merasakan sesuatu. Akhirnya, Yan Jinyi dapat melihat wajahnya dengan jelas sekarang.     

Matanya mendadak menyipit, aura membunuh tampak memancar kuat dari bola matanya.     

Tan Sangsang tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigil, ia menatap Yan Jinyi bingung, "Jinyi, apa yang kamu lihat?"     

Mobil itu sudah melaju pergi, tapi Yan Jinyi masih mengepalkan tangannya. Matanya masih tertuju ke arah kepergian mobil tersebut.     

"Jinyi, Jinyi?" Tan Sangsang mau tak mau menepuk pundaknya.     

"Kenapa?"     

"Tidak, apa yang kamu lihat? Barusan, tubuhmu memancarkan aura membunuh yang begitu kuat."     

Yan Jinyi mulai mengendalikan pikirannya dan menurunkan pandangan, "Tidak apa-apa."     

"Sungguh?"     

"Hm."     

Dia sedikit lingling.     

'Seharusnya bukan orang itu, aku pasti sudah salah lihat."     

'Kenapa orang itu muncul di sini? Seharusnya dia sedang menebus dosa-dosanya di neraka sekarang."     

Memikirkan semua masa lalunya di kehidupannya yang dulu, mata Yan Jinyi mulai memerah, tubuhnya sedikit gemetar.     

Tan Sangsang yang menyadari keanehan Yan Jinyi pun semakin yakin ada yang salah dengan Yan Jinyi, "Jinyi, ada apa denganmu? Apa kamu marah karena si gila Wang Heng?"     

"Dia? Dia tidak pantas menerima kemarahanku." Suara Yan Jinyi terdengar begitu dingin. Ia kemudian menatap Tan Sangsang, "Aku pulang dulu."     

Tan Sangsang merasa sedikit khawatir, "Apa kamu yakin baik-baik saja?"     

"Hmm, pulanglah juga."     

Tan Sangsang masih merasa ragu sejenak, "Kalau tidak, aku akan mengantarmu pulang saja."     

"Kamu yakin?"     

"Hm, sepertinya ada yang salah denganmu."     

Yan Jinyi tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum, 'Tentu saja, ada yang salah.'     

Akan aneh jika dia tetap merasa tenang ketika melihat orang yang ia curigai adalah musuh bebuyutannya.     

"Aku mendadak teringat sesuatu yang menjengkelkan. Jangan khawatir."     

Setelah itu, Yan Jinyi melambaikan tangan untuk memanggil taksi, "Aku pergi dulu. Kamu pulanglah juga."     

"Oke."     

Saat duduk di dalam mobil, pikiran Yan Jinyi masih dipenuhi dengan pria tadi.     

Dia merasa begitu akrab dengan wajah itu, rasanya dia ingin sekali mencabik-cabiknya menggunakan tangannya sendiri.     

Malamnya, Yan Jinyi mengalami mimpi buruk.     

Dalam mimpinya, nyala api berkobar menyinari langit, terdengar suara teriakan dimana-mana.     

Di berdiri di depan sekelompok mayat yang berlumuran darah, kobaran api yang menyala-nyala tampak memantul di pupil matanya yang gelap.     

Saat terbangun keesokan paginya, Yan Jinyi menyeka keringat dingin di dahinya sambil terengah-engah.     

"Aku harap itu bukan dirimu, kalau tidak…." Matanya menyipit, "Aku tidak akan keberatan untuk menyeretmu ke neraka lagi."     

Ketika dia turun, ternyata semua orang sudah siap.     

Huo Qingyuan lah yang pertama kali menyadari keberadaan Yan Jinyi, "Kakak Ipar Kedua, kenapa kamu terlihat sangat pucat, apa kamu sakit?"     

Huo Xishen yang sedang mengobrol dengan Huo Chengyu sontak langsung menatapnya.     

"Tidak apa-apa. Aku hanya mimpi buruk."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.