Bandit Cantik

Kita Adalah Suami Istri



Kita Adalah Suami Istri

0Wajah tampan Huo Xishen menegang, "Istriku, kamu sangat tidak sabaran."     
0

"Tidak, tidak, kita adalah suami istri. Kita bahkan bisa berciuman kapan pun kita mau!"     

'Kita tidak akan punya kesempatan untuk melakukan ini setelah bercerai nanti.'     

Yang paling penting adalah dia telah menetapkan tujuan untuk menyembuhkan fobia aneh Huo Xishen terhadap wanita.     

"Istriku, apa kamu sangat kekurangan cinta?" Tanya Huo Xishen tiba-tiba.     

'Kekurangan cinta?'     

'Konyol, apa aku tampak seperti orang yang kekurangan cinta?'     

'Tapi….'     

Yan Jinyi menyipitkan mata dan menatap sikap pengendalian diri Huo Xishen, hatinya mulai tergoda.     

Yan Jinyi berlagak malu-malu sambil memutar-mutar bahunya, "Ya, aku sangat kekurangan cinta Tuan Huo."     

"....."     

Huo Xishen memalingkan kepala dengan tenang, dan menatap ke arah luar jendela.     

Yan Jinyi lantas memanfaatkan kesempatan itu untuk mencondongkan tubuh dan mengecup pipinya dengan cepat.     

Huo Xishen merasa wajahnya basah, seperti ada bulu yang tengah menggelitiki wajahnya, membuat seluruh tubuhnya bergidik.     

Pria itu mengepalkan tangannya, menekan kenangan buruk yang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Ia menatap Yan Jinyi dengan kening berlipat, lalu berujar dengan suara serak, "Istriku, jangan main-main."     

Yan Jinyi membulatkan matanya dan berlagak polos, "Apa aku telah bermain-main? Aku sedang mengungkapkan rasa cintaku pada Tuan Huo!"     

Huo Xishen terbatuk dengan satu tangan yang menutupi bibirnya.     

"Tuan Huo, apa kamu merindukan orang tuamu?"     

Mendengar pertanyaan Yan Jinyi yang begitu tiba-tiba, seluruh tubuh Huo Xishen langsung menegang kaku dalam sekejap.     

Yan Jinyi bisa merasakan tubuhnya yang gemetar. Topik mengenai orang tua kakak-beradik dari keluarga Huo selalu tabu untuk dibicarakan. Tidak ada yang akan berani membahasnya, terutama di hadapan Huo Xishen.     

Lagi pula, tidak ada yang lebih menakutkan dan mengerikan daripada melihat ibu dan ayahnya yang terbakar hidup-hidup dengan mata kepalanya sendiri.     

Terlebih lagi, jika bukan karena ayahnya, mungkin Huo Xishen juga akan mati terbakar dalam lautan api.     

Yan Jinyi sudah pernah melihat seperti apa itu kebakaran.     

Dia juga telah melihat bagaimana orang-orang mati terbakar.      

Dia telah membunuh orang-orang dalam kehidupan sebelumnya, bukan?     

Suasana hati Yan Jinyi menjadi muram dalam sekejap, dan bahkan memancarkan aura membunuh.     

Huo Xishen dapat mengendalikan emosinya secepat mungkin. Namun, saat merasakan ketegangan Yan Jinyi, dia menatapnya heran.     

"Aku tidak terlalu merindukan orang tuaku," Yan Jinyi menyunggingkan sudut bibirnya dan tersenyum padanya, "Apa menurutmu aku tidak berperasaan? Lagi pula, aku tidak merasakan apa-apa tentang mereka di sini." Ujar Yan Jinyi sambil menyentuh dadanya.     

Sekarang ini, dia sudah benar-benar menyatu dengan tubuh ini.     

Huo Xishen memandangnya, tanpa melewatkan sorot penuh ejekan yang melintas di mata wanita itu. Dia tiba-tiba membuka mulut, "Kamu hanya punya keluarga Huo, itu sudah cukup."     

Yan Jinyi mengerlingkan matanya, "Tuan Huo, sebenarnya maksud dari kata-katamu adalah cukup kamu yang ada dalam hatiku, kan?"     

Huo Xishen mendengus dingin dan mulai memejamkan matanya.     

'Cih—---"     

'Sangat membosankan.'     

Ketika keduanya sampai di rumah, ketika kakak beradik Huo juga ada di sana.     

Huo Cengyu tampak tengah memegang buku kedokteran di tangannya, Huo Zixing bermain game, sedangkan Huo Qingyuan terus melihat ke arah luar pintu dari waktu ke waktu, dan akhirnya senyum pun terulas di wajahnya begitu melihat sang Kakak Ipar Kedua.     

"Kakak Kedua, Kakak Ipar Kedua, kalian sudah pulang. Kakak Ipar Kedua, aku sudah mendengar kekuatan Kakak Ipar Kedua dan keberhasilanmu memenangkan banyak uang malam ini. Apa aku bisa belajar bela diri dengan Kakak Ipar Kedua?"     

Yan Jinyi mulai menyentuh seluruh tubuh Huo Qingyuan dengan sangat serius, memeriksa tulang-tulangnya.     

Setelah beberapa saat, dia mendorong Huo Qingyuan dengan jijik, "Sudah terlambat!"     

"Ah?"     

"Kualitas tulangmu buruk, usiamu juga terlalu tua."     

'Aku hanya ingin mempelajari beberapa keterampilan bela diri, bukan untuk menjadi petarung profesional!'     

Huo Qingyuan memukul dadanya seraya menghentakkan kaki setelah melihat video yang dikirim oleh Kakak Ketiganya di grup. Dia tiba-tiba menyesal karena tidak ikut belajar bela diri bersamanya saat kecil dulu.     

'Betapa menariknya menjadi ahli bela diri!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.