Bandit Cantik

Memukul Orang dengan Kemoceng



Memukul Orang dengan Kemoceng

0Seluruh hadirin gempar begitu mendengarnya.     
0

Dalam sekejap, suara riuh terdengar memenuhi lantai empat.     

"Si*l, Nyonya Muda Kedua ternyata unik!"     

"Apa dia bisa bermain ini? Lihatlah tulangnya, apa dia cari mati?"     

"Teman-teman, aku yang akan pertama pergi. Jadi jangan coba-coba untuk menyerobotku."     

Dalam waktu singkat, sudah ada lebih dari sepuluh orang yang mengantri.     

"Jangan khawatir semuanya. Jika aku menang," dia menggantungkan ucapannya, "Semua uang dan barang yang kalian pertaruhkan malam ini akan menjadi milikku semua."     

"Tidak masalah!"     

"Nyonya Muda Kedua, kamu harus menepati janjimu. Jangan sampai menyesalinya!"     

Di mata para ahli waris keluarga kaya itu, tindakan Yan Jinyi sudah jelas mencari mati.     

"Aku tidak pernah menarik kembali kata-kataku."     

Meja di dekat jendela.     

"Tuan, wanita ini benar-benar tidak sebanding dengan Nona Muda kita. Apa sebenarnya yang dilihat Tuan Huo darinya?"     

Pria itu menarik dasinya dengan santai, "Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menandingi adikku. Aku sendiri yang akan memberikan semua yang dia inginkan."     

"Yah, andai saja Nona Muda tahu bahwa Anda begitu baik padanya, Tuan."     

Yan Jinyi kembali merasakan tatapan permusuhan itu lagi.     

'Siapa yang suda bosan hidup dan ingin mengincarku?'     

Sang pembawa acara sudah memiliki kesan untuk Nyonya Muda Kedua ini, 'mungkin dia adalah orang bodoh.'     

'Apa yang lebih buruk daripada bertarung dengan banyak orang?'     

'Mungkin dia sudah bosan hidup nyaman dan mencari cara untuk bersenang-senang, kan?'     

"Nyonya Muda Kedua, masih belum terlambat untuk menyesal. Bagaimanapun juga, Anda adalah bagian dari keluarga Huo. Saya rasa…."     

Yan Jinyi mengangkat alisnya, "Apa yang baru saja aku katakan?"     

Pembawa acara itu tampak bingung.     

"Tidak ada yang namanya penyesalan dalam kamusku."     

"....."     

'Ya sudahlah, yang penting aku sudah berbaik hati membujuknya. Terserah dia mau dengar atau tidak.'     

Pembawa acara tersebut kemudian menjelaskan secara singkat mengenai peraturan pertandingan.     

Yan Jinyi mundur beberapa langkah dengan tangan yang ia letakkan di balik punggung.     

Huo Zixing dan Zhao Xinchen sangat bersemangat, mereka bahkan menyemangatinya dari sana, tidak ada tanda-tanda kekhawatiran sedikit pun di wajahnya.     

"Sepertinya hubungan Sanshao dan Nyonya Muda Kedua tidak sebaik kelihatannya. Lihatlah dia, bukankah dia tampak begitu bahagia di atas kemalangan kakak iparnya?"     

"Aku juga senang. Wanita itu juga muncul entah dari mana, kudengar dia bukan berasal dari kalangan kita. Bisa dibilang dia hanya cukup beruntung karena menikah dengan keluarga kaya."     

"Pantas saja, aku selalu mengira bahwa yang akan menjadi menantu kedua dari keluarga Huo adalah Nona Muda Bai."     

"Benarkah? Aku pernah bertemu dengan Nona Muda Bai, dia cantik sekali."     

Huo Zixing menoleh dan memelototi pria yang tengah membicarakan Yan Jinyi itu, "Kakak Ipar Keduaku sedang berada di atas panggung. Siapa yang berani mengoceh, akan aku robek mulut kalian!"     

Orang-orang itu langsung menutup rapat mulut mereka, sorot matanya penuh ketakutan.     

'Si*l, kenapa Huo Sanshao masih bersorak di sana? Bukankah seharusnya dia menghentikan Kakak Ipar Keduanya?'     

"Pergi dan ambilkan aku sebuah kemoceng." Pinta Yan Jinyi di atas panggung dengan dingin.     

Pembawa acara sangat kooperatif kali ini. Dia segera pergi mencari petugas kebersihan dan meminjam kemoceng baru.     

Huo Zixing semakin bersemangat, "Si*l, Kakak Ipar Kedua mengeluarkan senjata pamungkasnya. Para pecundang ini akan segera berakhir menyedihkan."     

Zhao Xinchen juga pernah mendengar dari Zhao Xinyue, bahwa para penculik yang pernah dibayar oleh gadis itu ketakutan setelah dipukul dengan kemoceng oleh Yan Jinyi.     

'Dia seperti raja neraka yang datang untuk memeriksa setiap pos di bumi!'     

Saat ini, penantang pertama telah berjalan.     

Dia adalah pria dengan perawakan tinggi dan kurus. Ketika melihat Yan Jinyi, dia langsung membungkuk hormat dengan sopan.     

"Saya adalah junior dari Tuan Huo. Tapi, saya tidak akan menggunakan identitas tersebut untuk melakukan ini…."     

Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, kemoceng Yan Jinyi sudah mendarat dengan mulus di betis pria itu.     

Pria itu langsung jatuh berlutut seraya menjerit kesakitan.     

"Selanjutnya." Yan Jinyi menggoyangkan kemoceng di tangannya seraya menatap pria itu, "Lemah sekali."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.