Bandit Cantik

Beri Aku Satu Ciuman Panas



Beri Aku Satu Ciuman Panas

0Beberapa petugas polisi yang memegang senjata api sedang berdiri di depan kerumunan dan mencoba membujuk pria tersebut.     
0

Di petak taman bunga sebelah mereka terdapat seorang pria tua dan mahasiswa. Staf medis terlihat tengah menangani luka di lengan keduanya.     

Peristiwa ini cukup mengejutkan.     

Tan Sangsang menunjuk pria paruh baya tersebut, "Kudengar dari tetangganya bahwa beberapa tahun yang lalu dia diceraikan oleh istrinya karena kepribadiannya yang anti-sosial. Dia juga tidak sengaja melukai kedua orang tuanya, dan sekarang mereka memilih pindah ke desa."     

Yan Jinyi menatap dingin pria paruh baya itu seraya mengangguk samar.     

"Hmm, aku takut dia akan menyakiti anak perempuan itu. Siapa tahu…"     

"Serahkan padaku." Suara Yan Jinyi tiba-tiba terdengar.     

Tan Sangsang mengerjapkan mata, "Ha?"     

"Tunggu saja saat di mana kamu bisa mengambil foto dan menulis beritanya, kemudian wawancarai aku!" Ucapnya sambil menepuk bahu Tan Sangsang, "Aku bisa menangani semut semacam ini hanya dengan satu jari."     

"Jinyi, jangan gegabah. Pisau itu tidak memiliki mata, bagaimana jika kamu terluka? Bukankah kamu masih dalam proses syuting drama?"     

Yan Jinyi mengerlingkan matanya pada Tan Sangsang, "Tunggu saja, cantik. Cukup beri aku pelukan dan ciuman panas nanti!"     

Wajah Tan Sangsang memerah.     

Dulu, Jinyi akan malu-malu saat memujinya, tapi sekarang Jinyi menjadi sangat provokatif!     

Jinyi akhirnya keluar dari kandangnya sendiri dan bersedia untuk menyatu dengan masyarakat.     

Tang Sangsang merasakan lega yang tak dapat dijelaskan layaknya seorang ibu.     

Yan Jinyi menembus kerumunan dan langsung menuju ke belakang tubuh pria paruh baya tersebut.     

Seorang polisi wanita masih berusaha membujuknya, membuat perhatiannya mulai teralih.     

Yan Jinyi mendekati pria paruh baya itu dengan santai, para penonton di sekitar pun sudah menyadari kehadirannya dan hendak berteriak, namun tatapan tajamnya mengisyaratkan mereka untuk tetap diam.     

"Siapa gadis itu, apa dia cari mati?"     

"Pelankan suaramu, jangan sampai membuatnya ketahuan. Ugh, gadis ini memang agak gegabah."     

Beberapa petugas polisi juga merasa marah, tapi mereka tahu jika mereka harus tetap tenang saat ini. Lebih baik untuk tidak membuat sang penjahat menemukan jejak gadis muda itu, jika tidak…     

Ada juga beberapa orang di tempat kejadian yang mengenali Yan Jinyi.     

Tahu bahwa dia bisa bela diri, dan merupakan warga negara yang baik.      

"Kalian cepatlah, bukankah kalian orang tuanya? Selama salah satu dari kalian bunuh diri, maka aku akan melepaskannya. Hahahaha!"     

Teriak pria paruh baya tersebut. Tepat di seberangnya, ada sepasang suami istri yang tengah berlutut di atas tanah dan menatap ngeri pada sang pria.     

"Jangan buang waktuku, aku beri kalian waktu satu menit!"     

Ucapnya sambil menekan bilah tajam itu lebih kuat hingga menggores kulit leher si anak perempuan, memunculkan bercak-bercak darah di atas permukaannya.      

"Ayah, Ibu, selamatkan aku! Aku takut!"     

Tangis sang anak perempuan pun mengeras.     

"Jangan, jangan sakiti dia. Kumohon, kamu mau hidupku kan, tukar saja hidupku dengan putriku, oke? Tolong lepaskan dia, dia baru delapan tahun, kumohon!"     

Ibu anak perempuan tersebut terus bersujud di atas tanah. Wajahnya sudah pucat pasi, dengan tangan yang gemetar, dia mulai mengeluarkan pisau pencukur alis dari dalam tasnya.     

"Apa yang kamu lakukan? Aku ayahnya, kalau perlu aku juga bersedia menukarkan hidupku!"     

"Ini semua salahmu. Andai hari ini kamu tidak pergi ke rumah orang tuamu, apa kita akan bertemu dengan orang ini? Apa putrimu akan ditangkap olehnya?"     

Ibu anak itu sudah berada di ambang kehancuran.     

Tiba-tiba, dia meletakkan pencukur alis ke atas pergelangan tangannya dengan mata berkaca-kaca, "Bisakah kamu melepaskan putriku dulu?"     

"Potonglah, potonglah dulu pergelangan tanganmu, dan aku akan melepaskannya!"     

Seorang polisi muda menyelinap ke dalam kerumunan dan mengeluarkan senjata api, lalu mengarahkannya ke kaki dan pergelangan tangan pria paruh baya tersebut.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.