Bandit Cantik

Anak Berusia 19 Tahun ini Seperti Orang yang Bodoh



Anak Berusia 19 Tahun ini Seperti Orang yang Bodoh

0Huo Qingyuan menghela nafas lega. Awalnya dia ingin berkata tidak mau makan. Tetapi saat ia hendak mengatakannya, tiba-tiba saja perutnya berbunyi.     
0

Dia terkejut karena makan malam untuknya ternyata sudah disiapkan di ruang makan.     

Huo Qingyuan duduk di sana sendiri dan meminum supnya. Semua dia lakukan tanpa bersuara.     

Yan Jinyi duduk di kursi utama sambil bermain game.      

Di sisi lain ada Huo Zixing, lelaki yang memiliki tinggi badan sekitar seratus delapan puluh sampai sembilan puluh sentimeter dengan teh susu yang masih tersisa setengah gelas.     

Suara sedotan minumannya yang habis memecah keheningan, "Besok belikan aku ini lagi, ya? Rasanya lumayan enak."     

Dengan tatapan berbinar, ia berkata kepada Huo Qingyuan. "Teh susu yang Yan Jinyi belikan untukku rasanya lumayan enak."     

Huo Qingyuan memutar bola matanya.     

Sedangkan Yan Jinyi sedikit canggung mendengarnya. Ini karena sebenarnya dia tidak membeli itu khusus untuknya.     

Itu karena aku tidak dapat menghabiskannya sendiri...     

"Kamu masih mahasiswa tingkat dua kan? Jadi besok Huo Zixing akan mengantarmu ke kampus."     

Melihat Huo Qingyuan akan menyelesaikan makannya, Yan Jinyi pun meregangkan tubuhnya. Kemudian dia berdiri, "Aku dengar nilaimu selalu rendah. Kalau benar, itu cukup memalukan bagi keluarga Huo."     

Jika bukan karena status keluarga Huo, masih bisakah Yan Jinyi belajar di Universitas Shengjing?     

Dia bercanda!     

"Berapa pun nilaiku itu bukan urusanmu. Kukatakan padamu Yan Jinyi, jangan bangga dulu. Kamu itu bukan siapa-siapa di keluarga Huo."     

Saat kakak tertua dan kakak kedua nanti datang, wanita ini pasti akan ketakutan.     

Yan Jinyi tampak sedikit kesal.     

Merasakan aura dingin yang wanita itu pancarkan, Huo Zixing tanpa sadar menjauhkan kursinya.     

"Andai saja kamu bukan bagian dari keluarga Huo, aku pasti akan memukulmu sekarang. Kuperingatkan padamu Huo Qingyuan, jangan mencari masalah denganku atau kamu akan menerima akibatnya."     

Huo Qingyuan meradang. Dia membanting sumpitnya ke atas meja. "Aku peringatkan kamu. Jika kamu masih ingin tinggal di sini sebagai menantu kedua keluarga Huo, maka tetap jadilah pajangan keluarga Huo yang seolah tak pernah ada itu. Jangan berani-berani tunjukkan batang hidungmu di hadapanku. Apa kamu pikir gadis yang kamu bilang bodoh sepertiku ini akan takut pada dirimu? Kamu bukan apa-apa bagiku! Dulu sewaktu masih sekolah aku bahkan pernah memukul dua perempuan sekaligus yang bahkan lebih kuat darimu. Aku khawatir kamu yang akan kalah kalau berani macam-macam denganku!"     

Ups!     

Yan Jinyi tersenyum dingin. Matanya menatap Huo Qingyuan dengan tajam.     

Bahkan suara jarum jatuh pun mungkin bisa terdengar di tengah keheningan ruangan megah itu.     

Para pelayan dan pembantu yang bekerja malam ini bersembunyi di dalam dapur. Mereka tidak berani membuat suara sedikit pun.     

"Huo Zixing, dimana kemocengku?"     

Kemoceng. Kemoceng?     

Huo Zixing menatap Huo Qingyuan yang masih berdiri di sisi meja. Di dalam hatinya, dia masih merasa iba, namun tangannya meraih kemoceng lalu menyerahkannya pada Yan Jinyi.     

Melihat Huo Zixing yang menyerahkan kemoceng itu kepada Yan Jinyi, Huo Qingyuan mulai merasa sedikit tegang. "Kamu… Apa yang mau kamu lakukan? Yan Jinyi, jangan katakan kalau kamu ingin memukulku?"     

Jika saja Huo Qingyuan tidak bermarga Huo, jika saja Huo Qingyuan itu jelek, atau jika saja dia adalah laki-laki, Yan Jinyi pasti akan melakukannya.     

Selain itu, sifat Huo Qingyuan sebenarnya sangat mirip dengannya.     

Dengan wajah datarnya Yan Jinyi mengetuk-ngetukkan kemoceng itu ke atas meja. Ketukannya menimbulkan suara hentakan yang keras.     

Tanpa ia sadari, jantung Huo Zixing mulai berdetak mengikuti irama hentakan kemoceng itu.     

Huo Zixing ragu. Apakah ia harus melawan Yan Jinyi? Tiba-tiba Yan Jinyi mengangkat tangannya lalu mengayunkan kemoceng itu tepat mengenai mangkuk yang ada di hadapan Huo Qingyuan.     

'Prangg~'     

Mangkuk yang cantik dan mahal itu pun pecah berkeping-keping.     

Jarak kemoceng itu ketika mengenai mangkuk tidak lebih dari satu kepalan tangan dari wajah Huo Qingyuan. Bahkan, dia bisa merasakan hempasan udara dari ayunan kemoceng Yan Jinyi.     

Wajah cantiknya memucat melihat mangkuk yang telah hancur itu.     

 "Yan Jinyi. Kamu… kamu…"     

"Anak yang berusia sembilan belas tahun ini seperti orang yang bodoh. Jangan membantah atau aku akan menjahit mulutmu. Lain kali, kemoceng ini benar-benar akan jatuh ke tubuhmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.