Bandit Cantik

Tunggu Sampai Aku Menang Suatu Saat Nanti



Tunggu Sampai Aku Menang Suatu Saat Nanti

0Ucapan Yan Jinyi dan sikapnya yang seolah ingin segera pergi membuat Huo Qingyuan menjadi gelisah, "Yan Jinyi apa kamu benar-benar tidak takut kalau aku terluka?"     
0

Yan Jinyi memutar bola matanya, "Itu bukan urusanku. Lompat dari lantai dua saja tidak berani. Harus kuakui kalau kamu memang seorang pengecut."     

Ini tidak seperti yang dia bayangkan!     

Apa yang merasuki Yan Jinyi sebenarnya?     

 "Yan Jinyi, kembali. Bukakan aku pintu. Kamu dengar tidak?"     

"Bagaimana jika aku tidak membukanya? Kalau kamu berani, lompat saja, lalu serang aku secara langsung!"     

Yan Jinyi berkata dengan nada angkuhnya.      

Nafas Huo Qingyuan kembang kempis. Sebagai nona muda dari keluarga Huo, di mana pun dia berada, pasti akan menarik perhatian banyak orang. Siapa pun itu pasti akan bersikap sopan pada nya.     

Bahkan di kalangan selebriti, dia berada di peringkat pertama sebagai wanita paling cantik yang dipilih semua orang.     

Dan hari ini, karena sikap Yan Jinyi, dia jadi sangat ingin membunuh seseorang.      

Huh, sementara ini dia harus berpura-pura menjadi penurut dan perhatian.     

"Yan Jinyi. Jika kamu tidak membuka pintunya, aku akan menelpon kakak kedua."     

Suara Yan Jinyi terdengar dari kejauhan. "Tidak ada gunanya kamu menelponnya. Kalau pun kamu masih mau meneleponnya, berarti kamu memang benar seorang pengecut!"     

Tidak masuk akal. Tidak masuk akal!     

Huo Qingyuan melihat ke bawah. Jaraknya kira-kira lebih dari tiga meter, cukup tinggi jika ia nekat melompat.      

Jika dia melompat ke sana, apakah kaki jenjangnya yang cantik ini akan patah?     

Yan Jinyi menyuruh semua orang untuk segera meninggalkan tempat itu.     

Huo Qingyuan tiba-tiba dibiarkan duduk sendirian di balkon oleh semuanya.      

Angin malam musim panas menghembuskan udara hangat. Cahaya rembulan menyinari hamparan taman bunga, membuatnya semakin terlihat indah.     

Huo Qingyuan tidak menyangka Zhang Guoquan dan semua pelayan serta pengawal pribadinya menuruti perintah Yan Jinyi untuk meninggalkannya sendiri.      

Apa yang terjadi di rumah selama dia pergi?     

Apakah Yan Jinyi kerasukan hantu?     

Lalu di mana kakak ketiganya?     

Dia enggan menyalin buku 'Perintah Wanita' sebanyak sepuluh kali. Di saat yang bersamaan, terdengar suara mobil sport menuju ke arah vila.      

Melihat Ferrari berwarna biru mencolok, mata Huo Qingyuan berbinar. Dia mulai berteriak dengan keras.      

"Kakak! Kakak cepat ke sini!"     

Huo Zixing keluar dari mobil dengan membawa tas hadiah. Baru saja berjalan beberapa langkah, dia sudah mendengar teriakan dari Huo Qingyuan.      

Dengan sedikit kebingungan dia mencari asal suara itu. Dia baru menemukan sumber suara setelah mendongakkan kepalanya. Terlihat Huo Qingyuan duduk di atas pagar balkon dengan memakai gaun putih. Penampilannya seperti hantu.      

"Huo Qingyuan, apa yang sedang kamu lakukan?"     

Huo Qingyuan sudah hampir menangis. Beberapa hari ini dia hanya makan sedikit karena ingin diet. Tadinya dia pulang karena ingin makan banyak hari ini. Dia pulang dalam keadaan lapar, tapi akhirnya malah seperti ini.      

"Kakak. Yan Jinyi. Wanita itu gila. Berani sekali dia mengunciku."     

"Kenapa dia menguncimu ?"     

"Apa dia masih waras? Dia benar-benar menganggap dirinya sebagai bagian dari keluarga Huo. Dia mengataiku bodoh dan menyuruhku menyalin buku 'Perintah Wanita' sebanyak sepuluh kali. Dia tidak mau mengeluarkanku dari kamar sebelum aku menyelesaikannya."     

Di mata keluarga Huo, kakak kedua sudah seperti sosok dewa.      

Jadi ketika dia menikahi Yan Jinyi, seluruh keluarga menolaknya.      

Huo Zixing bahkan sering mengerjainya diam-diam.      

Kakak ketiga begitu membenci Yan Jinyi, dia pasti akan marah sekali jika mendengar adiknya diperlakukan seperti ini.     

"Kakak, wanita itu bahkan menyuruh paman Zhang pergi. Ini sudah keterlaluan."     

Ketika Huo Zixing mendengar jika Huo Qingyuan dihukum oleh Yan Jinyi, dia malah merasa senang daripada bersimpati.     

Sayang sekali Yan Jinyi tidak memukulnya.      

"Kakak…"     

"Ya sudah, kau salin saja."     

Huo Zixing tidak terlalu peduli.      

Huo Qingyuan tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Dia curiga ada yang salah dengan telinganya.     

"Kakak! Adikmu diperlakukan semena-mena oleh Yan Jinyi! Harusnya kau membelaku, kan?"     

"Oh, tunggu sampai aku menang suatu saat nanti."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.