Pamanku Kesalahanku

Cintanya Kurang Dalam



Cintanya Kurang Dalam

0Latiao berkata, "Ma, katamu, kamu khawatir mimpimu akan menjadi nyata, sedangkan mimpiku, tidak sedikit yang jadi nyata. Walau demikian, kita bisa mengubahnya."      
0

"Lihatlah, di mimpiku, mama seharusnya telah mati, tapi kenyataannya… mama tidak mati, masih hidup dengan baik. Jadi… tidak peduli bahaya apapun di masa depan, kita bisa berusaha keras untuk mengubahnya, kan?"     

Mungkin karena menceritakan semua kegelisahan, tekanan, dan ketakutan di hati, atau karena cerita Latiao terlalu mengejutkan baginya, Mo Yangyang seketika merasa tidak begitu takut.     

Tekanan di hatinya seketika berkurang banyak.      

Mo Yangyang mengangguk, "Ya, kamu benar. Kita tidak bisa memprediksi masa depan, tetapi kita bisa mengubahnya...."     

Latiao tersenyum dan berkata, "Dengan mama memimpikan itu, sebenarnya itu jadi hal yang baik bagi kita. Kita bisa mengambil tindakan pencegahan terlebih dahulu. Entah itu terjadi atau tidak, pada akhirnya akan berakhir baik jika kita bersiap."      

"Selain itu, ini bisa jadi peringatan untuk kita, menyuruh kita untuk menghargai kehidupan kita saat ini, menghargai orang-orang di sekitar kita, dan tidak usah cari masalah sepanjang hari."     

Namun mendengar semakin banyak celotehan anaknya ini, Mo Yangyang jadi merasa geli mendengar kata-kata Latiao. Ia mulai menanggapinya dengan santai, "Ya ... ya ya ... anakku benar, jangan cari gara-gara jika tidak ada apa-apa."     

"Lalu… soal Paman Kelima…."     

Latiao menepuk dada kecilnya, "Aku akan membantumu mengawasinya. Mama tenang saja, kalau ada yang salah dengannya, aku akan membawamu dan nenek pergi."     

"Tapi, Ma, sekarang Xize tidak bersalah. Mama tidak boleh takut pada Xize di dunia nyata seperti mama takut pada Xize di mimpi…."     

Mo Yangyang mengangguk, "Aku tahu, aku akan... berusaha keras untuk menyesuaikan sikapku. Jangan khawatir."     

Latiao tiba-tiba memanggil, "Mama…."     

"Ng?"     

Latiao bertanya, "Jika memang ada dua Xize yang identik di dunia ini, apakah mama tahu cara membedakannya secepat mungkin?"     

Mo Yangyang malah bertanya, "Kamu tahu?"     

"Mama…" Latiao membuka mulut, tapi seketika ragu.     

Bagaimana mengatakannya? Ia ingin memberitahu Mo Yangyang bahwa, 'Ma… Mama harus jatuh cinta dengan Xie Xize dengan sepenuh hati, sama seperti dia yang mencintaimu, dengan begitu mama akan mengenali dan memahaminya.'      

Jika kamu benar-benar mencintai seseorang, bahkan jika seseorang menutup mata, bahkan jika seseorang itu tidak melihat penampilannya, orang itu tetap bisa mengetahui orang ini adalah orang yang dicintainya.     

Di dalam mimpi, Mo Yangyang tidak bisa membedakan Xize yang asli dan yang palsu. Pada kenyataannya... dalam analisis terakhir, berarti dia masih belum cukup mencintai Xie Xize.     

Latiao merasa, jika mengatakan yang ingin dikatakannya dengan terlalu lugas, itu akan membosankan.     

Masalah cinta semacam ini, biarkan mereka sendiri saja yang berusaha.     

Melihat Latiao tidak segera bicara, Mo Yangyang bertanya, "Kenapa tidak bicara?"     

Latiao menggosok wajahnya dan berkata, "Oh, tidak apa-apa, kurasa Mama harus mencari tahu tentang masalah ini sendiri pelan-pelan. Jika tidak masalah, banyaklah mengobrol dengan Xize, bicara dari hati ke hati…."     

"Hanya saja…." Mo Yangyang mau protes.      

"Nenek memanggil, aku mau ke sana dulu."     

Latiao berkata sambil melompat dari sofa, lalu berlari menuju dapur.      

Ia melirik ke arah tangga lalu menggelengkan kepala. Lupakan saja, ia adalah anak laki-laki, urusan orang tuanya, ada kalanya untuk tidak usah dicampuri olehnya.      

Mo Yangyang mengerutkan kening, apa maksud Latiao barusan, tentang mengobrol dengan Xie Xize lebih banyak, berbicara dari hati ke hati? Apakah dirinya ingin dirinya mengenal Xie Xize?     

Namun sejujurnya tidak jauh di sana, Xie Xize berdiri di tangga memandang Mo Yangyang.      

Ia sudah tahu semuanya. Ia sudah berdiri di situ sejak lama.      

******     

Di dapur, Nenek Han sudah menyiapkan sarapan.      

Ia berkata pada Latiao, "Panggil Xize, suruh dia datang untuk sarapan."     

Mo Yangyang bertanya dengan terkejut, "Dia ada di rumah? Dia tidak lari pagi di luar?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.