Pamanku Kesalahanku

Lembut Hati, Atau Keras Hati



Lembut Hati, Atau Keras Hati

0Gong Shenye mengangguk.     
0

Orang kepercayaannya menutup kotak itu dan menyerahkannya kepada Gu Suisui.     

Gu Suisui menggosok tangan, lalu mengambilnya dengan penuh semangat.     

"Terima kasih, terima kasih, terima kasih tuan telah untuk mempertahankan bisnisku... Terima kasih, terima kasih …"     

Gu Suisui melihat Gong Shenye pergi dengan mobil, lalu memeluk kotak itu erat-erat. Ia menghela napas dengan penuh perasaan, "Manusia, sungguh binatang yang rumit."     

Hembusan angin dingin datang lagi, Gu Suisui bersin.     

Ia mencengkeram kotak di kedua tangan, lalu berbalik dan membungkuk masuk ke sarangnya sendiri.     

Setelah menarik pintu gulung bambunya, Gu Suisui melompat dengan penuh semangat, "Aku kaya, aku kaya, kali ini aku kaya…."     

*****     

Dalam perjalanan pulang, orang kepercayaan itu ragu-ragu untuk waktu yang lama, lalu bertanya.      

"Tuan Muda Ye... apakah Anda… merasa kali ini kita… akan gagal? Sehingga Anda…"     

Gong Shenye memejamkan mata. Sekujur tubuhnya masuk ke gelapnya malam. Ia mengenakan pakaian hitam, seolah-olah telah meleleh menjadi hitam.     

Suaranya dingin dan tanpa emosi, "Tidak ada sesuatu yang berjalan sangat lancar. Semuanya harus dipersiapkan untuk kemungkinan yang terburuk."     

"Tapi…" Orang kepercayaan itu ragu-ragu sejenak, "Bongkahan batu giok itu sangat berharga. Anda bisa membuat satu permintaan lagi padanya, juga bisa membuat jalan mundur untuk diri Anda."     

Gong Shenye membuka mata, "Aku tidak akan pernah memberi jalan mundur untuk diriku sendiri."     

Dengan tidak memberi jalan mundur untuk diri sendiri, ia selalu bisa bergegas ke depan, dan tidak akan ragu untuk melakukan apapun.     

Ia menghela napas dalam hati.      

Gong Shenye tidak memberi jalan mundur untuk diri sendiri, tetapi memberi jalan mundur untuk perempuan itu.      

Ia tidak menyelamatkan hidupnya sendiri, tetapi berikan seluruh hidup untuk perempuan itu.      

Apakah ini terlalu keras hati, atau terlalu lembut hati?     

*****     

Di tempat lain, saat ini matahari telah bersinar, tahun baru masehi pun tiba.      

Wajah Mo Yangyang tidak terlalu baik. Ia tidak tidur nyenyak tadi malam.     

Saat makan di pagi hari, dirinya juga enggan melahap makanan.      

Xie Xize mengupas telur bebek asin untuk Mo Yangyang, mengambil kuning telurnya lalu meletakkannya di piring kecil. Kemudian dirinya menyodorkannya ke depan Mo Yangyang. "Jangan khawatir, kamu sudah melihatnya kemarin, dan dia baik-baik saja."     

Mo Yangyang mengangkat kepala dan menatap Xie Xize dengan sedih, "Mana bisa situasinya disebut baik? Jelas-jelas sedikitpun terlihat tidak baik. Kamu lihat sendiri, betapa kurusnya dia."     

Setelah Lan Dongzhi menutup telepon tadi malam, Mo Yangyang mulai merasa gelisah.     

Baik Xie Xize ataupun Latiao sudah membujuknya, tetapi dirinya masih merasa tidak nyaman di hati.     

Mimpinya tentang Lan Dongzhi, masih mempengaruhinya.     

Latiao menendang di bawah meja. Xie Xize telah menyuruhnya untuk tidak mengatakan apa-apa.     

Setelah makan, Xie Xize berkata kepada Mo Yangyang, "Yangyang, aku tahu kamu mengkhawatirkan Lan Dongzhi, tetapi... dia juga punya urusan sendiri untuk dilakukan. Hal yang terpenting, kamu sebagai sahabatnya, jangan menentukan jalan hidupnya, dia harus menjalani kehidupannya sendiri…."     

Mo Yangyang tiba-tiba merosot seperti balon kempes. Seketika ia merasa tertekan.      

"Aku tahu, tapi aku takut dirinya akan benar-benar... mati. Aku tidak ingin dia mati."     

Latiao berkata, "Ma… Mama sudah mendengar kalimat terakhir Bibi Dongzhi kemarin. Jika pada akhirnya dia benar-benar mati… itu juga kemauannya sendiri. Dia ingin balas dendam pada seseorang, dan kita tidak bisa menghentikannya."     

Kata-kata Latiao memang tenang dan kejam, tetapi itu kenyataannya.     

Mo Yangyang menggerakkan bibir dan menundukkan kepalanya, "Ya, aku mengerti…."     

"Sebenarnya, apakah Mama terpikirkan sesuatu? Kurasa kondisi Bibi Dongzhi saat ini lumayan baik. Jika Gong Chenye benar-benar jahat padanya, bisakah anak di perutnya tumbuh begitu besar?"     

Mo Yangyang tertegun sejenak. Benar juga ya…     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.