Pamanku Kesalahanku

Selamat Tinggal Untuk Apa?



Selamat Tinggal Untuk Apa?

0Sui Yuanyuan merasa sangat gugup, seolah-olah akan memutuskan nasibnya setelah ini. Ia menelan ludah, lalu menebak, "...aku...memilih angka...."     
0

Sui Yuanyuan tidak tahu alasan dirinya bisa begitu patuh. Latiao menyuruhnya memilih dan dirinya pun memilih.      

Dirinya seolah-olah merasa tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Sebenarnya ada sedikit konflik di hatinya. Ia tidak ingin memilih, tetapi bersamaan dengan itu seakan-akan ada seseorang yang mengambil penghapus untuk menghapus konflik batinnya itu hingga bersih.      

Latiao tersenyum, "Kalau begitu, ayo kita lihat, tebakan Kak Yuanyuan benar atau salah!"     

Mata Sui Yuanyuan hampir tidak bisa dikendalikan, menatap lekat-lekat ke tangan Latiao.     

Jantungnya berdetak kencang dan cepat saat ini, detak jantungnya seperti drum di telinga yang dipukul oleh seseorang. Ia tidak tahu alasan dirinya bisa sangat khawatir dan takut!     

Perhatian semua orang tertuju pada kepalan tangan kecil Latiao.     

Namun hal yang terlihat adalah, saat Latiao perlahan membuka tangan kecilnya, sebuah koin tergeletak dengan tenang di telapak tangannya, dan yang mengarah ke atas adalah gambar bunga.      

Jantung Sui Yuanyuan berdebar kencang. Latiao mengangkat kepala dan menggelengkan kepalanya dengan menyesal, "Salah, ternyata bunga."     

Wajah dan mata Latiao penuh penyesalan, tetapi Sui Yuanyuan merasa seluruh tubuhnya dingin ketika melihat matanya.      

Ketakutan di hatinya, meluap seperti banjir.     

Setelah itu, Latiao tidak mengatakan apa-apa, lalu melambaikan tangan kepada Sui Yuanyuan dengan sangat serius, "Selamat tinggal, Kak Yuanyuan."     

Ia teramat serius, sangat serius.      

Sui Yuanyuan kaku, anggota tubuhnya mati rasa.     

Ia kembali diseret oleh polisi wanita. Namun setelah berjalan jauh, ia tiba-tiba menyadari bahwa ucapan selamat tinggal yang dikatakan Latiao, sepertinya adalah... ucapan selamat tinggal pada orang mati.      

******     

Setelah kejadian itu, Zhou Mingye selalu merasa ada yang tidak beres, terutama saat menyaksikan Latiao berjalan dengan tenang.      

Kenapa Latiao tiba-tiba meminta Sui Yuanyuan untuk memainkan permainan seremeh itu?     

Apa misteri dibalik permainan sederhana itu?     

Ia tidak pernah percaya bahwa anak super berbakat seperti Latiao akan melakukan tindakan yang membosankan.     

Namun memainkan permainan itu sepertinya tidak ada salahnya, kan?     

Tepat ketika hati Zhou Mingye bingung, Xie Xize berkata kepadanya, "Kami tidak mengganggu lagi, kami pergi dulu."     

"Oh, baiklah… aku akan mengantar kalian ke depan."     

Xie Xize menolak, "Kapten Zhou sangat sibuk, tidak perlu mengantar kami."     

Latiao tersenyum, "Paman Zhou selamat tinggal!"     

Zhou Mingye menjawab, "Oke, selamat tinggal…."     

Ia hanya menyaksikan Xie Xize membawa Latiao pergi.      

Zhou Mingye masih sulit untuk menolak memikirkan perbuatan Latiao barusan. Apa sebenarnya yang diinginkan anak itu?     

Latiao pasti melakukan sesuatu bukan tanpa alasan. Anak itu sangat mencintai ibunya, jadi mana mungkin dia bisa begitu tenang menghadapi seorang pembunuh yang hampir membunuh ibunya?     

Zhou Mingye sedang sibuk berpikir sambil berjalan, sehingga tidak memperhatikan orang di depannya. Ia pun tidak sengaja menabraknya.     

Orang yang tertabrak langsung menegurnya, "Zhou, apa yang kamu pikirkan? Kenapa sampai melamun begitu?"     

Zhou Mingye bergumam tanpa melihat rekan kerjanya itu, "Aku sedang memikirkan… permainan…."     

Ketika rekan kerjanya mendengar ini, ia lanjut bertanya heran, "Permainan? Semua orang sangat sibuk sampai hampir mati, tetapi kamu masih ingin bermain? Ya sudah, pikirkan sendiri, aku harus keluar dan menyelidiki kasus ini, aku pergi dulu…."     

Zhou Mingye menjawab, "Pergilah…."     

"Iyalah! Kalau tidak pergi, apa aku mau mengobrol denganmu?"     

Zhou Mingye hanya menjawab polos, "Kalau begitu… selamat tinggal…."     

Rekan lamanya itu tersenyum, "Selamat tinggal untuk apa? Apa yang sedang kamu pikirkan?... Aku tidak akan pergi jauh, aku tidak sabar untuk melihatmu tiga ratus kali sehari di kantor yang sama sepanjang hari. Selain itu, kamu sangat lucu hari ini…."     

Kata-kata itu membuat Zhou Mingye tiba-tiba merasa seperti pikirannya telah menangkap sesuatu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.